Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Bahas Nanomaterial dan Manfaatnya

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Potensi pemanfaatan nanoteknologi terus berkembang melalui riset sains dan rekayasa. Melalui pemanfaatan nanoteknologi, fungsi atau nilai tambah dari suatu bahan atau material dapat meningkat. Nanoteknologi dapat diaplikasikan dalam berbagai produk, seperti kesehatan, energi, dan elektronik.

Guna meningkatkan kepakaran bidang nanoteknologi khususnya nanomaterial, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dengan Dewan Inovasi Nanoteknologi Iran atau Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC), menggelar lokakarya dengan tema “Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications”, Kamis (23/02).

Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan, kegiatan workshop ini menjadi forum untuk membahas topik-topik riset terkait nanoteknologi. “Dengan workshop ini kita dapat saling mengenal apa yang kita lakukan sekarang, dan ini juga dapat diperluas untuk membahas kemungkinan kerja sama antara peneliti Iran dan BRIN Indonesia,” ungkapnya.

“Kami berharap dalam workshop ini, kami juga dapat mendiskusikan topik penelitian match-making yang dapat dikolaborasikan dan bermanfaat bagi kami di masa depan. Saya pikir kita bisa mulai dari pemikiran kecil, misalnya kolaborasi hanya dalam 3-4 topik penelitian tetapi ini akan menjadi kolaborasi penelitian yang nyata,” imbuh Ratno.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menyampaikan teknologi nano saat ini berkembang dengan cepat dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sains dan teknik. “Teknologi nano diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi manusia di masa kini dan masa depan. Salah satu bidang aplikasi dari teknologi nano adalah di bidang energi  dan penyimpanan energi,” ucap Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan beberapa ruang lingkup riset yang sedang dilakukan di PRMM antara lain, material fungsional dan komposit cerdas, konversi energi dan penyimpanan material, material struktur dan industri, teknologi permukaan dan pelapisan, material magnetik dan spintronik, material superkonduktor, dan material biokompatibel.

Perwakilan dari NCL Lab, Sharif University Technology Iran Nima Taghvinia memaparkan topik “Inorganic Nanoparticle Hole Transporting Materials for Perovskite Solar Cells, dengan kekhususan fabrikasi dan peningkatan sel surya perovskite.

Menurut Nima, hal penting terkait nanoteknologi yakni lapisan nanopartikel dapat dioptimalkan sebagai material hole-transporting yang ideal untuk sel surya perovskite. “Hole-transporting nanopartikel anorganik ditambah elektroda karbon membentuk elektroda pengumpul lubang yang stabil untuk sel surya perovskite, namun diperlukan lebih banyak kontrol pada sintesis dan pelapisan antar muka,” jelasnya.

Masih dengan topik nanomaterial untuk energi, Mir F. Mousavi dari Department of Chemistry, Tarbiat Modares University, Tehran-Iran menyampaikan topik “Nanostructured Materials for Energy Conversion and Storage”. Dalam paparannya Mousavi menyampaikan bahwa timnya telah menyiapkan beberapa bahan aktif elektroda yang menunjukkan kinerja penyimpanan energi yang unggul.

Berikutnya, Alimorad Rashidi dari Research Institute of Petroleum Industry menyampaikan tentang Carbon Based Nanomaterials for Energy and Enviromental Application.

“Keuntungan dari bahan nanokarbon untuk aplikasi energi dan lingkungan yaitu struktur pori yang luas, stabil secara kimiawi, keragaman bentuk struktur, kemampuan modifikasi dan penyesuaian porositas, ketersediaan berbagai metode preparasi, ketersediaan berbagai prekursor untuk penyiapan bahan karbon, serta berbagai aplikasi misalnya penyimpanan gas dan hidrokarbon,” urai Rashidi.

Dalam acara yang sama, Alireza Moshlegh dari Departemen Fisika, Universitas Teknologi  Syarif, Iran memaparkan terkait nano-fotokatalisis dalam pembangkit energi bersih dan remediasi lingkungan. Lebih lanjut, Alireza menjelaskan prinsip-prinsip katalisis, pembuatan hidrogen melalui pemisahan air fotoelektrokimia, fotodegradasi pewarna/obat dan fotokatalisis simultan. “Energi surya sangat penting dan harus ditekankan karena ini merupakan  energi bersih,” sebutnya.

Ika Kartika Kepala Pusat Penelitian Metalurgi BRIN menampilkan  materi “Nanomaterial untuk Aplikasi Kesehatan”. Dalam paparannya Ika menyampaikan bahwa PRM memilik empat Kelompok Riset (KR) yakni KR Baja dan Paduan Khusus, KR Teknologi Korosi dan Mitigasi, KR Metalurgi Ekstraksi, serta KR Paduan Non-ferro dan Komposit Matriks Logam.

“Kegiatan  yang sedang dilakukan PRM saat ini Pembuatan Nanopartikel ZnO dengan Penambahan Cu dan Sn untuk Aplikasi Fotokatalitik dan Anti bakteri, Pengembangan Porous Titanium Untuk Aplikasi Ortopedi, dan Paduan Magnesium dan Aplikasinya sebagai Bahan Implan Bioresorbable,” ulas Ika.

