Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Riset Bioetanol Dukung Sumber Energi Terbarukan

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan kian digaungkan oleh pemerintah Indonesia. Bioetanol merupakan salah satu substitusi bahan bakar fosil. Dalam mempromosikan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan, dan untuk mengakselerasi transisi ke energi hijau, kemitraan jangka panjang telah terjalin antara Indonesia dan Denmark.

Dody Iswandi Maulidiawan, Advisor for Environment, Kedutaan Besar (Kedubes) Denmark Indonesia menyampaikan, Kedubes Denmark telah bekerja sama erat dengan Novozymes. “Novozymes saat ini berupaya mengeksplorasi dan mengembangkan potensi bioetanol di Indonesia. Kami sangat mengharapkan kontribusi dari BRIN, untuk menjalin kerja sama dengan Novozymes, dan Kedutaan Besar Denmark,” ucapnya pada pertemuan di Pusat Riset Kimia Maju, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), KST BJ Habibie, Kamis (22/06).

Hadir dalam pertemuan tersebut, Lakshmi Narasimhan, Commercial Director, Agriculture and Industrial Biosolutions, Novozymes Malaysia. “Novozymes merupakan sebuah bisnis Denmark yang telah menghabiskan riset dan pengembangan selulosa etanol pada 20 tahun terakhir. Kami membangun industri yang berkelanjutan,” ujarnya.

Dipaparkan olehnya, uji coba enzim Novozymes telah dilakukan sejak 2005 di berbagai pilot plant seluruh dunia. “Pada 2013, berhasil meluncurkan produk komersial pertama untuk pabrik selulosa etanol. Hingga 2019 hingga saat ini, kami terus berekspansi dam melakukan diversifikasi produk komersial,” terangnya.

Peneliti Kimia Maju BRIN, Roni Maryana menjelaskan, untuk produksi bioetanol kata kuncinya adalah pretreatment dan enzim. Sedangkan enzim untuk memecah selulosa menjadi gula sederhana yaitu selulase enzim.

Roni menyatakan harapannya atas inisiatif dari pihak Kedubes Denmark dan Novozymes Malaysia, yang berminat untuk mengembangkan bioetanol generasi 2 (G2) berbasis lignoselulosa.”Dari kami harapannya adalah dengan enzim yang lebih efektif, dan harga yang terus menurun. Mudah-mudahan harga keekonomian bioetanol G2 akan menurun,”sebutnya.

Langkah selanjutnya dari pertemuan ini adalah direncanakan untuk riset lanjutan, yaitu aplikasi enzim terbaru Novozymes untuk percobaan pada skala laboratorium. “Secara garis besar mereka dapat menekan harga dengan enzim yang lebih efektif. Jadi nantinya kita coba efektivitas enzim mereka yang dapat menekan harga keekonomian bioetanol,” ulasnya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN sangat menyambut baik inisiasi kerja sama ini, untuk pengembangan riset bioetanol berbahan baku lokal dengan enzim Novozymes.

“Dengan adanya enzim-enzim terbaru, akan mendukung riset dengan menggunakan bahan baku biomassa yang ada di Indonesia. Hal ini tentu saja akan memberikan kontribusi bagaimana potensi energi terbarukan dari biomassa. Khususnya untuk Generasi 2 dan Generasi 3 jika diaplikasikan di Indonesia,” jelasnya.

Menurut laman novozymes.com, Novozymes adalah perusahaan yang bergerak di bidang bioteknologi dunia yang memiliki karyawan sebanyak 6.000. Perusahaan ini beroperasi di seluruh dunia, dan berkantor pusat di Denmark. Sejak 1940 an, Novozymes menggunakan enzim untuk membantu potensi pertumbuhan dari para pelanggannya. (adl, mfn/ed. ns)

sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113133/riset-bioetanol-dukung-sumber-energi-terbarukan

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Ajak ITERA Memanfaatkan Berbagai Skema Riset

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka meningkatkan wawasan mahasiswa tentang sains fisika kuantum, fasilitas, serta program riset yang ada di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Program Studi (Prodi) Fisika, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kunjungan studi ke Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN serta laboratorium Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Habibie, Serpong, pada Senin (19/06).

Kepala Pusat Riset (PR) Fisika Kuantum – Organisasi Riset (OR) Nanoteknologi dan Material BRIN, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha memperkenalkan seputar BRIN dengan berbagai skemanya, dan secara khusus memperkenalkan PR Fisika Kuantum. “BRIN berdiri dengan mengintegrasikan beberapa kementerian dan lembaga dengan litbangjirap, pada UU No. 11/2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Keputusan Presiden No. 78/2021 tentang BRIN. Dengan tugas koordinasi dan integrasi seluruh aktivitas riset dan inovasi di seluruh Indonesia,” terangnya. 

Menurutnya, jika dikomparasi dengan lembaga perguruan tinggi, untuk aktivitas risetnya, BRIN mempunyai 12 OR setara perguruan tinggi, yang di bawahnya ada 85 PR setara fakultas. Ahmad Ridwan menginformasikan, di BRIN ada berbagai pendanaan untuk memfasilitasi kolaborasi BRIN bersama perguruan tinggi, seperti skema Pusat Kolaborasi Riset, yakni pihak perguruan tinggi membuat suatu kerja sama dengan salah satu atau beberapa PR dari BRIN dalam aktivitas riset tertentu. “Universitas dan PR di BRIN dapat melaksanakan kolaborasi riset dengan mengajukan proposal pembentukan PKR melalui BRIN,” jelasnya.

