Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Profesor Riset BRIN Temukan Formulasi Kosmetik Berbasis Teknologi Nanoemulsi Berbahan Herbal

Jakarta – Humas BRIN. Pemanfaatan sumber daya herbal Indonesia menjadi potensi yang sangat penting dalam pembuatan kosmetik untuk memberikan keamanan dan kenyamanan yang tinggi bagi konsumen. Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yenny Meliana mengatakan saat ini penggunaan bahan baku berbasis bahan alam herbal Indonesia seperti pegagan, jahe, lidah buaya, alga, kulit buah manggis, minyak atsiri, dan lain-lain telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan produk kosmetik yang bermutu tinggi.

Di sisi lain, kata Yenny, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di pasaran. Hal ini yang mendasarinya untuk melakukan penelitian mengenai Peran Teknologi Nanoemulsi Untuk Pengembangan Mutu Kosmetik Dari Herbal Asli Indonesia. Yenny pun berhasil menemukan beberapa formulasi kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi seperti: anti-selulit dari ekstrak pegagan dan jahe, serta anti-aging dari ekstrak pegagan dan kulit manggis dan solid perfume.

Yenny menjelaskan teknologi nanoemulsi sangat memungkinkan untuk diaplikasikan pada bidang kosmetik. Aplikasi teknologi nanoemulsi ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi. Sifat-sifat dari formulasi nanoemulsi ini memiliki keunggulan yaitu kestabilan yang baik, pelepasan bahan aktif yang terkontrol dan juga tertarget. 

“Dalam pengembangan kosmetik membutuhkan sistem penghantaran kosmetik yang baik, salah satunya adalah nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan sistem yang sangat menjanjikan dalam peningkatan mutu kosmetik, karena dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif,” jelas Yenny dalam orasi pengukuhan profesor riset bidang teknik kimia di Auditorium BRIN Gedung BJ Habibie Jakarta, Jumat (25/11).

Menurutnya, peluang untuk menerapkan hasil penelitiannya terkait nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik di Indonesia sangat besar. Hal ini didukung meningkatnya kebutuhan terhadap kosmetik dan tren yang mulai bergeser ke arah nanoteknologi. Pengembangan teknologi nanoemulsi khususnya bahan herbal asli Indonesia memerlukan kerja sama semua pihak, khususnya kerja sama antar peneliti dan akademisi yang melibatkan mahasiswa serta dunia industri.

“Hasil temuan ini sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri dengan menggandeng perusahaan start-up di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi. Penggunaan teknologi nanoemulsi dapat meningkatkan efikasi dari produknya sehingga memberikan nilai tambah komersial terutama dengan mengedepankan penggunaan herbal asli Indonesia,” ungkap wanita yang meraih gelar S3 bidang Teknik Kimia di National Taiwan University Taipei tahun 2012 itu.

Yenny pun meyakini hasil temuan teknologi nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik ini sebagai temuan yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pemanfaaan berbagai bahan herbal Indonesia yang dibalut dengan teknologi nanoemulsi dapat menambah nilai ekonomi. Penemuan aplikasi nanoemulsi ini dapat menjadi pionir kosmetik dengan teknologi nano yang dapat menambah daya saing produk lokal.

Hasil invensi ini memanfaatkan bahan-bahan herbal Indonesia yaitu pegagan dan jahe sebagai anti selulit, kulit manggis sebagai anti aging, minyak atsiri sebagai solid perfume di mana ukuran droplet berkisar antara 50-200 nm yang dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam jaringan kulit sehingga meningkatkan efektifitas efikasinya.

Namun demikian, terdapat tantangan regulasi untuk mensertifikasi produk kosmetik berbasis nano yang perlu ditindaklanjuti dan dibedakan dengan produk material nano anorganik karena dari segi karakteristik dan kebutuhan kosmetik nano memiliki ciri khas tersendiri. Dengan adanya penyesuaian regulasi khusus kosmetik nano, diharapkan tren kosmetik berbasis nanoteknologi bisa berkembang dan mudah diterima oleh masyarakat.

Menurutnya, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di Indonesia. Padahal, lembaga-lembaga internasional seperti The World Health Organization (WHO), European Commission (EC) dan The Food and Drug Administration (FDA) mulai mengembangkan panduan terkait keamanan dan penggunaan produk industri berbasis nanomaterial. “Ke depan arah kebijakan untuk izin edar ditelaah lebih lanjut menyesuaikan karakter khususnya ukuran nanoemulsi kosmetik,” beber wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN tersebut.

Di sisi lain, Yenny berharap agar kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap sumber daya herbal asli Indonesia dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi serta menjamin pengelolaan potensi kekayaan herbal asli Indonesia dengan lintas sektor agar mempunyai daya saing sebagai sumber ekonomi masyarakat dan mendatangkan devisa negara serta mengantarkan Indonesia untuk menuju kemandirian dalam segala bidang. 

Yenny juga mengatakan perlu membangun sinergi di lintas sektor terkait, sinergi kebijakan nasional dan regulasi sehingga hasil eksplorasi penelitian dapat dihilirisasi atau dikomersialisasikan menjadi produk yang lebih berkualitas, bermutu dan memiliki efikasi yang lebih baik serta memiliki nilai jual tinggi. “Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti untuk bersinergi dengan industri dalam rangka akselerasi proses hilirisasi hasil litbang kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi,” pungkasnya. (jml)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Saatnya Para Profesor Riset Tingkatkan Kontribusi kepada Negara Melalui Penguasaan Iptek

Bertambah lagi jumlah periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memperoleh gelar Profesor Riset. Kali ini sebanyak empat periset akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset di bidangnya masing-masing. Pengukuhan gelar Profesor Riset ini akan diselenggarakan pada Jumat, 25 November 2022 mulai pukul 08.30 WIB secara hybrid. Secara daring kegiatan ini dapat diikuti melalui https://linktr.ee/orasiprof.brin 

Jakarta, 23 November 2022,Para periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan talenta unggul kebanggaan Indonesia, perlu meningkatkan kontribusi kepada bangsa dan negara melalui penguasaan iptek di berbagai bidang. Pesan ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelang pengukuhan empat periset BRIN menjadi Profesor Riset.

“Salah satu yang sedang dilakukan BRIN adalah dengan melahirkan ahli dan pakar di berbagai bidang untuk dapat lebih berkontribusi memajukan iptek Indonesia,” ujar Handoko.