Sementara Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju menjelaskan bahwa pengembangan riset bahan nanokatalis di Pusat Riset Kimia Maju, BRIN saat ini berfokus pada penelitian dan pengembangan kimia anorganik terkait sintesis, modifikasi dan desain senyawa kimia anorganik untuk kemo dan biosensor, penelitian yang berkaitan dengan sistesis, modifikasi dan pengembangan katalisis dan fotokatalisis, chemurgy dan teknologi proses kimia.

“Tujuan penelitian ini terutama yang memiliki manfaat dan potensi dan mencari solusi ilmiah terhadap permasalahan nasional yang sangat sering berkaitan dengan bidang kimia, misalnya dalam peristiwa atau fenomena yang menyangkut bahan kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya, yang memerlukan identifikasi senyawa kimia atau jika terjadi kesalahan persepsi publik terhadap suatu produk pada pasar,” ungkap Yenny. (esw,jp,ls/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Tingkatkan Kolaborasi Internasional Riset Nanoteknologi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Berdasarkan hasil studi, kolaborasi internasional mengambil peran penting dalam mengembangkan nanoteknologi. Data kolaborasi internasional menunjukkan bahwa hasil paten nanoteknologi meningkat. Seperti di negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa, ada yang membuka kolaborasi dengan terbuka ataupun secara selektif.

Perwakilan dari Departemen Farmakologi/Toksikologi, Universitas Ilmu Kedokteran Tehran, Iran Mahmoud Ghazi-Khansari, menjabarkan alasan keselamatan dijadikan pertimbahan dalam penyusunan peraturan, baik secara nasional maupun internasional. “Jika Anda melakukan pencarian di salah satu mesin pencari Anda seperti google, sampai dengan kemarin Anda dapat menemukannya lebih dari 200 juta situs data nanoteknologi, dan dari ini sekitar 62 situs utama yang terkait dengan keamanan nanoteknologi dan jika anda melihatnya secara global investasi pada teknologi ini semakin tinggi dan diperkirakan mencapai 228 miliar,” kata Mahmoud pada Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications secara virtual, Kamis (23/02)..

“Saat ini publikasi tentang keamanan ada sekitar 28 publikasi, sebanyak 60% peduli dengan kesehatan manusia dan kemudian 12% tentang lingkungan. Sebenarnya setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekhawatirannya dan di sini temui kemungkinan masalah, untuk itu diperlukan standarisasi.  Saat ini Indonesia  dan saya telah menjadi anggota tim di ITC 229, ke depannya akan diatur kolaborasi dalam hal seperti yang saya sebutkan 10% dari standar ISO telah dikembangkan,” imbuh Mahmoud.

Kepala Pusat Fotonik BRIN, Isnaeni, menyampaikan topik penting yang perlu diangkat dalam workshop  yaitu  pemanfaatan laser untuk membuat berbagai jenis partikel nano. “Dengan menggunakan bantuan laser, maka proses sintesis partikel nano menjadi sangat mudah, cepat dan tidak membutuhkan banyak bahan kimia seperti pada proses sintesis yang lain. Partikel nano yang sudah dicoba dibuat dengan teknik laser ablasi dan ion reduksi ion antara lain partikel nano emas, perak, zinc, quantum dot, karbon dot dan masih banyak lagi,” ungkap Isnaeni.

Ia menambahkan bahwa fasilitas laser ini terbuka untuk kolaborasi. “Fasilitas laser yang tersedia di BRIN adalah laser pulsa Nd:YAG dan laser pulsa femto detik yang merupakan satu-satunya laser femto detik yang ada di Indonesia. Semua fasilitas laser ini terbuka untuk umum melalui jalur kolaborasi riset,” ucap Isnaeni.

Kemudian Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, menjelaskan sumber daya peneliti yang eksis serta berbagai riset yang tersedia di pusat risetnya. “Kelompok riset kami ada Theoritical High-Energy Physics, Experimental High-Energy Physics, Quantum Metter Theory, Quantum Simulation, dan Quantum Devices and Technology,” sebutnya.

“Pada pusat riset fisika kuantum, minat riset awal yaitu fisika yang bersifat  teori dan komputasi, perhitungan ab inisi, struktur elektronik, termoelektrik, sifat optik, interaksi materi cahaya, dan spektroskopi,” terangnya.

“Jika menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum, kita dapat memprediksi, menjelaskan, dan mensimulasikan sifat-sifat nanomaterial yang menjadi penopang dari berbagai teknologi kuantum di masa depan, seperti komputer kuantum hingga kriptografi,” ulas Ahmad Ridwan dalam paparannya tentang Efficient Simulation of Quantum Many-Particle System Using Classical Computers.

Dalam acara yang sama, Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN, Anggoro Tri Mursito, menyampaikan bagaimana pengembangan juga kesiapan industri pertambangan dalam negeri, khususnya pada riset dan inovasi.

Anggoro mengatakan, PR Teknologi Pertambangan terdiri dari 6 kelompok riset antara lain eksplorasi pertambangan, teknologi praktik pertambangan, pengelolaan dampak pertambangan, pengolahan mineral, logam dasar dan logam mulia, serta pengolahan mineral bukan logam, batuan dan batubara. “Dari enam kelompok riset, khususnya pada keahlian geologi, geofisik, teknik pertambangan, maupun lingkungan dan juga teknik kimia, dan masih banyak lagi,” ujar Anggoro.