Kemudian ada pula skema Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan perusahaan untuk menggunakan referensi riset yang ada di BRIN. Lalu, ada skema Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), dan sebagainya yang lebih lengkapnya dapat diakses melalui pendanaan-risnov.brin.go.id.

Dirinya juga menjelaskan mengenai skema-skema pengembangan sumber daya manusia seperti MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), Research Assistant (RA), degree by research (DBR), hingga tingkat yang sudah di atas mahasiswa seperti post-doctoral dan visiting researcher, ada di dalam sebuah sistem Manajemen Talenta Nasional yang dikelola oleh Deputi Sumber Daya Manajemen Iptek di BRIN. Semuanya bisa diakses oleh setiap PR di BRIN. Bahkan PR Fisika Kuantum termasuk sebagai salah satu pengguna terbanyak skema tersebut.

Untuk itu dirinya mengharapkan BRIN dengan ITERA dapat lebih banyak berkolaborasi memanfaatkan berbagai skema tersebut. Secara khusus melalui Prodi Fisika ITERA dan PR Fisika Kuantum BRIN dapat menentukan suatu perjanjian kerja sama untuk aktivitas riset yang melibatkan berbagai skema pengembangan ekosistem riset dan inovasi yang telah disiapkan.

Ridwan juga mengajak Prodi Fisika ITERA untuk memanfaatkan beberapa fasilitas di BRIN antara lain pengujian/analisis/pengukuran/kalibrasi, pemagangan siswa dan mahasiswa, pembimbingan TA mahasiswa, peralatan dan mesin, identifikasi, dan MBKM melalui elsa.brin.go.id. BRIN menyediakan fasilitas-fasilitas untuk dapat digunakan tidak hanya oleh periset BRIN, tetapi juga oleh pihak luar seperti perguruan tinggi, start up, industri, dan sebagainya.

Terakhir, dirinya memperkenalkan lebih detail tentang PR Fisika Kuantum yang mempunyai 5 kelompok riset yaitu Fisika Teori Energi Tinggi, Fisika Energi Tinggi Eksperimen, Teori Materi Kuantum, Simulasi Kuantum, serta Perangkat dan Teknologi Kuantum.

Kepala PR muda ini berpesan, bahwa pusat risetnya mengundang untuk berkolaborasi dan secara aktif merekrut lebih banyak rekan post-doctoral dan research assistant, melalui sistem Manajemen Talenta Nasional (MTN) yang disediakan oleh BRIN. Selain itu juga menerima kunjungan singkat (kurang dari 6 bulan) untuk pertukaran penelitian dan skema kunjungan profesor.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Koordinator Prodi Fisika ITERA, Indra Pardede, menyampaikan bahwa ITERA hadir dengan beberapa dosen yang bergabung dalam kelompok riset, dan para mahasiswa dari program sarjana dan program pasca sarjana. Indra berharap Prodi Fisika ITERA dapat melihat langsung aktivitas yang ada di KST BJ Habibie BRIN. “Kami ke BRIN ini untuk menjajaki beberapa kemungkinan kolaborasi baik di bidang pengajaran/pendidikan, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat,” terangnya. “Kami berharap dalam kegiatan ini, bersama-sama ke depannya dapat berkolaborasi dan mahasiswa kami sangat berharap mendapatkan ilmu baru yang ada di BRIN,” kata koordinator tersebut. (hrd/artn,adl/edt.sj)

Tautan :

https://ppid.brin.go.id/posts/brin-ajak-itera-memanfaatkan-berbagai-skema-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Pentingnya Periset Menulis di Jurnal Internasional

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Menulis di jurnal internasional sangat penting bagi para periset. Melalui jurnal yang memiliki standar global yang tervalidasi, mampu meningkatkan indikator kompetensi periset dan kualitas risetnya. Publikasi di jurnal internasional pun dapat membuka peluang kolaborasi antar periset dari berbagai negara dan lintas ilmu.

Peneliti muda dari Pusat Riset Metalurgi (PRM) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Riza, memaparkan pentingnya menulis di jurnal internasional untuk kepentingan karir seorang peneliti. “Jika seorang peneliti menulis sebuah jurnal, maka orang lain dapat melihat rekam jejak penelitian yang sudah dikerjakan selama ini. Dan dampak telah dipublikasikannya sebuah jurnal, pembaca dapat melihat impact factor dari jurnal tersebut,” ujarnya dalam webinar ORNAMAT seri ke-30, Selasa (20/06). 

Istilah impact factor (faktor dampak) merupakan salah satu bentuk penilaian yang digunakan, untuk mengetahui seberapa besar dampak publikasi tersebut di dunia akademik dan berbagai bidang kehidupan.

Lebih lanjut, peneliti yang baru bergabung dua tahun di BRIN ini lalu mengemukakan sejumlah alasan, mengapa publikasi harus diterbitkan di jurnal internasional. 