Capaian yang diperoleh empat periset yang akan dikukuhkan menjadi Profesor Riset kali ini, lanjut Handoko menjadi gelar tertinggi yang dicapai seseorang yang berkarir sebagai periset. Kendati Profesor Riset ini bukan gelar secara kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN), namun gelar ini memberikan amanah tambahan yang tidak ringan bagi yang menyandangnya.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun tanggung jawab sebagai Profesor Riset untuk memberikan teladan bagi periset lainnya,” lanjutnya.

Secara urutan nasional, keempat periset yang akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset yakni Prof. Augy Syahailatua (646) dari Pusat Riset Oseanografi, Prof. Yenny Meliana (647) dari Pusat Riset Kimia Maju, Prof. Bambang Sunarko (648) dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Prof. Widya Fatriasari (649) dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk. Namun untuk lingkungan BRIN, secara urutan sejak BRIN berdiri pada 2021, keempatnya menduduki urutan ke 23, 24, 25, dan 26.

Kepada keempat Profesor Riset yang baru, Handoko merasa bangga atas capaian ini, dan menjadi bukti bahwa periset Indonesia mampu menghasilkan karya yang berkualitas internasional. “Tentunya hal ini dapat menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Dalam orasi pengukuhannya, Prof. Dr. Augy Syahailatua, M.Sc pakar bidang Oseanogeografi menyampaikan terkait riset iktioplankton di Indonesia tercatat 6 spesies larva ikan sidat tropis yang teridentifikasi dan terkonfirmasi melalui analisis genetika (DNA). Selanjutnya, agar riset iktioplankton dapat terus berkembang di Indonesia, maka perlu dibangun sistem basis data telur dan larva ikan yang lebih baik, dan didukung oleh fasilitas penyimpanan koleksi iktioplankton yang memadai, sehingga dapat dijadikan sumber rujukkan iktioplankton nasional. Tentunya penggunaan fasilitas Kapal Riset dan laboratorium riset akan sangat mendukung riset iktioplankton.

Prof. Dr. Yenny Meliana, M.Si pakar bidang Teknologi Kimia menyampaikan orasi tentang nanoemulsi yang dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif karena memiliki sifat sensoris yang baik dengan penetrasi yang cepat dan memiliki tetesan (droplet) yang kecil serta memiliki kemampuan dalam mengurangi kehilangan air dari kulit. Hasil temuan tentang berbagai aplikasi nanoemulsi untuk kosmetik seperti untuk firming agent, anti-aging, solid perfume, dan lainnya sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi.

Prof. Dr. Bambang Sunarko pakar Bidang Mikrobiologi, dalam orasi nya menyampaikan hasil kegiatan bioprospeksi sumberdaya mikroba Indonesia dalam mentransformasikan senyawa nitril dan sianida, dan potensi pemanfaatannya sebagai biokatalis untuk mensintesis berbagai senyawa kimia dan farmasetika, serta untuk mendetoksifikasi senyawa nitril yang toksik di lingkungan. Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan dan penerapan proses bersih (green chemistry).

Sedangkan Prof. Dr. Widya Fatriasari pakar bidang Teknologi Bioproses menyampaikan orasi tentang penelitian teknologi kilang hayati yang efektif terus tumbuh yang bertujuan untuk meningkatkan rendemen, penciptaan teknologi lebih ramah lingkungan dan penurunan aspek biaya. Tahapan penting dalam proses konversi biomassa menjadi bio produk berbasis selulosa dan lignin adalah fraksionasi/praperlakuan, hidrolisis, fermentasi dan peningkatan mutu. Teknologi yang dikembangkan berkontribusi dalam penerapan konsep kilang hayati dalam penyediaan energi terbarukan dan biomaterial berkelanjutan secara ekonomis.

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/110903/saatnya-para-profesor-riset-tingkatkan-kontribusi-kepada-negara-melalui-penguasaan-iptek

Categories
Uncategorized

Meriset Pengolahan Limbah dari Agroindustri, Amanda Sukses Raih Japan Award

Jakarta – Humas BRIN. Riset dengan judul The Value of Agricultural Waste: Cellulose as a Building Block for Materials, mengantarkan Athanasia Amanda Septevani meraih The 2022 (The 16th) Japan International Award for Young Agricultural Researchers (Japan Award) di Tokyo Jepang, pada Selasa (22/11).

Hasil penelitiannya ini merupakan pengolahan limbah dari agroindustri, khususnya perkebunan kelapa sawit, untuk diolah menjadi material berbasis selulosa. Material ini memiliki sifat baru, dan bernilai tinggi, serta dapat diaplikasikan ke berbagai bidang, seperti lingkungan, kesehatan, kemasan, elektronik, dan energi.

Wanita yang akrab dipanggil Amanda ini, bersama penerima penghargaan lainnya dari Madagaskar dan Meksiko berkesempatan mempresentasikan hasil risetnya. “Hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri, melalui apreasiasi internasional sebagai hasil kerja keras kami. Saya bersyukur, dapat mengharumkan nama Indonesia dalam perkembangan iptek, pada skala internasional,” ujar peneliti yang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di The University of Queensland, Australia.

Melalui presentasinya, peneliti yang awalnya ingin menjadi dokter ini, berkesempatan menunjukkan hasil riset yang sedang dikembangkan oleh BRIN. Kontribusinya dalam menghadapi tantangan pengolahan limbah agroindustri di Indonesia, dan solusi alternatif untuk negara lain. Sekaligus membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak, bersama-sama memberikan solusi inovatif melalui riset.

Wanita yang bersuami peneliti juga ini mengungkapkan harapannya, agar dapat menjalin kerja sama riset lebih lanjut dengan pemerintah Jepang. Khususnya Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) dan Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS). “Semoga dengan penghargaan ini, mampu memberikan manfaat nyata. Memberikan dampak langsung, melalui kontribusi perkembangan iptek di bidang pertanian, kehutanan, khususnya dalam pengelolaan, dan teknologi limbah,” ungkapnya.