Teknologi pertambangan juga ada beberapa kegiatan pengolahan sumber sekunder antara lain e-waste, limbah industri pertambangan, pertambangan perkotaan. “Kami telah menggunakan mineral processing technology dalam produk prekursor senyawa logam berharga, untuk bahan baku baterai kendaraan listrik, magnet, sensor, fortifikasi makanan, dan material canggih lainnya,” kata Anggoro.

Teknologi Pertambangan juga mempunyai teknologi untuk pengolahan nikel laterit menjadi nikel pig iron (NPI) dengan memanfaatkan host blast temperature. “Dan satu lagi, beberapa mahasiwa juga sukses untuk produk nano iron yang sebagian besar dari nano ion serta nano nikel yang berasal dari laterit. “Ada beberapa aplikasi dari produk semacam ini, maka pada masa mendatang beberapa riset pada beberapa mahasiswa juga akan terus berlanjut,” ujarnya. (hrd,mfn,esw/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Tingkatkan Kapasitas SDM melalui Kolaborasi Riset Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kolaborasi riset global. Salah satu strateginya adalah dengan mendorong SDM periset untuk bersekolah tinggi hingga pascadoktoral di universitas luar negeri, yang memiliki kerja sama dengan BRIN.

Pada acara hari kedua BRIN-Victoria Scientific Forum, Rabu (22/02), perwakilan dari manajemen dan periset BRIN serta perwakilan universitas dari negara bagian (state) Victoria Australia, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, dan The University of Melbourne, membahas riset energi, engineering, manufaktur, nanoteknologi, serta antariksa.

Direktur Manajemen Talenta BRIN, Arthur Ario Lelono menyampaikan bahwa BRIN melakukan strategi eksplorasi untuk menggaet negara bagian Victoria yang memiliki beberapa kampus. “Kita coba targetkan. Contoh kemarin dari Monash University serta Deakin University. Biasanya kita dengan kampus satu per satu, sekarang melakukan strategi menggaet pemerintah Victoria State untuk support beberapa kampus,” ungkapnya.

“Pada dasarnya, rencana kita untuk mengeksplorasi, tetapi tidak hanya mencari mahasiswa S2-S3, tetapi lebih banyak cenderung kolaborasi riset jangka panjang,” imbuh Arthur.

Menurutnya, kelima kampus di Victoria, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, The University of Melbourne, Deakin University, dan Monash University, memiliki keunggulan keilmuan masing-masing.

“Saat ini di antara yang lima universitas, baru dimulai Swinburne University of Technology, ada delapan mahasiswa BRIN yang sudah kita kirim ke sana dan sudah beberapa yang publikasi. Swinburne University of Technology sekarang menyiapkan pembaharuan MoU dengan BRIN. Termasuk ditambah empat kampus ini,” ulas Arthur.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Koordinator Rumah Program ORNM, Agus Sukarto Wismogroho, mewakili Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN. Ia menyampaikan bahwa acara ini bisa menjadi kolaborasi antara BRIN, terutama di ORNM dengan negara bagian Victoria untuk bekerja sama terkait bidang ilmiah. “Kerja sama terkait scientific bisa melalui sekolah dengan pengiriman peneliti-peneliti baru yang belum S2-S3 untuk bersekolah ke sana, serta joint research,” ujar Agus.

Dirinya menjelaskan untuk anggaran dapat diperoleh melalui program seperti DBR dari Direktorat Manajemen Talenta BRIN. “Siapa pun baik ASN maupun non ASN dari kelompok riset atau pun mahasiswa bisa mendaftar. Bagi peminat dapat bersekolah di Victoria State dengan satu pembimbing dari sini (Indonesia) dan satu pembimbing dari sana (Victoria State) hingga selesai,” kata periset dari Pusat Riset Material Maju ini.

“Tema-temanya berkaitan dengan kebutuhan periset di Indonesia (ORNM), seperti bidang material terkait solar sel, atau simulasi, dan sebagainya tinggal disesuaikan dengan yang di sana (Victoria State),” ucapnya.

Dalam acara yang sama, salah satu peserta dari dari Pusat Riset Fotonik,  Jalu Ahmad Prakosa mengungkapkan bahwa forum ini sangat menarik karena mempertemukan para periset BRIN dengan para ahli dan profesor dari universitas di Victoria.

“Saya ingin mencari supervisor untuk melanjutkan program S3 saya, yaitu di negara Australia, karena kualitas pendidikannya bagus, untuk melanjutkan karier saya, untuk meningkatkan kolaborasi internasional, yaitu Australia dengan BRIN,” terang Jalu.

Baginya, kegiatan ini sangat baik dalam membantu link and match antara periset dan profesor yang sesuai. “Kalau kita sendiri sebagai periset cari info di website kemudian kirim e-mail itu lebih sulit direspon. Tetapi di atas payung institusi BRIN ini, bisa mempermudah serta bisa langsung saling berkomunikasi dengan para profesor dari Universitas Victoria di Australia,” lanjut Koordinator Kelompok Riset Kontrol dan Pengukuran Presisi.

