Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

From Lab to The Industry, Peneliti BRIN Bahas Tahapan Komersialisasi Hasil Riset Nanoteknologi

Padang – Humas BRIN. Teknologi nano di bidang bahan alam yang ramah lingkungan seperti nanoselulosa, menjadi produk yang sangat menjanjikan di dunia industri saat ini. Berbagai sektor industri seperti farmasi dan kemasan pangan, tertarik untuk mengembangkan nanoselulosa. Oleh karena itu, hal yang terpenting adalah nilai komersialisasi dari produk yang dihasilkan dan memiliki pasar.

Menjawab permasalahan itu, Pusat Riset Kolaborasi (PKR) Nanoselulosa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk yang bekerja sama dengan  Unversitas Andalas (UNAND) mengadakan focus group discussion (FGD) tentang nanoselulosa. FGD ini dilaksanakan pada Jumat (4/11) secara hybrid.

Dalam rangka menemukan penyelesaian terbaik terhadap permasalahan implementasi produk berbasis nanoselulosa di Indonesia, FGD ini bertujuan sebagai wahana diskusi, bertukar pikiran, sampai merumuskan suatu kebijakan pendukung dari berbagai unsur akademik, peneliti, industri, pemerintah, dan masyarakat umum.

Fokus kajian PKR Nanoselulosa adalah mengenai penguasaan teknologi kunci pada aplikasi bioproduk kemasan aktif dan cerdas multifungsi, nanocoating, transparan dan fleksibel film, antimicrobial film, kemasan makanan, perangkat elektronik, water treatment, bionanokomposit, aplikasi biomedikal, nanolubricant, herbal, kosmetik, dan produk invensi berbasis nano.

Kepala Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN Akbar Hanif Dawam dalam sambutannya menyampaikan bahwa riset nano memang banyak terkait dengan industri. “Nanoteknologi secara terminologi menunjukkan sebuah kemajuan di bidang teknologi. Pada skala nanometer maka luas permukaan berubah dan sifat-sifatnya juga ikut berubah. Nanoselulosa masih misteri yang dapat kita kaji untuk memperoleh manfaat dari teknologi ini,” ujar Akbar.

Dalam kesempatan tersebut, Nurul Taufiqu Rochman peneliti dari Pusat Riset Material Maju BRIN menyampaikan tentang ‘Komersialisasi Hasil Riset dan Pengembangan, from Lab to The Industry’. Ia menjelaskan perkembangan nanoteknologi di Indonesia dan tantangannya menuju pembangunan berkelanjutan, serta potensi kolaborasi riset dan inovasi nanoteknologi berbasis bahan alam.

Nurul membahas empat poin dalam riset nanoteknologi, yakni inovasi dan tantangan komersialisasi hasil riset dan pengembangan (risbang), strategi binis berbasis hasil risbang, praktek-praktek dan model komersialisasi hasil risbang BRIN, serta peranan startup (perusahaan rintisan).

“Inovasi merupakan serangkaian proses mulai dari identifikasi permasalahan dalam kehidupan melalui penelitian dan pengembangan (litbang), hingga menyelesaikan masalah tersebut melalui penciptaan baik itu produk ataupun layanan jasa yang memiliki nilai kebaruan dan ekonomis sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia,” terangnya.

Menurut profesor riset bidang teknik bahan ini, penemuan apabila ada kebaruannya, harus dipatenkan untuk menghindari pengakuan atas penemuan yang dihasilkan oleh peneliti.

“Tujuan paten adalah perlindungan atas hasil penelitian yang baru dan bermanfaat, sehingga tidak dapat diakui oleh orang lain. Mengukuhkan kepemilikan negara dan pengakuan terhadap peneliti,” jelasnya.

“Saluran pengetahuan yang bebas akses bagi publik, menjadi indikator luaran lembaga litbang di dunia dan mozaik rekam jejak hasil kerja peneliti. Kemudian untuk meningkatkan paten supaya komersial maka dibangun startup, lalu untuk meningkatkan lagi dibuat produk baru,” imbuhnya.

Nurul juga menyatakan masalah utama komersialiasi adalah pengukuran dan validasi nilai sebuah teknologi, sehingga perlu dilakukan program alih teknologi. “Salah satu lembaga riset dan teknologi menggunakan alat ukur untuk skala industri seperti Technology Readiness Level (TRL) yang berkaitan dengan teknis. Sementara lembaga litbang lainnya menggunakan Commercialization Readiness Level (CRL) dengan melakukan validasi teknologi yang ditemukan. Hal paling utama adalah prototipe yang dapat dikomersialisasi dan memiliki mitra tenant yang siap berproduksi,” ulasnya.