“Pertama, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dipahami oleh seluruh dunia, sehingga dapat digunakan untuk berbagi ilmu pengetahuan. Kedua, jika seorang peneliti tidak berhasil mempublikasikan hasil penelitian di jurnal internasional, dapat berdampak pada dicabutnya jabatan fungsional peneliti. Ketiga, yaitu memperoleh pengakuan untuk hasil penelitian yang telah dilakukan. Keempat, hasilnya dikonfirmasi oleh rekan sejawat melalui proses review (penelaahan). Kelima, untuk penulisan dengan reputasi internasional memungkinkan kolaborasi antar beberapa peneliti lintas satuan kerja. Terakhir, untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang  pangkat fungsional peneliti,” ulasnya.

Ditambahkan oleh doktor lulusan tahun 2021 ini, ada beberapa tujuan mengapa harus menerbitkan publikasi di jurnal internasional. “Pertama publikasi langsung berdampak dalam bidang yang ditekuni. Dan yang kedua, proses peer review (penelaahan sejawat) membuat adanya kesempatan untuk meningkatkan kualitas manuskrip,” jelas Budi.

Pada kenyataannya, karena hanya sedikit jurnal yang dapat diterima tanpa revisi, maka revisi dan penolakan merupakan bagian dari proses peer review, yang mesti dijalani oleh penulis. “Supaya mudah diterima, seorang editor jurnal dan reviewer memberi syarat, yaitu harus ada novelty (kebaruan), terutama untuk jurnal yang memiliki high impact, kualitas sains yang baik, ruang lingkup riset, serta  pemakaian bahasa Inggris yang jelas dan ringkas,” ungkap Budi.

Sebuah jurnal, merupakan media komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Maka menurut Budi, untuk terciptanya media komunikasi yang ideal, ada kriteria yang harus dipenuhi. “Pertama harus layak tayang, menarik isi materinya, novelty penelitian, etis, dan relevan. Kedua, mengikuti metodologi riset yang sistematis, yaitu kualitatif, kuantitatif, dan mixed-methods (metode campuran). Ketiga, mengenali riset sebelumnya dalam topik spesifik. Keempat menggunakan data empiris dan pengolahan data analisis. Kelima, memiliki keterulangan yang baik. Keenam menghindari falsifikasi dan fabrikasi data serta plagiarisme,” tuturnya.

Mengenai penyusunan manuskrip publikasi, Budi beranggapan bahwa perlu membuat outline terlebih dahulu yang harus disepakati dengan sesama co-author (penulis bersama). “Struktur manuskrip seperti pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan dalam menyusun paper (jurnal) yang baik harus fokus menentukan pertanyaan riset, tujuan spesifik, dan apa kesimpulan riset yang diharapkan,” terangnya.

Disarankan oleh pria kelahiran tahun 1986 ini, sebaiknya penulisan manuskrip dilakukan secara bersama-sama dengan co-author untuk mendapatkan feedback (umpan balik) yang cepat. “Setelah draft manuskrip pertama selesai ditulis, selanjutnya harus direvisi oleh penulis berkali-kali supaya tulisannya lebih baik,” katanya.

“Sebelum submit (mendaftar) ke jurnal, manuskrip harus disesuaikan dengan guidelines for author (panduan penulisan) yang spesifik untuk masing-masing jurnal,” tegasnya.

Dalam memilih jurnal yang tepat, ia mengharuskan memperhatikan jenis jurnal, apakah APC (article processing charge) atau bukan. APC merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh penulis jika ingin manuskripnya diterbitkan di sebuah jurnal. “Jurnal ber-APC biasanya proses review cepat, dan untuk jurnal yang non-APC proses review biasanya lebih lama,” ucap Budi.

Pada kesempatan ini, Budi mengingatkan periset untuk memiliki cadangan jurnal yang dituju, bila jurnal pilihan pertama ditolak. “Pada umumnya, manuskrip  tidak selalu diterima dalam first-choice journal, jadi peneliti  harus punya back-up journals lain yang dituju,” pesannya. (mfn/ ed: adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/113075/pentingnya-periset-menulis-di-jurnal-internasional

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Strategi Membangun Portofolio Riset yang Kompetitif

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam dunia penelitian yang kompetitif, manajemen produktivitas menjadi kunci sukses bagi para periset yang ingin mencapai prestasi yang gemilang. Menyadari hal ini, para periset di seluruh dunia semakin fokus pada pengembangan strategi produktivitas yang efektif untuk meningkatkan portofolio mereka dan meningkatkan publikasi ilmiah mereka. 

Dalam rangka memberikan motivasi kepada para periset, Widya Fatriasari dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan materi tentang “Manajemen Produktivitas Periset: Portofolio dan Publikasi”, pada webinar ORNAMAT ke-30, Selasa (20/06).

Menurut profesor riset ini, membangun portofolio periset dan tim sehingga dikenal, merupakan modal penting untuk berkolaborasi dengan pihak lain. Diperlukan juga sikap menjaga berkomitmen dengan mitra sehingga selalu terjalin kerjasama yang baik. 

“Membangun portofolio periset dan kelompok riset yang kompetitif sangatlah penting, dengan melihat peluang yang ada dan memanfaatkannya, sehingga dapat membuat perubahan terhadap riset yang dilakukan,” jelasnya. 

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa motivasi merupakan motor pengerak dalam membentuk portofolio yang baik. Selain itu, periset juga tetap harus meningkatkan pengetahuan di bidang sains, dan berinovasi dengan stategi yang tepat.