“Semoga di tahun selanjutnya, terus diperkuat sehingga critical mass dari para periset BRIN bisa meningkat, dengan lebih banyak yang doktoral sehinga capaian BRIN akan semakin meningkat dan kolaborasi internasional semakin kuat ke depannya,” pungkasnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Antisipasi limbah baterai kendaraan listrik melalui ekonomi sirkular

Oleh Adimas Raditya Fahky P  Jumat, 24 Februari 2023 19:21 WIB

Antisipasi limbah baterai kendaraan listrik melalui ekonomi sirkular

Pengunjung mengendarai sepeda motor listrik pada pameran Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (20/2/2023). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan bahwa insentif untuk kendaraan listrik akan mulai diberikan oleh pemerintah pada Maret mendatang dengan besaran insentif yang diberikan bagi sepeda motor sebesar Rp7 juta per unit. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

60 persen komponen mobil listrik kuncinya ada di baterai.

Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong pemanfaatan kendaraan listrik secara luas, baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat umum.

Selain menjadi moda transportasi yang ramah lingkungan, kendaraan listrik berbasis baterai (electric vehicle) juga diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai pemain besar komponen utama kendaraan tersebut.

Presiden Joko Widodo menyebutkan 60 persen komponen mobil listrik kuncinya ada di baterai. Menurut dia, Indonesia memiliki cadangan material untuk membuat baterai dengan ketersediaan melimpah.

Sebagai bukti keseriusan pemerintah, sejumlah regulasi dan aturan turunannya pun telah diterbitkan, di antaranya Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Kemudian, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Demikian juga aturan turunannya yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Paling sedikit ada enam Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang implementasi kendaraan listrik di Indonesia.

Secara umum, Permenhub ini mengatur tentang uji tipe, pedoman konversi, serta pedoman teknis terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, kebutuhan kendaraan operasional Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI, Polri dari Internal Combustion Engine (ICE) ke Battery Electric Vehicle (BEV) hingga tahun 2030 mencapai sebanyak 398.530 kendaraan roda dua dan 132.983 kendaraan roda empat.

Sementara itu, jumlah total Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) kendaraan listrik yang telah diterbitkan hingga Januari 2023 mencapai 48.162 unit.

Seiring dengan perkembangan teknologi ke depan, dapat dibayangkan bagaimana banyaknya populasi kendaraan listrik, atau bahkan kendaraan otonom akan memenuhi jalan-jalan di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Daur ulang limbah

Meski banyak pihak sepakat bahwa kendaraan listrik jauh lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar minyak, potensi bahaya dari kendaraan listrik tetap ada.

Limbah dari komponen utamanya, yakni baterai dapat menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang serius apabila tidak dikelola dengan baik.

Riset dan studi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa potensi limbah yang perlu diwaspadai adalah baterai bekas pakai, limbah dari proses produksi baterai, serta limbah dari proses daur ulang baterai yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya.

Baterai kendaraan listrik umumnya menggunakan baterai lithium ion (LIB), yang terdiri atas katoda, anoda, elektrolit, separator, dan berbagai komponen lainnya.

Beberapa bahan yang digunakan dalam LIB, seperti logam berat dan elektrolit, dapat menimbulkan ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Jika LIB bekas dibuang begitu saja dan ditimbun dalam jumlah yang besar, ini dapat menyebabkan infiltrasi logam berat beracun ke dalam air bawah tanah, yang mengakibatkan pencemaran lingkungan yang serius.

Demikian pula, jika LIB bekas dibakar sebagai limbah padat, hal tersebut akan menghasilkan sejumlah besar gas beracun, seperti gas hidrogen fluorida (HF) yang berasal dari elektrolit di dalam LIB, yang dapat mencemari atmosfer.

Oleh karena itu, penanganan limbah dari baterai bekas ini sangat dibutuhkan.

Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi, Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN Dr. Aam Muharam menyebut bahwa sudah banyak studi kajian tentang kemungkinan baterai bekas pakai digunakan kembali melalui proses daur ulang (recycle).

Limbah baterai biasanya di-grading atau disortir terlebih dahulu, untuk mengetahui kapasitas/usia baterai relatif terhadap end-of-cycle-nya.

Jika kapasitas baterai di antara 50-80 persen, baterai bekas tersebut bisa digunakan kembali (reuse) sebagai second life battery.

Second life battery merupakan baterai yang digunakan kembali untuk aplikasi berbeda, seperti untuk aplikasi energy storage atau stationary use.

Apabila baterai sudah mencapai kapasitas di bawah 50 persen, baterai bisa didaur ulang untuk mendapatkan material berharga dari baterai bekas untuk menghasilkan baterai baru.

Daur ulang ulang dapat juga melibatkan penggunaan baterai bekas sebagai bahan baku untuk membuat produk baru yang berbeda dari baterai, seperti pigmen keramik atau logam paduan.

“Baterai bekas hasil daur ulang memerlukan uji atau test durability ulang seberapa jauh dapat dioperasikan kembali. Harus ada regulasi atau standar yg mengatur terkait hal ini,” kata Aam.

Studi terkait daur ulang limbah baterai di BRIN dilakukan oleh periset yang tergabung dalam Kelompok Riset Material Berkelanjutan dan Daur Ulang (Sustainable Material & Recycling Group).

Metode yang paling banyak digunakan dalam proses daur ulang baterai adalah metode pirometalurgi dan hidrometalurgi. Masing-masing metode ini memiliki keuntungan dan tantangannya masing-masing.