Menurutnya, riset material ini sangat penting dikembangkan secara berkesinambungan, untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Limbah padat biomassa jumlahnya banyak, namun masih belum dimanfaatkan secara optimal. “Pemanfaatan limbah agroindustri menjadi material maju (waste for materials), tidak hanya dapat mengatasi masalah pencemaran limbah. Selain itu, dapat memberikan nilai baru dan manfaat, menjadi produk inovatif yang bernilai tinggi. Pada akhirnya, bisa meningkatkan produktivitas indutri agro secara menyeluruh, menuju ekonomi sirkular,” ulas Amanda.

Sejak 2017 setelah studi doktor hingga sekarang, dirinya bersama tim telah melakukan riset ini secara berkesinambungan dan konsisten. “Berbagai pendanaan, telah berhasil kami dapatkan. Baik dalam maupun luar negeri, dan dari berbagai sektor, seperti lembaga pemerintah, universitas, serta industri. Salah satu industri yang terlibat aktif dengan kami, adalah PT Mandiri Palmera Agrindo, yaitu industri kelapa sawit. Perusahaan yang aktif bersama kami, dalam mengimplementasikan teknologi yang kami kembangkan, dalam mengolah limbah perkebunan kelapa sawit mereka di Sulawesi,” jelasnya.

Sebagai informasi, Japan Award diselenggarakan tiap tahun oleh MAFF dan JIRCAS. Bertujuan untuk memotivasi para peneliti muda, dalam mengembangkan penelitian di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta industri terkait di negara-negara berkembang. (mfn/ ed:adl, ns)

Sumber : https://brin.go.id/news/110902/meriset-pengolahan-limbah-dari-agroindustri-amanda-sukses-raih-japan-award

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Peneliti BRIN Lakukan Analisis Korosi dan Kegagalan Mekanik Guna Cegah Degradasi Material

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Korosi dan kegagalan mekanik merupakan penyebab umum menurunnya umur pakai material dan degradasi material, terutama logam dan paduan. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan umur pakai material, mulai dari pemilihan bahan yang benar, optimasi desain mempertimbangkan aspek metalurgi mekanik, modifikasi permukaan, pelapisan (coating), hingga penggunaan inhibitor.

Dalam rangka diseminasi hasil penelitian mengenai korosi dan analisis kegagalan mekanik, serta sebagai sarana untuk berdiskusi mengenai berbagai kasus dan permasalahan korosi dan kegagalan mekanik antara para praktisi dan peneliti, Pusat Riset Metalurgi (PRM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan workshop Metalurgi secara daring untuk berbagai kalangan, diantaranya industri manufaktur, akademisi, universitas, lembaga penelitian, dan mahasiswa, pada Jumat (18/11).

Kepala Pusat Riset Metalurgi (PRM), Ika Kartika menyampaikan, target dari workshop dengan topik Degradasi Material: Korosi, Kegagalan Mekanik, dan Mitigasi, agar para pemangku kepentingan dapat memahami apa itu korosi, karakteristik dan mitigasinya, serta pengetahuan mengenai kegagalan mekanik pada material komponen.

“Bahasan workshop kali ini meliputi berbagai aspek metalurgi pada degradasi material, khususnya pada logam dan paduan, yang terdiri dari pemilihan material, penilaian korosi pada berbagai lingkungan, prediksi umur pakai material dari perspektif korosi dan metalurgi mekanik, berbagai fenomena korosi dan teknik proteksi korosi dan mitigasi kegagalan mekanik material,” tuturnya.

Peneliti PRM, Siti Musabikha menjelaskan bahwa korosi sangat penting untuk dipelajari, karena korosi dapat menimbulkan kecelakaan atau kehilangan jiwa, sehingga perlu dilakukan bagaimana cara mengontrolnya. “Pada prinsip dasar, korosi terdiri dari 3 elemen, yaitu metal, elektro kimia potensial dan elektrolit, sedangkan korosi itu sendiri dapat diidentifikasi dengan kasat mata, dengan menggunakan alat inspeksi spesial, dan dapat juga dengan alat seperti mikroskop,” ujarnya.

Lebih lanjut Siti menerangkan secara detail bahwa korosi itu ada beberapa jenis diantaranya korosi seragam (uniform corrosion), korosi sumuran (pitting corrosion), korosi celah (crevice corrosion), korosi metalik (galvanic corrosion), korosi erosi (erotion corrosion), korosi kavitasi (carvitation corrosion), korosi gesekan (freeting corrosion), korosi intergranular (intergranular corrosion), korosi terkelupas (exfoliation corrosion), dealloying, korosi stres-retak (stress corrosion cracking), korosi kelelahan (fatigue corrosion), dan korosi MIC (microbiological induced corrosion).

“Cara atau metode untuk mitigasi korosi diantaranya dengan seleksi material, memilih desain, menggunakan inhibitor, proteksi katodik, dan terakhir dengan menggunakan coating atau cat,” terang Siti.

Ditambahkan olehnya, memahami mekanisme korosi dan kegagalan mekanik merupakan hal penting dalam meningkatkan umur pakai satu bahan, meningkatkan keamanan, dan mencegah potensi kecelakaan yang terjadi tiba-tiba akibat kegagalan material,  mendesain strategi inspeksi,  dan melakukan perawatan komponen yang efektif dan efisien,”  urainya.

Menurutnya, beberapa penyebab umum mekanisme kegagalan mekanik yang sering ditemui yakni korosi karena pengaruh lingkungan, deformasi mekanik karena pembebanan berulang, retakan yang merambat, perubahan struktur mikro dan komposisi.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti PRM lainnya, M. Satrio Utomo, memaparkan topik riset tentang Finite Element Analysis for Failure Analysis. “Finite Element Analysis (FEA) untuk analisis kegagalan adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan isu mekanik dan isu teknikal menggunakan konsep matematika numerik,” ucapnya.

Dikatakan Satrio, FEA adalah prosedur simulasi analisis mekanik material berdasarkan konsep komputasi atau numerik, dalam memecahkan atau menyelidiki masalah teknis. “Fenomena fisika dapat dimodelkan dalam analisis elemen hingga dapat berupa apa saja jika kita memiliki tiga prasyarat, yakni domain komputasi yang terdiri dari node/elemen, kondisi batas, sifat material, parameter ambien, dan seterusnya sebagai input pra-pemrosesan, dan model matematis dan metode komputasi sebagai pemroses. Selama ada 3 komponen ini dapat dilakukan simulasi suatu fenomena yang ada di dunia nyata,” urainya.