“Untuk membangun kelompok riset yang kompetitif diperlukan membuat roadmap SDM dengan program yang sudah ada, fokus terhadap kompetensi kelompok riset, sehingga masing-masing periset dapat berkembang sesuai dengan desain arah kelompok risetnya, periset juga aktif menjalin jejaring kolaborasi dan branding untuk mengait pendanaan yang bersumber dari baik BRIN maupun dari luar,” tutur Widya. 

Kemudian, Widya menerangkan bagaimana cara membuat publikasi. Menurutnya, publikasi merupakan seni dalam keahlian merancang riset, mengambil data, presentasi data yang menarik, menuangkan pikiran secara integratif, dan mengelaborasi pemikiran yang didukung oleh referensi. 

“Jika memiliki waktu luang,  periset dapat menerima permintaan me-review artikel ataupun belajar dari media massa untuk menambah wawasan,” ucap salah satu peraih penghargaan Periset Berprestasi BRIN ini. 

Tips membuat publikasi dari Widya berikutnya adalah menulis hasil riset yang diperoleh secara bertahap, tanpa harus menunggu semua riset selesai. “Seperti bahan dan metode, serta data dalam bentuk gambar atau tabel,” katanya. 

“Selain itu, periset juga harus tetap melakukan pelatihan berkelanjutan untuk perbaikan tulisan,” pesannya.

Widya juga menjelaskan tips membuat tulisan agar layak untuk publikasi. Hal itu dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya berbagi ilmu pengetahuan dan belajar. 

“Dalam membangun ide dapat ditemukan dengan cara membaca literatur, menganalisis data baik grafik atau gambar, dan komunikasi dengan teman. Sementara untuk menulis desain penelitian dengan cara melakukan kerangka tulisan, selalu dibaca dengan teliti sampai layak tayang, serta melakukan riset,” urainya.  

Bagaimana mewujudkan ide penelitian yang diperoleh tersebut, tentu diperlukan dukungan yang tepat. “Untuk manajemen ide penelitian diperlukan beberapa aspek, yakni menjaring pendanaan untuk mewujudkan ide, mapping tim penelitian yang dapat mendukung keberhasilan penelitian, dan publikasi,” terangnya. 

Pertimbangan lainnya untuk menunjang keberhasilan riset adalah memanfaatkan fasilitas laboratorium dan fasilitas pendukung serta kerja sama. “Membangun dan memanfaatkan jejaring kerja sama meningkatkan kemungkinan keberhasilan kegiatan. Ditambah dengan alokasi waktu diri sendiri dan tim untuk kemungkinan menyelesaikan penelitian serta prospek kerja sama dengan mahasiswa research assistant, post doc, maupun visiting scholar,” pungkas Widya. (esw/ed: adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/113076/strategi-membangun-portofolio-riset-yang-kompetitif

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Dorong Hasil Riset Direkognisi Global Melalui KTI

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Salah satu Rencana Strategis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tahun 2021-2024 adalah mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan kompetitif. Oleh karena itu, karya SDM yang berkaitan dengan teknologi dan inovasi hasil riset harus terus diupayakan agar mampu direkognisi dalam standar global.

Riset merupakan cara berkomunikasi sains. Saat ini ekosistem riset di BRIN dalam semua aktivitasnya (seperti pendanaan riset dan manajemen talenta), mendorong pembuatan KTI sebagai output dari masing-masing kegiatan. Hal ini menjadikan KTI sangat krusial bagi siapapun, terutama para periset.

Rike Yudianti, profesor riset dari Pusat Riset Material Maju – Organisasi Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN menyampaikan pada Peraturan BRIN Nomor 1 Tahun 2023 semua SDM iptek, tidak hanya peneliti, tetapi siapa pun sebagai pelaku riset invensi dan inovasi, mempunyai tugas menghasilkan KTI dan paten yang harus dipenuhi setiap tahun.

“Jadi bagaimana hasil dari lembaga litbang ini ditulis dan memenuhi standar global, tentunya ini menjadi PR kita semua,” ujar Rike dalam acara Webinar ORNAMAT ke-30, Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional, Selasa (20/06).

Pengertian karya tulis ilmiah menurutnya adalah ungkapan ide atau hasil analisis, yang dituangkan dalam bentuk tulisan secara sistematis yang bisa dimengerti oleh pembaca, dan logis. Peneliti bidang material tersebut menjelaskan bagaimana menuangkan ide dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami oleh pembaca.  

Pertama, Rike mengungkapkan alasan menulis KTI bagi peneliti di antaranya adalah visibilitas dan kredibilitas. Rike menjabarkan bahwa KTI merupakan kebutuhan, kepuasan, dan keuntungan.  “Keuntungan bagi penulis adalah visibility, karena  orang lain ingin tahu apa yang kita lakukan, katakan, dan siapa diri kita. Sementara credibility lebih banyak terkait trust (kepercayaan) terkait apa yang kita lakukan dan kita akan lakukan,” ungkapnya.

Secara dinamis, dalam suatu penulisan KTI, kadang-kadang terjadi accepted (diterima) dan rejected (ditolak). “Ini sesuatu yang biasa, karena siapa pun yang bereputasi tinggi, pernah ditolak atau rejected oleh reviewer, itu perlu latihan, termasuk saya sendiri,”  tegasnya.