Untuk pirometalurgi, prosesnya relatif lebih sederhana karena hanya seperti peleburan logam pada umumnya. Namun demikian, energi yang dibutuhkan sangat besar karena membutuhkan temperatur yang tinggi pada prosesnya.

Ditambah, kemurnian logam-logam berharga di akhir proses pirometalurgi cenderung kurang baik dan perlu dilakukan pemurnian lagi dengan proses lanjutan.

Sementara itu, metode hidrometalurgi memiliki rangkaian proses yang lebih kompleks dan panjang. Akan tetapi, logam berharga yang ingin dipulihkan dapat diambil kembali dengan efisiensi ekstraksi yang sangat tinggi.

Salah satu periset Kelompok Riset Material Berkelanjutan dan Daur Ulang, Dr. Sri Rahayu menyampaikan, baik proses pirometalurgi maupun hidrometalurgi, memerlukan pretreatment atau perlakuan awal, seperti pengosongan daya baterai (discharging), penyortiran baterai bekas berdasarkan jenisnya, penghancuran baterai bekas, dan sebagainya.

Langkah ini dilakukan sebelum masuk ke proses daur ulang utama agar nilai efisiensi ekstraksi logam dapat ditingkatkan dan energi yang dibutuhkan untuk proses daur ulang dapat diminimalisasi.

Ekonomi sirkular

Sejalan dengan hal itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengelola limbah baterai kendaraan listrik melalui pendekatan ekonomi sirkular.

Diklaim sebagai model baru dari konsep reduce, reuse, dan recycle, ekonomi sirkular memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah dari suatu bahan mentah, komponen, dan produk sehingga mampu mengurangi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Pendekatan ekonomi sirkular juga meliputi perencanaan desain bahan baku, desain produk, serta proses produksi sehingga memiliki siklus penggunaan yang lebih panjang.

“Prosesnya mulai dari pengumpulan, penghancuran, pengolahan secara kimia dengan teknologi yang ramah lingkungan,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati.

Daur ulang baterai kendaraan bermotor listrik sebagai bahan baku yang berkelanjutan, dianggap lebih ramah lingkungan karena meminimalisir penggunaan bahan baku baru.

Selain itu, juga memberikan manfaat ekonomi karena dapat menekan biaya produksi komponen utama dari kendaraan listrik.

Rosa menyampaikan pemerintah melalui KLHK mengimbau pabrikan maupun bengkel kendaraan agar memiliki fasilitas pengumpulan baterai bekas, untuk selanjutnya diserahkan kepada pemanfaat limbah aki kendaraan listrik.

Ia juga berharap bahan baku baterai tersebut tidak diekspor ke luar negeri, namun diolah oleh industri pembuatan baterai di dalam negeri sebagai pemasok baterai kendaraaan di seluruh dunia.

“Mendorong investor untuk melakukan proses recycle di Indonesia dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Dengan demikian, sejak proses di hulu hingga hilir, bangsa Indonesia mendapatkan manfaat terbesar dari kekayaan sumber daya alam itu.

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/3412893/antisipasi-limbah-baterai-kendaraan-listrik-melalui-ekonomi-sirkular

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kolaborasi Riset BRIN-BRIDA Bali Dukung Produk Berbasis Kearifan Lokal

Bali-Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material melakukan audiensi ke Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Bali, Jumat, (17/02).  Audiensi tersebut dilaksanakan sebagai salah satu bentuk dukungan BRIN kepada BRIDA Bali dalam upaya menjalin kolaborasi mengembangkan potensi-potensi daerah yang ada Bali.

Kepala BRIDA Bali Made Gunaja menyampaikan sesuai dengan arahan Presiden RI dan Gubernur Bali, bahwa hasil-hasil riset tidak hanya berhenti di jurnal ataupun di perpustakaan tetapi harus dapat diimplementasikan kepada masyarakat. Khususnya untuk permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Bali, menurut Gunaja hilirisasi riset menjadi sesuatu yang penting sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

“Riset yang dihasilkan dapat diarahkan untuk menguatkan kearifan lokal yang ada di Bali khususnya dari aspek sandang, pangan, dan industri pariwisata. Selain itu, Bali memiliki produk minuman berbasis kearifan lokal, namun masih belum didukung teknologi dalam memproduksi kemasan/botolnya sendiri. Kedepannya tema riset di Bali akan diarahkan, bagaimana Bali bernaung dalam kedaulatan pangan dan memanfaatkan karifan-kearifan lokal untuk dikembangkan di Bali dan bermanfaat bagi masyarakat Bali,” ungkap Gunaja.

Gunaja menambahkan, Gubernur Bali pernah menyampaikan agar hasil-hasil riset sejalan dengan kearifan lokal dan BRIDA menjadi “dirigen” riset di daerah sehingga dengan adanya kolaborasi dan dukungan intervensi kebijakan diharapkan mampu menuntaskan permasalahan, seperti contohnya kebutuhan untuk botol kemasan produk minuman arak Bali yang masih tergantung dari luar.

Kepala Oganisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN Ratno Nuryadi, mengatakan bahwa melalui audiensi ini kedepannya akan ada kolaborasi yang bisa kita laksanakan terkait dengan pemanfaatan teknologi, rekomendasi maupun bidang lainnya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada, dan tentunya dapat menguntungkan semua pihak baik itu BRIN maupun BRIDA.