Dalam mengembangkan model analisisnya, Satrio menggunakan piranti lunak khusus. “Ada software yang komersial dan ada yang gratis, jika kita ingin melakukan FEA kita harus menentukan modelnya dulu, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi. Untuk 2D lebih mudah memodelkannya dan diubah serta cepat proses analisisnya. Kekurangan 2D adalah desainnya konservatif, tidak dapat mencerminkan kondisi realistis, kurang bisa dimengerti dan tidak bisa lebih detail daripada 3D. Sementara model 3D keuntungannya lebih bisa dimengerti, bisa lebih menggambarkan kondisi riilnya dari segala arah, namun kekurangannya sulit untuk membuat atau mengubah model, ukuran filenya besar, dan membutuhkan waktu lama untuk menganalisis,” papar Satrio. 

Dirinya juga menambahkan sejumlah metode terkait kegagalan FEA. “Kegagalan dari FEA dapat dilakukan dengan dua metode, yakni FMEA (Failure Modes & Effect Analysis) dan Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram). Kemudian untuk pemeliharaan dapat dilakukan dengan 3 model, pertama Breakdown/Reaktif, yaitu jika barang rusak kita perbaiki. Lalu Preventif, yaitu secara berkala diganti komponen yang rusak. Terakhir Prediktif, dengan menggunakan sensor-sensor tertentu untuk mengatasi kerusakan dan berpusat pada keandalan alat tersebut,” pungkas Satrio. (esw, ls, mfn/ ed:adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110888/peneliti-brin-lakukan-analisis-korosi-dan-kegagalan-mekanik-guna-cegah-degradasi-material

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Bentuk Pusat Kolaborasi Riset Guna Sikapi Perkembangan Teknologi Kuantum

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelengarakan Seminar Perkembangan Riset dan Fokus Grup Diskusi Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Teknologi Kuantum 2.0, dengan tajuk ‘Menyongsong Revolusi Kuantum di Indonesia dan Dunia’, Kamis, (17/11) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong.

Acara PKR yang berlangsung secara hybrid tersebut diinisiasi oleh Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum (PRFK), Ahmad Ridwan Tresna Nugraha dan tim, bersama Pusat Riset Fotonik BRIN, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Telkom University (Tel-U). Tujuannya yaitu membuka peluang bagi periset dan akademisi yang tertarik mengikuti perkembangan teknologi kuantum.

Dalam sambutannya, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN , Ratno Nuryadi, mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah secara bersama-sama yang telah menggolkan Pusat Kolaborasi Riset.

“Selamat datang di KST Habibie untuk melaksanakan Seminar Perkembangan Riset dan Forum Diskusi PKR Teknologi Kuantum 2.0. Semoga agenda seminar ini menjadi ajang saling berbagi pengetahuan dan diskusi baik terkait perkembangan teknologi kuantum 2.0 di global dan juga kegiatan aktivitas riset masing-masing anggota PKR,” ujar Ratno.

Ratno menginformasikan saat ini di BRIN ada 15 Pusat Kolaborasi Riset dan Periset dari ORNM terlibat dalam 6 PKR. “Semoga PKR yang ada saat ini menjadi wadah kolaborasi antar periset di tingkat nasional, dan ke depannya bisa dikembangkan menjadi tingkat global,” harapnya.

Pada sesi presentasi pertama, Andriyan Bayu Suksmono dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB menyampaikan tentang ‘Pengenalan Teknologi Kuantum’. Menurutnya, teknologi informasi memiliki kemampuan sekaligus keterbatasan, seperti pada komputer dan ponsel. “Alat tersebut dapat mengolah dan menyimpan informasi, tetapi masih ditemukan kelemahannya seperti keamanan data. Untuk itu diperlukan fisika kuantum karena fenomena yang tidak dapat dijelaskan dengan fisika klasik. Fisika kuantum bisa memecahkan masalah dengan cepat,” terangnya.

PKR Teknologi Kuantum 2.0 melakukan pengembangan teknologi kuantum untuk percepatan transformasi digital di Indonesia. “Tujuannya yakni mengembangkan teknologi kuantum mutakhir serta mempersiapkan SDM dan infrastruktur yang relevan, untuk mengakselerasi transformasi digital di Indonesia, terutama mengatasi pemrosesan ledakan data yang besar di masa depan dan komunikasi yang aman,” ungkap Guru Besar ITB tersebut.

Andriyan menjelaskan terdapat 4 aspek dalam riset kuantum, yakni materi kuantum, alogaritma kuantum, pemrosesan informasi kuantum, dan perangkat kuantum. Ditambahkan pula olehnya bahwa saat ini menjadi isu penting bahwa negara Tiongkok melakukan investasi besar-besaran untuk pengembangan bidang kuantum. “Komputer kuantum sudah dapat dibuat tetapi erornya tinggi, nantinya eror akan semakin kecil, asalkan eror dibawah satu persen dan bisa dikoreksi, alogaritma kuantum bisa jalan dengan komputer kuantum,” ulasnya.

Selanjutnya masih dari ITB, Lutfiatul Mar’ah memaparkan tentang ‘Quantum Random Number Generator (QRNG)’. Random number (RN) adalah bilangan yang kemunculannya terjadi secara acak. “Misalnya tentang pelemparan dadu yang kita tidak mengetahui nomor dadu mana yang akan keluar, atau tentang bilangan acak suatu bilang yang tidak akan tahu nomor mana keluar,” ucapnya.

QRNG adalah skema pembangkit nomor acak atau random number dengan memanfaatkan fenomena kuantum. True randomness (keacakan yang benar) adalah sifat sejati dari fenomena kuantum. “QRNG berdasarkan kuantum optik sudah dilakukan penelitiannya dan ada parameter yang menjadi sumber dari sebuah keacakan yang nantinya diubah menjadi RN, QRNG berdasarkan pengukuran shot noise, serta fluktuasi yang dihasilkan oleh elektron yang dilihat secara diskrit,” papar Lutfiatul.  

Aplikasi nomor acak dapat digunakan pada bidang kriptografi untuk sistem keamanan informasi, enskripsi isi informasi yang dimiliki tidak dapat diakses oleh orang lain, hingga aplikasi simulasi dan permodelan. “Hal ini contohnya kebocoran data pasien sehingga merugikan banyak pihak, sehingga diperlukan random number dengan menggunakan fenomena kuantum, karena sifat sejati dari kuantum memiliki sifat acak,” ulasnya.