Tahapan Menulis KTI

Dalam menulis karya tulis ilmiah tentu ada hal yang menjadi motivasi. “KTI menjadi syarat administratif sebagai SKP (sasaran kerja pegawai). Kemudian juga bisa menjadi kepuasan, apabila KTI kita diterima dan disitasi. Lalu KTI bisa menjadi keuntungan untuk peluang kolaborasi, promosi, dan naik pangkat. Ini menjadi motivasi kita semua,” ungkap Rike.

Self motivation atau memotivasi diri sendiri versi Dawid Hanak dapat dibangun melalui perencanaan jadwal untuk menulis. “Tidak harus sempurna, dalam KTI ada kerangka abstrak, metode, hasil, dan diskusi. Itu ditulis dulu apa yang mau kita bahas, agar alurnya mengalir dan aspek yang penting dalam riset tidak lupa ditulis. Riset perlu dikerjakan bersamaan dengan menulis, agar tidak kehilangan momen,” pesan Rike.

Sebelum mendaftarkan jurnal, Rike mengingatkan agar para penulis bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut. “Apakah kita mengerjakan sesuatu yang baru? Apakah ada yang menantang dalam pekerjaan kita? Apakah hasil memberikan dampak atau pengetahuan untuk pembaca? Dan apakah kita memberikan solusi dari permasalahan?” tuturnya.

Agar mengurangi masalah yang umum terjadi dalam KTI, seperti kesalahan tata bahasa, pengulangan kata, dan kurangnya daftar pustaka, lulusan doktor dari Kyoto University Jepang ini menyatakan perlunya sesama penulis (author) saling membaca KTI-nya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai peer review atau penelaahan oleh pakar dalam bidang yang sesuai. “Proses ini adalah tahapan agar riset sesuai standar komunitas akademik. Dimulai dari mendaftar (submit) menyesuaikan petunjuk penulisan (author guideline). Kemudian editor in chief memeriksa orisinalitas, kebaruan dan ruang lingkupnya, apabila tidak sesuai maka artikel langsung ditolak. Jika sesuai, akan diteruskan ke associate editor yang mengawal secara teknis dan mencari reviewer yang tepat. Kemudian dilakukan tahapan review untuk feedback (umpan balik), hingga jurnal terbit,” ulasnya.

Editor in chief ‘Building and Environment’ Elsevier, Bert Blocken, dikutip oleh Rike, berpendapat ada 9 kriteria publikasi yang buruk. Pertama penulis tidak membaca literatur publikasi sebelumnya. Dua, banyaknya plagiasi. Tiga, mengabaikan kebaruan di dalam artikel. Empat, disrespek dengan publikasi sebelumnya. Lima, klaim berlebihan data yang dihasilkan. Enam, ambigu dan tidak konsisten untuk istilah pada obyek yang sama. Tujuh, salah dalam mereferensi publikasi yang lain. Delapan, subyektif dalam menilai. Dan sembilan, tidak memerhatikan tata bahasa, gambar, dan tabel. (adl/ed:aps)

Tautan:

https://brin.go.id/news/113067/brin-dorong-hasil-riset-direkognisi-global-melalui-kti

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Seminar Proposal Mahasiswa Tingkatkan Kolaborasi Riset BRIN dan Universitas

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka saling memahami riset masing-masing, baik antar mahasiswa dan para periset, Pusat Riset Teknologi Polimer (PRTP) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengadakan seminar untuk seluruh mahasiswa Praktik Kerja Lapang (PKL) ataupun Tugas Akhir (TA) bagi jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3. Acara ini diselenggarakan di Gedung 460 Ruang Serbaguna, pada Selasa (13/06) secara luring.

Kepala PRTP, Joddy Arya Laksmono, menjelaskan mengapa disebut sebagai Seminar Proposal Riset Para Mahasiswa.

Pertama, sebagai sarana komunikasi ilmiah baik antara mahasiswa dengan pembimbingnya, dan mahasiswa dengan sivitas periset yang ada di polimer (PRTP). Kita di sini semua bekerja secara kolektif dengan penggunaan peralatan penggunaan bahan, ujar Joddy.

Kedua, mengetahui bahwa mahasiswa telah melakukan diskusi dengan para pemimpinnya khususnya pembimbing dari polimer. Kita berharap menjalin komunikasi yang intens antara mahasiswa dengan pembimbing, harapnya.

Ketiga, mengetahui bahwa mahasiswa telah memahami rencana kerja. Hal ini berkaitan juga dengan diskusi dengan para pembimbing juga safety induction, sebelum mahasiswa masuk ke dalam laboratorium.

Keempat, saling memahami riset yang dilakukan antar mahasiswa. Kita melakukan riset di sini secara rapid (cepat), sehingga kalau tidak memahami riset yang satu dengan yang lain, khawatirnya tidak terjadwal dan terjadi friksi di dalam laboratorium, saling mengklaim peralatan, dan sebagainya, itu yang harus kita hindari, kata Joddy.

Kelima, saling memahami riset yang dilakukan antara mahasiswa dengan para periset di PRTP. Joddy menyampaikan bahwa saling memahami itu penting mengingat beberapa riset, topiknya mirip, sehingga bahan-bahanya juga hampir sama.

Keenam, membuka peluang kolaborasi lebih lanjut. Menurut Joddy kegiatan seminar ini perlu ditindaklanjuti kedepannya ke arah kita kerja sama lebih lanjut. Hasil riset mahasiswa yang memberikan kontribusi secara signifikan, bisa melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi asalnya, ungkapnya.