“Kolaborasi dengan pemangku kepentingan harus dijalin dengan berbagi pihak baik dari universitas, industri, kementerian, maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. BRIDA merupakan salah satu partner yang cocok untuk mewujudkan maksud tersebut, mengingat BRIDA dan BRIN memiliki kemiripan sama-sama untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada,” ungkap Ratno.

Ratno menambahkan, Bali memiliki kekuatan ekonomi yang bagus di bidang pariwisata, tetapi disamping itu masih ada hal-hal pendukung pariwisata lainnya yang masih perlu dikembangkan. Dilihat dari kacamata kepakaran, BRIN dapat membantu dalam hal seperti teknologi pengemasan pangan dari hasil pertanian.

“Sumber daya manusia BRIN di Bali memiliki keahlian di bidang keramik kreatif dan sangat dekat dengan hilirisasi terutama dengan kebutuhan Pemerintah Provinsi Bali. Sebagai contoh, desain yang dimiliki tetap memiliki kekhasan Bali dengan perpaduan antara teknologi oleh BRIN dengan keseniannya,” pungkas Ratno

Terakhir, Ratno menyampaikan periset harus memiliki kompetensi yang kuat, mengikuti regulasi, dan sesuai kebutuhan. Dalam pengembangannya juga harus merangkul BRIDA Bali, industri yang terkait, dan masyarakat yang membutuhkan. Melibatkan pemangku kepentingan harus dari awal perencanaan hingga perancangan riset agar hasil riset yang dihasilkan berkelanjutan dan dapat dihilirisasi. (igp/yul/gws)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Dukung Kegiatan Riset, BRIN Siapkan Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju serta Sains Fundamental Molekuler

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempunyai sejumlah program untuk mendukung berjalannya kegiatan riset. Salah satunya adalah bantuan pendanaan melalui mekanisme Rumah Program yang ada di Organisasi Riset. Para periset di BRIN bisa mendaftar sesuai kriteria dan spesifikasi yang dipersyaratkan.

Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) BRIN menggelar Kick Off Meeting sebagai tanda diawalinya pelaksanaan kegiatan Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju, serta Rumah Program Sains Fundamental Molekuler, pada Kamis (16/02) secara daring. Rumah Program ini tidak hanya ditujukan untuk internal ORNM, tetapi juga untuk OR lainnya.

Kepala ORNM Ratno Nuryadi mengatakan, pelaksanaan kegiatan Rumah Program tahun 2023 ini, tidak tidak lepas dari pelaksanaan rumah program tahun 2022. Ia mengapresiasi para pendaftar hingga terpilih 24 proposal riset lolos Rumah Program Sains Fundamental Molekuler, serta 185 proposal riset Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju.

“Selamat kepada peserta yang lolos, terima kasih para reviewer, tim koordinator rumah program juga yang telah banyak membantu kami sampai proses review, hingga diumumkan saat ini, dan juga membantu mengawal pelaksanaan kegiatan rumah program di tahun anggaran 2023,” ujarnya.

Ratno berharap agar bisa memaksimalkan kegiatan di Rumah Program ORNM, meskipun dananya tidak besar. “Saya menggarisbawahi, bahwa sifat dari grant research di Rumah Program itu sifatnya seed funding dan bisa extend,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa dengan memperpanjang riset bisa mendaftar lagi ke pendanaan-pendanaan yang lain. “Dengan modal dari kegiatan di Rumah Program ini nanti bisa meng-apply pada kegiatan RIIM yang ada di Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi – BRIN, atau ke dana eksternal, seperti Kelapa Sawit, atau pun dana yang lain termasuk juga dana-dana dari luar negeri,” imbuhnya.

“Mudah-mudahan rumah program ini bisa menjadi trigger, sehingga bapak-ibu bisa melompat mendapatkan pendanaan kegiatan yang lebih dari pada rumah program di sini. Kemudian bisa meng-extend kegiatan-kegiatannya seperti grant riset yang yang lain dan membuat kolaborasi baik kolaborasi dengan industri maupun kolaborasi dengan mitra periset, universitas, baik di dalam maupun di luar,” harapnya.

Koordinator tim Rumah Program, Agus Sukarto Wismogroho menyampaikan terdapat 13 reviewer dari ORNM dan dari OR Penerbangan dan Antariksa. “Para reviewer berasal dari berbagai macam kompetensi, dan secara prinsip reviewer telah melakukan secara objektif dan menyesuaikan dengan skema penilaian yang telah kita tetapkan,” terangnya.

Dalam laporannya, Agus mengatakan review tahun ini sedikit berbeda dengan tahun lalu. “Setiap tahun ada perubahan sedikit-sedikit dengan memperhatikan dinamika yang ada di tempat kita, baik topik, reputasi dari pengusul di samping konten dan janji, juga memperhitungkan keberadaan mitra,” ulasnya.

“Kita mengharapkan salah satu dari output target riset standar adalah jurnal global accepted, disamping HKI, purwarupa, dan jurnal-jurnal yang lainnya sehingga ini kita fasilitasi, dan untuk yang sekolah juga membutuhkan, maka kita setarakan dengan yang lainnya supaya fair,”  ucap Agus.