Sementara Kepala PR Fotonik BRIN, Isnaeni, memberikan paparan tentang fasilitas riset yang tersedia di BRIN secara umum dan lab fotonik secara khusus yang dapat mendukung riset teknologi kuantum. “Saat ini kebijakan terbuka infrastruktur BRIN memungkinkan semua periset BRIN dan periset Indonesia lainnya untuk mendapatkan akses peralatan dengan menggunakan sistem ELSA (E-layanan Sains) melalui aplikasi elsa.brin.go.id,” terangnya.

Isnaeni menyampaikan khusus di lab fotonik terdapat beberapa alat yang bisa digunakan untuk riset teknologi kuantum seperti laser picosecond, laser nanosecond, dan laser femtosecond. “Ketiga laser yang dimiliki BRIN tersebut mampu mendukung riset bidang optik nonlinear dan kuantum,” sebutnya.

Ke depannya, ia mengharapkan tersedianya fasilitas lain untuk mendukung teknologi kuantum di lab fotonik seperti pump-probe spectroscopy, micro photoluminescence, dan Hanbury Brown and Twiss (HBT) effect. “Dengan keberadaan alat-alat riset tersebut, diharapkan periset Indonesia melalui Pusat Kolaborasi Riset Teknologi Kuantum 2.0 dapat berkiprah di dunia internasional untuk mempercepat implementasi komputasi kuantum,” ungkap Isnaeni.

Berikutnya, narasumber M. Shoufie Ukhtary dari PRFK BRIN menampilkan presentasi dengan judul ‘Qubit Entanglement with Weyl semimetals’. Shoufie menjelaskan tentang keterikatan Qubit (qubit entanglement) oleh polariton plasmon permukaan dalam semimetal Weyl. “Keterikatan tersebut meliputi permukaan polariton plasmon (surface plasmon polariton/SPP), keterikatan Qubit, keterikatan Qubit dalam logam bermagnet. Metode yang digunakan yaitu dispersi foton massal (bulk), dispersi SPP, dan belitan dua Qubit yang menghasilkan keterikatan.

Shoufie menyimpulkan risetnya sebagai berikut. “SPP nonresiprokal dalam semimetal Weyl karena asal topologi, SPP nonreiprokal memberikan keterikatan Qubit yang lebih baik daripada timbal balik, dan keterikatan berumur panjang di semimetal Weyl.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti PRFK BRIN M. Hamzah Fauzi dengan judul ‘Quantum Sensing with NV Centers’. Dalam paparannya Hamzah menyampaikan penelitian yang terkait dengan sensor kuantum. “Mekanisme pengindraan yang berdasarkan sifat obyek kuantum secara alami sangat rentan terhadap gangguan, sehingga bisa menjadi sensitif terhadap interaksi dengan benda tertentu,” ulasnya.

Hamzah mencontohkan material intan yang memiliki cacat kelowongan nitrogen, bisa mendeteksi medan magnet sangat lemah yang tidak bisa diindra oleh sensor biasa. “Keunggulan sensor semacam ini juga bisa bekerja pada temperatur ruang,” jelasnya.

Turut hadir peneliti Gagus Ketut Sunnardianto dari PRFK BRIN, yang mempresentasikan penggunaan Quantum Computing for Quantum Chemistry (Komputer Kuantum untuk Aplikasi Kimia). Peneliti ini memiliki motivasi untuk melanjutkan perhitungan risetnya terkait reaksi reversibel antara hidrogen dan nanografena yang membutuhkan waktu cukup lama jika dikalkulasi dengan komputer klasik. “Masa depan komputasi kuantum sangat penting untuk berbagai aplikasi, termasuk untuk ilmu material,” jelasnya.

Ia menjelaskan terkait algoritma kuantum yang digunakan untuk aplikasi pada kimia dan ilmu material, yakni algoritma kuantum Variational Quantum Eigensolver (VQE). “Saya menggunakan algoritma yang memang sudah terbukti ilmiah untuk mempelajari sifat fisis dan kimia dari suatu material, yakni algoritma Variational Quantum Eigensolver (VQE),” ujar Gagus.

“Kemudian untuk melakukan perhitungan secara komputer kuantum, saya mempelajari software pennylane yang merupakan open-source software, yang bisa digunakan sebagai simulator untuk perhitungan komputasi kuantum,” terang Ketua Kelompok Riset Simulasi dan Desain Nanomaterial. (esw, hrd, ls/ed: adl)

Sumber: https://brin.go.id/news/110886/brin-bentuk-pusat-kolaborasi-riset-guna-sikapi-perkembangan-teknologi-kuantum

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Dukung Mitra Industri Luncurkan Produk Inovasi Baja Ringan Zinium Diverson

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan dukungan terhadap perkembangn industri baja di Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko pada acara peluncuran produk zinium diverson di main hall Garuda-Heritage ICE BSD City, Rabu (16/11).

“BRIN turut mendukung penyediaan produk bahan baja ringan. Kami berharap keberadaan laboratorium teknik pengujian BRIN dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak industri,” kata Handoko.

Dalam kesempatan tersebut Handoko memberikan sertifikat dukungan produk inovasi zinium diverson kepada Direktur Utama PT Sunrise Steel. Sementara Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayanto memberikan pemaparan capain hasil pengujian produk uji dari BRIN.

Pada acara peluncuran produk tersebut, juga dilakukan penandatanganan kerja sama dalam bentuk Letter of Intent (LoI) antara PT Sunrise Steel dengan  BRIN. Penandatanganan kerja sama LoI tersebut diwakili oleh Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Ratno Nuryadi dan  Direktur Utama PT Sunrise Steel Henry Setiawan selaku.

Direktur utama PT Sunrise Steel, Henry Setiawan mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan peluncuran produk bahan baja ringan pertama dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah. “Sejak perusahaan berdiri di tahun 1978, kami berupaya memasarkan lapisan alumunium seng dengan harga terjangkau dan  memiliki masa pakai lebih panjang,” ungkap Henry.