PRTP mempunyai 4 Kelompok Riset yaitu Polimer Komposit, Polimer Fungsional, Polimer Sintesis, serta Polimer Hijau dan Berkelanjutan. Joddy mengharapkan nanti dalam satu kelompok riset selain ada para periset yang memang berada di dalam kelompok riset tersebut, juga nanti ada para peserta mobilitas periset (post doctoral, visiting researcher/visiting professor, research assistant, serta para peserta degree by research).

Selain itu juga nanti di dalam kelompok riset ada mahasiswa baik PKL maupun TA dari jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3. 

Jadi semua kompeten ada di situ (jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3) untuk membentuk iklim ekosistem riset agar berkembang. Kemudian bagi para koordinator kelompok riset, tolong agar para mahasiswa dapat diajak ke dalam agenda weekly meeting, untuk melihat progres dari setiap kegiatan yang dilakukan baik periset maupun mahasiswa, ajak Joddy.

Khusus mahasiswa yang bekerja di PRTP nanti akan ada seminar proposal dan seminar hasil. Kita akan melihat progres yang merupakan bagian dari proses bagaimana memonitoring, proses pembimbingan para periset di polimer terhadap mahasiswanya. Kemudian bagaimana mengetahui sejauh mana para mahasiswa mengalami pekerjaannya, dan hasil ke depannya seperti apa, paparnya.

Mahasiswa baik PKL maupun TA ini sebetulnya juga mempunyai keuntungan untuk bisa mendaftar sebagai bantuan riset talenta (BARISTA) di BRIN. Mahasiswa bisa mendaftar oleh pembimbingnya dalam pendanaan riset dan pada program BARISTA, yang merupakan pemberian bantuan untuk UKT (uang kuliah tunggal) kepada mahasiswa aktif tingkat akhir, untuk menyelesaikan tugas akhir (TA) di kelompok riset BRIN, ungkap Joddy.

Lebih lanjut Joddy menerangkan, BRIN memiliki fungsi untuk kolaborasi global, sehingga dalam hal tertentu untuk mahasiswa yang memang berkolaborasi di pusat riset yang ada di BRIN, seperti menyediakan semacam insentif.

Harapannya bahwa para mahasiswa bisa melakukan kegiatan lebih mandiri dan lebih terarah. Agar nanti para pembimbing dari pusat risetnya lebih fokus untuk bisa membimbing para mahasiswanya, harap Joddy.

Untuk itu, Joddy pun berharap seminar ini kita bisa lebih memahami dan banyak memberikan masukan juga khususnya kepada para mahasiswa bagaimana proses yang harus ditepuh selama melakukan riset di PRTP.

Pada kesempatan tersebut, Reihan Tegar dari Politeknik STMI Jakarta mengungkapkan bahwa di sini dapat teman-teman baru dari jurusan lain seperti kimia murni, teknik kimia. Kami bisa lebih prepare di kampus, karena bisa belajar banyak dari BRIN maupun planning yang biasa dari pemaparan, sehingga lebih mengetahui kekurangannya, terangnya Raihan.

Muhammad Arjuna Putra Agung dari Politeknik STMI Jakarta menyatakan pembimbing dalam memberikan arahan kepadanya dan teman-temannya, general secara merata. Lalu fasilitas alat-alat di BRIN sangat mendukung untuk kegiatan penelitiannya.

Kami harapkan BRIN bisa menjadi suatu wadah untuk mahasiswa ke depan yang akan melakukan riset selanjutnya, harapnya.

Senada dengan kedua rekannya, Rinette Visca dari Program Doktor S-3 Universitas Indonesia merasakan banyak mendapat input dalam seminar proposal diantaranya banyak mengetahui uji mekanik, sifat-sifat bahan, dan teknologi yang dipakai. Kegiatan ini menambah referensi saya dalam melakukan riset  dan bisa menemukan kekuatan dan kelemahan dmasing-masing dari riset, jelasnya. (hrd/ ed: adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/113027/seminar-proposal-mahasiswa-tingkatkan-kolaborasi-riset-brin-dan-universitas

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Mengomunikasikan Hasil Riset dengan Presentasi yang Efektif

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Para peneliti terkadang mengalami kendala dalam menyampaikan hasil risetnya kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan hasil riset dan inovasi menjadi kurang termanfaatkan.

Widyaiswara Ahli Muda, Direktorat Pengembangan Kompetensi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indra Riswadinata mengatakan, adanya anggapan beberapa orang bahwa hasil penelitian yang disampaikan ke masyarakat sangat sulit dipahami.

“Untuk itu, kita harus merancang, membuat, dan menyajikan presentasi yang menarik. Karena inilah cara kita menghargai perjuangan riset yang hebat,” katanya, pada webinar Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNAMAT) seri ke-29, Selasa (13/06).

Indra mengungkapkan, mengomunikasikan hasil riset yang telah dibuat harus dengan cara yang jelas, ringkas, dan menginspirasi. Ada tiga prinsip presentasi efektif, yakni konten, desain, dan penyampaian.

“Merancang sebuah bahan tayang dan cara persentasi yang membosankan akan membuat audiens tidak akan memperhatikan peran kita. Di mana seharusnya kita menjadi satu-satunya matahari di dalam ruang presentasi itu. Manusia pada umumnya lebih mudah memahami presentasi dengan menggunakan gambar dan tulisan, sehingga terlihat menarik,” ujarnya.