“Kunci sukses berbisnis berbasis teknologi hasil litbang yang perlu diperhatikan adalah paten atau kekayaan intelektual (KI) teknologi yang potensial, komersialisasi dengan inventor dan teknopreneur membentuk startup, jiwa teknopreneur dalam tim, memiliki tim yang solid, serta kebijakan dan program komersialsiasi yang efektif,” pungkasnya. (esw/ ed: adl)   

Sumber: https://brin.go.id/news/110802/from-lab-to-the-industry-peneliti-brin-bahas-tahapan-komersialisasi-hasil-riset-nanoteknologi

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

SIARAN PERS

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

NO: 021/SP/HM/BKPUK/III/2022

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

Bertambahnya Profesor Riset di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan memperkuat SDM riset BRIN. Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru menjadi bukti bahwa BRIN memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional.

Jakarta, 9 Maret 2022. Majelis Profesor Riset mengukuhkan empat orang profesor di lingkungan BRIN di Jakarta, Kamis (10/03). Keempat profesor riset yakni Prof. Ratih Dewanti, urutan ke-634, Prof. Ganewati Wuryandari, urutan ke-635, Prof. Widjajanti, urutan ke-636, dan Prof. Rike Yudianti, urutan ke-637.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, Gelar Profesor Riset adalah gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. “Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang diberikan secara melekat, namun yang lebih daripada itu, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan,” kata Handoko.

Handoko menegaskan, Profesor Riset juga memiliki tanggungjawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya, karena itulah tanggung jawab menjadi Profesor Riset.

Berdirinya BRIN sebagai lembaga riset merupakan bagian dari milestone perubahan besar dalam kelembagaan riset di Indonesia. Untuk mewujudkan milestone ini tentunya tidak mudah, mengingat SDM BRIN berasal dari berbagai macam entitas yang berbeda yang bergabung menjadi satu. 

“Saya yakin dengan adanya SDM dan talenta yang kita miliki, termasuk empat Profesor Riset yang baru dikukuhkan, kita dapat melakukan percepatan untuk mewujudkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” tambah Handoko.

Yang terpenting dari semua itu lanjut Handoko, sesuai dengan tugas fungsi dan tujuan berdirinya, BRIN harus fokus dalam melakukan aktivitas riset, untuk memberikan yang terbaik memajukan riset dan inovasi di Indonesia. Ditambah lagi dengan bergabungnya para periset dari Kementerian/Lembaga yang dimulai dari awal tahun, menjadi modal dasar untuk membudayakan ekosistem riset dengan memberdayakan talenta-talenta riset dan inovasi ini.

Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru, membuktikan bahwa BRIN pada khususnya memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional. “Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para peneliti lainnya, agar kaderisasi kompetensi tetap terjaga dan berkesinambungan,” harap Handoko. 

Menurut Handoko, kaderisasi peneliti ini penting untuk terus menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, harapannya BRIN selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk membantu Indonesia melalui hasil-hasil riset yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Keempat profesor riset tersebut akan memaparkan orasi dibidangnya masing-masing yakni, Prof. Ratih Dewanti pakar Bidang Penginderaan Jauh menyampaikan model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi dalam mendukung pemantauan mangrove. Model tersebut apabila diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir akan memberi bobot yang lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.

Prof. Ganewati Wuryandari pakar Bidang Hubungan Internasional, dalam orasinya tentang Politik Luar Negeri Era Reformasinya,  ia menyampaikan perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional. Indonesia diharapkan dapat memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Di samping itu, pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri kedepannya.

Prof. Widjajanti pakar Bidang Sosiologi Gender, menyampaikan orasi yang berisi sebuah perjalanan, pembelajaran dan pengalaman. Orasi yang disampaikan mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya. 

Prof. Rike Yudianti pakar Bidang Teknik Material,  memaparkan orasi terkait dengan pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional. Perkembangan iptek dan potensi nanoselulosa dan nanokarbon, pengembangan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon, dan peluang pemanfaatan nanoselulosa dan nano karbon  di Indonesia.

Sumber : https://www.brin.go.id/news/100516/4-perempuan-peneliti-brin-dikukuhkan-sebagai-profesor-riset