Senada dengan Kepala ORNM,  Agus menyampaikan bahwa seed funding itu hanya bibit, bukan akhir dari segalanya, oleh karena itu sukses adalah kalau bibitnya membesar dan berbuah, sehingga seed ini jauh membesar menjadi anggaran yang lebih besar keluar.

“Proposal baik yang telah diajukan, bisa menjadi lebih baik lagi untuk diajukan ke RIIM, PKR, Kedaireka, LPDP, Kelapa Sawit, JSPS, dan sumber funding riset lainnya. Sukses itu kita modali sedikit, maka pertengahan-akhir tahun bisa mendapat yang lebih besar, karena Ini menjadi sangat baik untuk sumber riset, sehingga tumbuh menjadi lebih baik ke depannya,” pesannya.

Agus mengajak para penerima dana riset bersama reviewer dan fasilitator lainnya yang berasal dari berbagai OR di BRIN, untuk membangun kolaborasi riset. Mulai dari tim yang kecil menjadi besar untuk memperbesar ruang lingkup pada level nasional. 

“Dengan membangun potensi kolaborasi antar tema maupun dengan mitra kolaborator lain,  kita bisa membangun pendanaan baru untuk menghasilkan skema yang lebih besar dan berujung membuat produk teknologi yang diakui masyarakat baik level global maupun ke industri,” tutupnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan UPSI Malaysia Wujudkan Kolaborasi Riset Dua Negara

Tangerang Selatan – Humas BRINSebagai institusi riset pemerintah di Indonesia, nama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bergaung juga ke negeri seberang. Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia, pada Senin dan Selasa (13-14/02), mendatangi KST BJ Habibie BRIN Serpong untuk  menjajaki peluang kerja sama riset dengan BRIN, khususnya Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) serta Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM).

Direktur Manajemen Talenta – Kedeputian Sumber Daya Manajemen Iptek (SDMI) BRIN, Arthur Ario Lelono, yang turut hadir pada acara tersebut, mengatakan bahwa BRIN mempunyai program-program yang selaras dengan UPSI. “BRIN membuka selebar-lebarnya kerja sama khususnya dengan kampus negeri ataupun swasta baik di dalam maupun dari luar negeri, periset atau penggiat riset dari komunitas dan industri, untuk mensinergikan kegiatan riset di Indonesia, sekaligus membangun SDM,” ungkapnya.

Salah satu kerja sama yang paling potensial menurutnya adalah peningkatan kompetensi periset. “Tentunya kami di Kedeputian SDMI BRIN, mempunyai tugas ataupun kewajiban yang sama dengan teman-teman dari perguruan tinggi, bagaimana menyiapkan SDM unggul,” tegas Arthur.

Kolaborasi peningkatan kompetensi periset BRIN dan UPSI antara lain melalui program mobilitas periset dan post doctoral, yang sejalan dengan program manajemen talenta BRIN. Oleh karena itu, pada agenda kali ini, UPSI dan BRIN merealisasikan penandatanganan Letter of Intent (LoI). 

Deputy Vice Chancellor Research & Innovation UPSI, Suriani Abu Bakar, menyampaikan bahwa BRIN dipandang sebagai lembaga riset yang prestisius. “UPSI memberikan kesempatan kepada periset-periset dari Indonesia termasuk BRIN untuk berkolaborasi membangun komunitas periset dan peningkatan SDM yang relevan,” jelasnya.

Sementara Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan keinginannya agar kerja sama antara BRIN dan UPSI bisa berjalan. “Kerja sama ini akan segera diwujudkan dengan komunikasi yang lebih intens, dan diharapkan pada awal Maret 2023 sudah bisa terealisasi,” ujarnya.

Selama dua hari, tim UPSI berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas laboratorium di KST BJ Habibie dan bediskusi dengan kelompok riset di Pusat Riset Teknologi Polimer, Pusat Riset Fotonik, Pusat Riset Material Maju, Pusat Riset Metalurgi, serta Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi.

Dari diskusi yang berlangsung antara BRIN dengan UPSI, dicapai kesepakatan awal yang akan ditindaklanjuti, yakni untuk kegiatan riset dengan topik Graphene-based Conductive Ink, Microplastic, Biopolymer, dan Sensor.

Sebagai informasi, universitas yang baru saja merayakan 100 tahun berdirinya ini, adalah salah satu universitas negeri terkemuka di Malaysia. Kampus  ini menawarkan 100 program sarjana, pascasarjana, doktoral dan jenjang spesial. UPSI masuk dalam daftar universitas terbaik di Malaysia. Universitas ini memiliki beberapa fakultas di antaranya bahasa, seni dan musik, ilmu kognitif dan pengembangan manusia, sains dan teknologi, teknologi informasi dan komunikasi, bisnis dan ekonomi, ilmu olahraga, serta ilmu sosial dan humaniora. (jp/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN bersama PT PLN Indonesia Power Sepakat Tingkatkan Penguasaan Teknologi Baterai Litium

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Pemenuhan kebutuhan akan energi bersih dan mengurangi ketergantungan kepada energi fosil, serta mendukung percepatan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, PT PLN Indonesia Power (PT PLN IP) bekerja sama dengan  dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam meningkatkan penguasaan teknologi baterai litium. Kerja sama ini diimplementasikan dengan memberikan pembekalan kepada  talent-talent terbaiknya melalui ‘Program Pengembangan Kompetensi SDM PT PLN Indonesia Power, dalam Rangka Penguasaan Teknologi Baterai Litium Untuk Aplikasi Penyimpanan Energi’. Program tersebut akan dilaksanakan pada periode 6 Februari-7 November 2023 di Kawasan Sains dan Teknologi (KST)  BJ Habibie, Tangerang Selatan.

Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan bahwa program pelatihan berbasis riset menjadi suatu hal yang baru yang di lingkungan BRIN. “Program ini dikelola oleh Direktorat Pengembangan Kompetensi Deputi Bidang SDM Iptek dengan fasilitator dan instruktur adalah periset dari lab di Pusat Riset  Material Maju, ORNM,” ujarnya dalam acara pembukaan, Senin (06/02). 

Ratno menambahkan, kegiatan ini akan jadi pembelajaran dengan aktivitas berupa teori dasar, perkuliahan, praktikum, dan diskusi. “Selain peserta akan mendapatkan knowledge, juga bisa merasakan atmosfer aktivitas riset bidang baterai dan melakukan riset bersama. Success story ini akan jadi percontohan atau model bagi pelatihan sejenis berikutnya,” imbuhnya. 

“Program pelatihan ini akan menjadi salah satu bentuk kontribusi BRIN  pada  dunia industri, menjadi pengisi kekosongan kebutuhan-kebutuhan industri dengan pelatihan tema khusus yang bisa didapatkan melalui pelatihan ini. Diharapkan peserta bisa berinteraksi langsung dengan para  periset di BRIN,” ungkap Kepala ORNM. 

Dirinya berharap dengan berbagai macam hak kekayaan intelektual baterai yang dimiliki oleh BRIN dan potensi PT PLN IP sebagai perusahaan energi, yang akan lebih banyak mewarnai renewable energy di masa depan. “Maka kerja sama yang sudah dimulai sejak  2020 melalui MoU BRIN dengan PT PLN IP, dan telah diperbaharui pada 27 Oktober 2022 terkait pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi bidang ketenagalistrikan serta energi baru terbarukan, kolaborasi ini akan semakin menguat,” harapnya. 

“Program pengembangan kompetensi ini tidak hanya sekedar pelatihan atau transfer of knowledge namun diujungnya nanti harus menghasilkan learning exchange project (outcome) berupa hasil penelitian dan pengembangan bahan aktif lembaran elektroda, cell baterai serta kajian pengembangan industri baterai litium  di masa depan,” tambah Ratno.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT PLN IP yang diwakili Direktur Human Capital, Manajemen dan Adminstrasi, Wisnu Satriono mengatakan bahwa kolaborasi dengan BRIN ini sudah digagas sejak tahun 2020. “Penguasaan teknologi baterai menjadi penting karena mengurangi ketergantungan pada energi fosil serta mendukung terwujudnya energi bersih di Indonesia,” katanya. 

Menurut Wisnu, kegiatan ini merupakan salah satu upaya Indonesia mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai, karena Indonesia memiliki potensi besar apabila mampu menguasai teknologi baterai tersebut. “Potensi ini juga didukung sumber daya alam yang melimpah untuk baterai litium, yang menjadi kunci bagi indonesia untuk membangun industri baterai tersebut, hingga membangun infrastruktur mobil listrik dan metode penyimpanan energinya,” jelas Wisnu 

Tantangan bagi PT PLN IP sehubungan peningkatan kebutuhan energi adalah peningkatan capacity building, dengan harapan semoga terjadi percepatan pemasangan teknologi baterai litium. “Oleh karena itu PT PLN Indonesia Power perlu bersinergi dan bekerja sama dengan institusi lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia. Secara bersama-sama bersinergi melakukan skill up pengembangan teknologi baterai, khususnya baterai litium,” tegasnya. 

Pada kesempatan terpisah, Vice President Learning Management PT PLN Indonesia Power,   Tengku Yusuf mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan mengakuisisi ilmu pengetahuan dan kompetensi baru dari BRIN untuk PT PLN IP.  

“Karena teknologi baterai adalah teknologi masa depan, namun dalam waktu dekat akan menjadi teknologi yang sangat fundamental untuk renewable energy mobil listrik dan kendaraan listrik lain. Bagi BRIN yang telah memiliki HKI untuk teknologi dimaksud, ini akan menjadi competitive advantage. Potensi kerja sama ini sangat baik sehingga kedepan akan menghasilkan value creation untuk BRIN dan  PT PLN IP,” ulasnya.  

“Ini adalah inisiasi awal dan dipilih SDM terbaik untuk mengikuti pelatihan. Program ini tidak hanya sebatas knowledge, tapi pada akhir program diharapkan akan lahir suatu prototipe skala lab dan menjadi yang pertama untuk solar systemsupport bagi pembangkitan dalam rangka transisi dan renewable energy di masa datang, harapan besarnya seperti  itu,” ungkap Tengku.

Sementara Gerry M Napitupulu, salah satu dari delapan peserta program berharap, dengan pelatihan ini diharapkan PT PLN IP dapat menjadi pionir di BUMN, yang menguasai teknologi baterai litium. “Ke depan semoga bisa memproduksi baterai di dalam negeri dengan membangun pabrik baterai litium,” ucap Gerry. (jp/ed:adl)