Turut pula hadir dari Osman Semesta Susilo, Wakil Direktur MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia), yang memberikan penganugerahan MURI kepada PT Sunrise Steel atas rekor yang dipecahkan, yakni perusahaan pertama yang memproduksi bahan baja ringan dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah.                                               

Sebagai tanda peluncuran produk, dilakukan pemukulan gong yang oleh Direktur Utama PT Sunrise Steel didampingi Kepala BRIN menandakan produk zinium diverson resmi dipasarkan. (mfn/ ed: adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110885/brin-dukung-mitra-industri-luncurkan-produk-inovasi-baja-ringan-zinium-diverson

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Nanoemulsi, Metode Tepat untuk Menghasilkan Pestisida Nabati

Cape Town – Humas BRIN, Pestisida kimia memang terbukti ampuh membunuh hama pada tanaman. Namun, residunya lama-kelamaan berakumulasi merusak tanah. Polusi lingkungan dapat ditekan, salah satunya dengan penggunaan pestisida nabati.

Penelitian yang dipimpin Yenny Meliana tergambar dalam poster berjudul Green Technology of Botanical Pesticide for Sustainable Food Production and Maintaining Ecosystem. Poster yang terpampang pada WAITRO Summit 2022 tersebut menjelaskan bahwa pestisida nabati yang dihasilkan dari teknologi nanoemulsi tersebut digunakan pada tanaman tomat, lada, dan sayuran. 

Yenny menjelaskan, minyak nimpa, sereh, dan cengkeh, pestisida nabati ini dibuat menjadi emulsi dengan menggunakan teknologi nano. Risetnya telah diuji di Lembang dan Belitung. “Ketahanan stabilitas emulsi telah terbukti. Dalam durasi 6-8 jam, minyak nabati yang telah dicampur dengan air tetap stabil, tidak terpisah,” ungkapnya.

Teknologi nanoemulsi digunakan untuk membuat pestisida nabati lebih stabil. “Dibutuhkan pestisida nabati dengan emulsi yang stabil ketika proses penyemprotan dilakukan pada lahan kebun sayur yang luas dan membutuhkan waktu,” terang Yenny yang saat ini dipercaya sebagai Kepala Pusat Riset Kimia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kolaborasi Internasional

Melalui platform SAIRA, peneliti yang juga mendalami bidang kosmetik ini berhasil mendapatkan rekan kerja penelitian. Partnernya dari Kamerun meneliti hal yang mirip. Perbedaannya, pada bahan dasar emulsi, yaitu tanaman khas Kamerun. Penelitian mereka menitikberatkan pada biokimia, sedangkan penelitian ini fokus pada pemanfaatan nanoemulsi. 

Teknologi nanoemulsi dalam pestisida nabati ini sudah mendapatkan lisensi teknologi dari mitra dan memiliki ijin edar dari Kementerian Pertanian kurang lebih lima tahun lalu. 

Ia berharap, pengembangan selanjutnya adalah pada riset nanoemulsi ke arah herbisida. 

Yenny mengungkapkan, tidak mudah bermitra dengan peneliti yang berada di negara berbeda. Setidaknya ia menyebutkan ada tiga tantangan selama menjalin kolaborasi internasional. Pertama adalah pendanaan operasional. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pertemuan diskusi online melalui zoom, sehingga kedua pihak tidak mutlak harus bertemu secara fisik.

Tantangan berikutnya adalah adanya perbedaan waktu. Hal ini, kata Yenny, terkadang membuat jadwal pertemuan online di larut malam, atau dini hari. “Di Indonesia sudah malam, di Kamerun masih siang,” ujarnya saat didaulat memberikan testimoni success story dalam WAITRO Summit 2022 (15/11) kemarin di Lord Charles, Afrika Selatan.

Terakhir, ia menyebutkan bahwa merawat hubungan berkolaborasi juga bukan hal yang mudah baginya. “Toleransi dan komitmen para pihak harus erat dalam melakukan riset dan mencari peluang pendanaan riset,” tutupnya. (drs)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110866/nanoemulsi-metode-tepat-untuk-menghasilkan-pestisida-nabati

Categories
Uncategorized

BRIN Tajamkan Fokus Rumah Program untuk Tiga Organisasi Riset di KST BJ Habibie

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko bersama jajaran manajemen BRIN mengadakan Rapat Pimpinan (Rapim) penyusunan rumah program 2023. Pada rangkaian Rapim ini, dilakukan pembahasan rumah program (RP) dari tiga Organisasi Riset (OR) yang berbasis di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong, yakni OR Nanoteknologi dan Material (ORNM), OR Energi dan Manufaktur (OREM) dan OR Tenaga Nuklir (ORTN). Acara ini berlangsung di Gedung 71, KST BJ Habibie, Rabu (16/11).

Dalam sambutannya Laksana Tri Handoko mengarahkan bahwa penyusunan Rumah Program (RP) 2023 ini merupakan amanat dari Bappenas yang perlu dilaksanakan. “Rumah program 2023 ini bisa dilakukan tanpa harus melalui Call for Proposal tetapi Call for Join Collaboration, dan ini menjadi tugas inti Kepala OR. Kolaborasi ini dimungkinkan melibatkan pihak eksternal BRIN. Jika ada kendala terkait peralatan atau SDM, dapat dicarikan solusi dengan harapan target 2023 hingga 2024 tercapai,” terangnya.

“Kepala OR diharapkan dapat fokus pada rumah program yang menjadi tusinya. Untuk Call for Join Collaboration harus terarah karena program dari organisasi riset sangat generik dan harus dicermati bersama,” imbuh Handoko.

Pada kesempatan tersebut, Kepala ORNM Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa ORNM merencanakan RP1 dan RP2. “Hasil riset RP1 nanoteknologi dan material maju terdiri dari 4 purwarupa, 200 KTI global, dan 50 HKI. Sementara untuk RO RP2 adalah hasil riset sains  fundamental molekuler berupa 1 purwarupa, 100 KTI global, dan 10 HKI,” ungkapnya.

Berdasarkan arahan Kepala BRIN, ORNM akan mengembangkan 3 fokus kegiatan rumah program, yakni riset material alat kesehatan, instrumentasi pertanian, dan sains fundamental molekuler.