Indra juga menjelaskan berdasarkan penelitian beberapa ahli yang menyatakan di seluruh dunia, ada bukti empiris mengapa kita dapat belajar lebih cepat dari gambar dan kata-kata,  dibandingkan dengan kata-kata tanpa gambar. 

“Presentasi yang efektif harus menyediakan gambar dan tulisan. Presentasi juga harus berisi kebenaran dan disampaikan dengan cerita yang disertai gambar, sehingga semakin mudah dimengerti oleh audiens,” terangnya.

Kemudian dalam membuat konten yang hebat, dirinya menjabarkan harus ada tiga pondasi, yaitu menentukan topik dan tujuan yang sesuai, serta kebutuhan audiens. “Tiga pondasi presentasi yang perlu kita perhatikan yakni tentukan topik, tentukan tujuan presentasi seperti informasi, memengaruhi, menghibur, memotivasi atau menginspirasi, dan terakhir kenali audiens,” urainya. 

Mengenai desain, Indra mengupas bagaimana presentasi yang efektif harus menggunakan desain yang mampu menyampaikan hasil riset dengan jelas, ringkas, dan sederhana.

“Sangat perlu diperhatikan juga dalam penggunaan warna, gambar, jenis tulisan dan ukuran tulisan. Lalu dalam pembuatan bahan presentasi, yang dilihat audiens adalah animasi, jadi hati-hati dalam menggunakan animasi. Pemilihan animasi harus ada relevansinya dan memperhatikan perpindahan posisi, rotasi, serta skala,” jelasnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, penyampaian presentasi yang baik memerlukan beberapa hal yang mesti diperhatikan. Mulai dari gaya tubuh, tatapan mata, penggunaan alat bantu yang baik, dan sebagainya. Sebagai seorang presenter, harus peduli pada audiensnya, sehingga menyesuaikan cara belajar audiens menerima informasi.

“Dalam membuka dan menutup presentasi, baiknya kita menyampaikan kutipan, kisah, humor, fakta, atau bertanya. Untuk humor harus berhati-hati, karena jika bukan orang humoris maka akan terkesan membosankan. Lalu pada saat presentasi, diperlukan perkenalan hangat, tatapan mata, gestur, agar lebih menunjukkan ketertarikan pada materi yang kita sampaikan,” ungkap Indra.

Visualisasi

Presentasi adalah sebuah proses komunikasi. Menurut Indra, kekuatan visual dapat mengefektifkan komunikasi sesuai cara kerja otak yang visual. Sehingga, dalam memvisualisasikan karya tulis ilmiah, dapat dengan memperhatikan enam mode pemikiran.

“Yakni siapa dan apa yang kita bicarakan? Berapa banyak datanya? Di mana terjadinya? Mengapa terjadi? Bagaimana mereka berinteraksi? Setelah semua hal ini diindentifikasi, maka akan mudah memvisualkan karya tulis ilmiah yang dibuat,” bebernya.

Dia menambahkan, jika bertemu kata benda, nama, dan objek, maka visualisasikan dengan gambar, bisa berupa potret seperti desain grafis dan ikon.

Mengenai kuantitas, dapat dengan angka, lalu nilai menggunakan grafik. Jika ada lokasi, posisi, dan irisan, visualisasikan dengan peta. Untuk waktu rangkaian urutan, dapat divisualisasikan dengan linimasa. Sebab-akibat divisualisasikan dengan bagan alir, serta hikmah sebuah kisah dengan persamaan.

“Ketika Anda bertemu dengan kata benda dalam ide Anda, maka gambarkan sebuat potret atau citra. Sebuah citra atau potret mampu menggambarkan kata benda, kata ganti siapa, dan apa ide kita. Citra dapat berbentuk orang, tempat, atau sesuatu yang kita sampaikan,” ucap Indra.

Berkomunikasi dengan Media

Dalam kesempatan yang sama, Pranata Humas Madya, Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekretariatan BRIN Sugiarti menyatakan, pentingnya bagi peneliti untuk bisa berkomunikasi di media.

“Ada beberapa alasan seorang peneliti harus bicara di media,” ungkap Sugiarti.

Pertama, sebagai pertanggungjawaban atas riset yang dibiayai oleh dana publik. Kedua, untuk memberikan informasi baru, untuk mengubah perilaku masyarakat, misalnya adopsi ide atau teknologi baru.

Ketiga, lanjut dia, untuk mengoreksi misinformasi atau miskomunikasi di masyarakat. Keempat, memperoleh umpan balik untuk ide pengembangan suatu hasil riset. Kelima, untuk mendapatkan mitra kolaboratif baru untuk riset, termasuk dari industri.

Dirinya juga menguraikan bagaimana cara berkomunikasi dengan media. “Ada tujuh kiat merencanakan komunikasi dengan media, yaitu memiliki tujuan yang jelas, tahu siapa audiens yang dituju, pesan apa yang ingin disampaikan, ada poin kunci tertulis, melakukan persiapan, berlatih kembali, dan mempersiapkan wawancara dengan baik,” tuturnya.