Berikutnya Kepala OREM Haznan Abimanyu menjabarkan Rumah Program yang akan dikembangkan, yaitu energi baru dan terbarukan. “Hasil pengembangan energi baru dan terbarukan pada dua tahun mendatang difokuskan pada prototipe turbin organic rankine cycle (ORC), terkait dengan potensi sampah, excess panas proses industri, pemanfaatan fuel cell, dan penyimpanan hidrogen,” ujarnya

Menanggapi pemaparan dari OREM, Handoko memberikan arahan agar OR menjalin komunikasi dengan industri untuk melakukan magang industri bagi periset, berfokus pada cofiring katalis dari biomassa, serta mengembangkan teknologi proses yang tepat guna. “Buatlah teknologi tepat guna agar dapat digunakan oleh industri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi, agar produk menjadi lebih baik dan mutu yang terjaga,” pesannya.

Kemudian pada sesi berikutnya, Kepala ORTN Rohadi Awaludin menjelaskan Rumah Program yang akan dikembangkan di tahun 2023. “Tiga program kami yaitu energi untuk pembangunan berkelanjutan, daya saing industri untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal dan daya saing produk dalam negeri, serta keselamatan dan keamanan radiasi untuk meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat dari bahaya radiasi,” tuturnya.

Handoko menganjurkan ORTN agar lebih fokus kepada pengembangan nuklir untuk kesehatan, khususnya Radioisotop dan Radiofarmaka (RI/RF). Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya permintaan dari beberapa rumah sakit di Indonesia terkait kebutuhan RI/RF, baik untuk terapi maupun pengobatan. “Tujuannya selain disebabkan oleh kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat, juga mengurangi impor untuk nuklir medisinal,” ulasnya. (jp,esw,ls/ ed: adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110867/brin-tajamkan-fokus-rumah-program-untuk-tiga-organisasi-riset-di-kst-bj-habibie

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Siap Topang Riset dan Inovasi Barang Karet Industri Bidang Perkeretaapian

Bandung – Humas BRIN. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), khususnya pada bidang produk karet masih kurang. Hal ini karena sebagian besar produksi karet alam di Indonesia diekspor dalam bentuk lateks dan karet mentah. Pemanfaatan karet alam bisa lebih optimal jika diolah menjadi produk karet teknik. Ini akan berpengaruh kepada peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang merupakan salah satu prioritas pemerintah pada saat ini.

Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Riset Material Maju (PRMM) mendukung pemerintah dalam mengerek TKDN pada produk-produk karet. “Ini kolaborasi di Pusat Riset Material Maju akan concern pada membuat formula produk prototipe,” tutur Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi, pada penandatanganan perjanjian kerja sama antara BRIN dengan PT Agronesia, Selasa (8/11) di Kota Bandung.

Ratno menjelaskan kolaborasi kali ini sesungguhnya telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Penandatanganan PKS kali ini mempererat sinergi yang sudah terbangun sesuai dengan tujuan BRIN sebagai hub riset dan inovasi. PRMM akan bekerja sama lebih jauh dengan PT Agronesia khususnya divisi Inkaba dalam menerapkan formulasi-formulasi riset dari PRMM di laboratorium Inkaba. “Riil pembuatan prototipenya rencana di sini,” terang Ratno.

Ia juga menyadari bahwa riset di bidang karet industri ini sejatinya memperkokoh dukungan BRIN pada program kereta cepat yang sedang dikerjakan. Banyak sekali material kereta cepat yang menggunakan karet. BRIN mampu mencurahkan dukungannya dari aspek teknologi riset dan inovasi; salah satunya teknik karet. Ratno juga berharap kerja sama ini akan melebar pada berbagai aspek lainnya. Tidak hanya kereta api melainkan bidang transportasi lain. “Bisa menjadi jembatan bagaimana hasil-hasil riset bisa dihilirkan di perusahaan di industri,” katanya.

Kepala PRNM Wahyu Bambang Widayatno mengamini pernyataan Ratno, menurut Wahyu peranan BRIN dalam memperkenalkan teknologi-teknologi karet industri amat signifikan bagi kedua belah pihak. PRNM bisa meriset dan memformulasikan beragam komponen karet seperti Conical bondedDraft Gear dan Crossing Plate. Bila perlu semua permasalahan riil di Inkaba bisa dijadikan topik riset di laboratorium. “Dengan hal tersebut dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan industri,” katanya.

Penandatanganan kerja sama kali ini juga bentuk konkret dukungan BRIN dalam program kereta api cepat. Wahyu menyebutkan tidak hanya PRNM tetapi juga ada kolaborasi dengan Pusat Riset Teknologi Transportasi terkait program tersebut. PRNM fokus pada bagian material-material karet industri. “Satunya adalah crossing plate yang itu memang dibutuhkan untuk pengembangan kereta api cepat dan belum diproduksi secara local,” ungkapnya.

Wahyu percaya, Indonesia sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia mampu menghasilkan produk sendiri dengan TKDN tinggi. Pengujian formulasinya sudah ada di laboratorium dan diharapkan bisa segera diimplementasikan tahun ini. Kendati mendapati berbagai rintangan seperti kurangnya alat uji, namun kolaborasi yang terjalin dengan berbagai pihak industri memberikan semangat positif bagi riset di bidang karet industri. Ia berharap kerja sama ini bisa lebih intens dan melibatkan teknologi material lain seperti logam. “Karena di karet-karet industri ini ada beberapa aplikasi karet industri yang membutuhkan penguat logam/fiber,” serunya.

Direktur PT Agronesia (Perseroda) Mohamad Deddy Gamawan mengaku optimis, Indonesia khususnya Jawa Barat, bisa lebih optimal lagi dalam memanfaatkan sumber daya alam karet yang dimilikinya. Ia percaya kerja sama dengan BRIN adalah salah satu pengungkit penting agar industri karet di Jawa Barat bisa lebih maju. “BRIN tempat orang-orang cerdasnya di Indonesia,” tuturnya.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Tahun pertama akan menghasilkan output purwarupa material Rubber untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator. Tahun kedua menghasilkan output purwarupa rubber cinical bonded, rubber draft gear dan rubber crossing untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator, publikasi internasional, dan draf paten. (AS/ER, ed KG)

Categories
Riset & Inovasi

BRIN-LDE Academy, Kolaborasi Indonesia dan Belanda Tingkatkan Kapasitas Riset Perkotaan Pasca Pandemi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Usai pandemi melandai, masyarakat urban menghadapi tantangan untuk segera bangkit membantu memulihkan roda perekonomian. Penyesuaian protokol kesehatan menjadi penting dalam mendukung beragam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini untuk mencegah timbulnya gelombang kasus virus varian baru.

Melihat potret kondisi perkotaan di Indonesia saat ini yang dinamis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan tiga universitas aliansi LDE (Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University) dari Belanda, menyelenggarakan kegiatan bersama  membahas proyek untuk memberikan solusi kota cerdas, berkelanjutan, dan sehat. Acara tersebut merupakan rangkaian hari terakhir BRIN-LDE Academy on “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”, di Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie pada Jumat (4/11).

“BRIN dan LDE memiliki hubungan kolaborasi, ada kerja sama dan saat ini bertemu untuk melakukan kegiatan bersama, dengan kegiatan ini ada harapan kongkrit dalam waktu dekat akan melanjutkan proyek proposal penelitian riset tahun 2023,” terang Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani.

“Kita harapkan dari 100 orang peserta yang berasal dari Belanda, kampus-kampus, dan dari BRIN melakukan kolaborasi untuk menghasilkan sekitar 10 proposal untuk penelitian yang akan dilakukan bersama tahun 2023 dengan sharing funding antara beberapa tempat,” ungkap Ahmad Najib.

“Selain proposal, kita juga menyelesaikan added value untuk buku yang nanti akan diterbitkan oleh Leiden University Press. Kemarin kita juga membahas tentang harapan-harapan kongkrit tentang kerja sama karena ini persoalan nyata tentang kota, yaitu health, smart, sustainable city,” imbuhnya.

Menurut Najib, pemerintah kota Tangerang Selatan pun berharap ada dampak dari acara ini, yakni masukan terkait pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kota Tangerang Selatan. “IPSH – BRIN sendiri memiliki dua wilayah yang menjadi penelitian dan melaksanakan secara khusus mengkaji tentang Ibu Kota Negara (IKN) terutama Tangerang Selatan. Nanti ini diantara kajian-kajian dari teman-teman yang terkait dengan kesehatan, arsitektur, pembangunan kota, tata kota, pengolahan sampah, air, dan sebagainya itu bisa memberikan manfaat dan bisa diimplementasikan di kota itu,” tuturnya.

Selain itu BRIN-LDE Academy 2022 juga sudah melihat beberapa model percontohan dan kerja-kerja yang dilakukan pemerintah kota Tangerang Selatan. “Kita akan melakukan kajian bagaimana melakukan pengembangan perbaikan maupun kegiatan yang terkait, denga apa yang sudah dilakukan di kota Tangerang Selatan,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Najib, selain hal-hal yang bersifat akademik yang dihasilkan, dari acara ini akan memberikan manfaat langsung pada kota dan masyarakat Indonesia yang terlibat, dengan mengusung tema acara “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”.

Peran LDE dalam Kerja Sama Riset dengan BRIN

Sementara Marrik Ballen, Kepala KITLV Jakarta dan Kepala dari Perwakilan Leiden University di Indonesia, mengatakan bahwa acara ini merupakan hasil dari pertemuan waktu delegasi BRIN datang ke Leiden University bulan Juni 2022 yang lalu, yang sebelumnya sudah melaksanakan kegiatan bersama.

“Sewaktu kunjungan BRIN ke Leiden sudah disepakati membuat suatu kegiatan bersama yang menyangkut beberapa universitas di Belanda yakni Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University,” jelasnya.

Sebagai informasi, di tahun 2022 ini, ketiga universitas sudah bekerja bersama selama sepuluh tahun. Ketiga universitas tersebut memiliki keunggulan sendiri, seperti Erasmus University  sangat terkenal di bidang bisnis dan ekonomi, tetapi mereka juga memiliki dua institut yaitu Institute of Health Policy and Management dan International Institute of Social Studies. Kemudian Delft University of Technology mempunyai keunggulan di bidang teknologi. Lalu Leiden University merupakan universitas lebih komprehensif, karena ada beberapa fakultas antara lain ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu hukum, dan kedokteran.

“Jadi ketiga universitas ini menjadi satu aliansi maka saling memperkuat untuk kerja sama,” tegasnya.

Marrik menginformasikan, Najib merupakan lulusan dari Leiden University, jadi pada awalnya sudah bertemu dengan Najib dibicarakan alangkah bagusnya di bawah payung BRIN-Leiden bisa mengadakan suatu kegiatan yang akan terbuka untuk peneliti dari BRIN, peneliti dari LDE Academy, dan juga peneliti dari universitas di Indonesia.

Bagi Marrik, acara BRIN-LDE Academy yang dilaksanakan selama lima hari dari 31 Oktober 2022 hingga 4 November 2022, berjalan sangat intensif dengan program cukup padat. “Acara ini bertujuan bahwa di dalam kegiatan ini akan ada proposal untuk kerja sama riset,” sebutnya.

Dipaparkan olehnya, selama lima hari pelaksanaan ada beberapa fokus kegiatan, pertama yaitu proposal writing usulan riset ke pihak BRIN, agar bisa didanai oleh rumah program OR-IPSH.

Kedua adalah untuk membantu para peneliti yang masih muda yang berkeinginan mengambil program doktoral, bagaimana tahapannya, termasuk dalam proposalnya. “Diharapkan ada proposal untuk penelitian agar bisa diaplikasikan untuk negara, dan mereka juga ada proposal menulis artikel yang bisa diterbitkan di publikasi internasional,” kata Marrik.

Ketiga, mereka saling kenal karena ada beberapa orang dari Leiden University, Delft University of Technology, Erasmus University, BRIN, dan beberapa universitas di Indonesia, baik dari peneliti muda maupun yang sudah mapan. “Interaksi itu sangat penting dan mereka kemudian berkumpul berdiskusi itulah yang paling mendasar untuk saling kerja sama ke depan,” ucap Marrik.

Dirinya berharap jejaring para peserta bisa diteruskan, walau pun acara ini sudah selesai. “Saling kenal, melihat potensi satu dari yang lain, sehingga alangkah baiknya bisa melanjutkan di program Ph.D. di Leiden University, Delft University of Technology, atau Erasmus University,” pesannya.

Walaupun BRIN-LDE Academy baru pertama kali dan BRIN pun baru setahun lebih berdiri, diharapkan kegiatan seperti ini ada hasil yang kongkrit apakah bisa diulang lagi tahun depan, dan seterusnya. “Kita berharap BRIN-LDE Academy sebagai langkah inkubator untuk kerja sama,” pungkas Marrik. (hrd/ed: adl,set)