Kemudian, dalam bekerja sama dengan media yang melakukan peliputan riset, peneliti perlu berhati-hati dalam memanfaatkan kesempatan ini. “Mendapatkan liputan tidak selalu mudah, jadi manfaatkan peluang ini sebaik mungkin, supaya mendukung karier kita,” pesannya.

Dia pun menjabarkan lima kesalahan yang sering terjadi saat peneliti berbicara dengan wartawan. “Kesalahan itu yaitu tidak menyebutkan nama organisasi, pembicaraan yang panjang dan bertele-tele, menggunakan pernyataan negatif, mengatakan ‘no comment’, serta berasumsi bahwa pembicaraan off the record” ulasnya. (esw, mfn/ ed: adl, tnt)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/113022/mengomunikasikan-hasil-riset-dengan-presentasi-yang-efektif

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Periset BRIN Bagikan Cara Komunikasi Sains ke Publik

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Banyak orang yang masih bingung bagaimana cara menyampaikan sains tanpa membuat audiens merasa bingung. Hal ini karena publik pada umumnya belum paham betul tentang sains. Sehingga dalam mengkomunikasikan sains perlu cara yang baik tanpa misinterpretasi pada audiens.

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menyampaikan materi dengan tema How to Communicate Science to General Public, Sabtu (10/06), yang secara daring diselenggarakan oleh Indonesia Science Center (ISC).

Deni mengatakan, dengan latar belakang siapa pun itu, sedapat mungkin harus mampu mengkomunikasikan sains atau ilmu pengetahuan, sehingga dapat menyampaikan kepada target audiens dengan baik, tepat, dan bijak.

Ketika kita mau mempromosikan atau mengajak siapa pun itu dalam bidang apa pun, termasuk sains, maka runutan-runutan informasi atau pun tatanan yang baik agar orang mau datang, mau terlibat itu, memang sangat penting, ujar Peneliti Ahli Utama BRIN.

Lebih lanjut dalam menentukan ide atau gagasan sebuah eksperimen sains atau percobaan penelitian harus melihat dari research problem (rumusan permasalahan). Bagaimana kita merumuskan permasalahan, bagaimana mengidentifikasi masalah, bukan membuat masalah, kata Deni.

Kemudian ia menambahkan agar penyampaian riset itu ada tenggat waktunya. Jangan lama-lama, karena yang namanya riset itu harus terukur dan semua ada timeline-nya atau batasannya. Berapa pun lama waktunya, itu harus ada agenda timeline-nya, sehingga pada ujungnya kita bisa mendapatkan apa yang diharapkan, tambahnya.

Dirinya juga menyampaikan untuk mengamati keadaan sekitar tentang masalah yang ditemukan, dari rasa ingin tahu, kemudian bagaimana cara memperbaiki suatu hal yang sudah ada.

Tidak perlu menemukan hal yang baru pertama kali. Kemudian setelah rasa ingin tahu, berdasarkan studi literatur, dan jangan narsis, tegas ASEAN Science Diplomat 2019 awardee.

Setelah melakukan penelitian, dapat melakukan komunikasi melalui pendekatan seperti focus group discussion (FGD), atau membuat science show, dan sebagainya. Selain itu harus membuat paper atau jurnal. Kemudian ketika sudah terbit (published), maka dapat mendiplomasikan melalui media sosial seperti linkedin, facebook, Instagram, dan sebagainya dengan cara yang bijak.

Dalam talkshow ini, Deni juga mendorong kepada siswa/siswi SMP, SMA, mahasiswa, serta guru untuk melakukan salah satu kegiatan teknologi ramah lingkungan seperti riset teknologi fuel cell. Bagaimana pendekatannya agar energi yang ramah lingkungan bisa lebih efektif dan terjangkau harganya.

Kami melibatkan riset berbasis perekayasaan teknologi ataupun aspek lainnya, termasuk terkait kebijakan seperti untuk DPR maupun kementerian, termasuk juga melibatkan pihak perguruan tinggi seperti mengundang postdoctoral, visiting researcher, mahasiswa tugas akhir, MBKM, dan sebagainya, untuk melibatkan masyarakat Indonesia supaya lebih melek dan juga lebih cinta sains, terangnya.

Deni pun berharap, semoga dengan kegiatan-kegiatan science show atau science camp, bisa diperbanyak, sehingga masyarakat awam lebih tertarik sains atau pun hal-hal yang bersifat pengetahuan dan pendidikan.

Saya berharap semua pendidikan Indonesia lebih melek teknologi, lebih melek sains, lebih melek pendidikan yang lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi, sehingga kejadian seperti hoax itu akan sangat-sangat berkurang. Dan komunikasi sains ini merupakan salah satu jembatan untuk meningkatkan generasi masyarakat supaya lebih pintar dan lebih cerdas, pesannya. (hrd/ed:adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/113011/periset-brin-bagikan-cara-komunikasi-sains-ke-publik

Categories
Kawan Alam

Melestarikan Keindahan Pantai

Pantai dapat menjadi rusak keindahannya oleh sampah yang menumpuk. Sampah yang dibuang sembarangan oleh manusia dapat mencemari lingkungan. Sampah seperti plastik, botol, dan kemasan makanan dapat merusak ekosistem dan membahayakan kehidupan laut. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk membuang sampah dengan benar dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai agar dapat menjaga kelestarian pantai dan lingkungan. (adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Periset BRIN Berbagi Tips dan Trik Menulis Jurnal Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Banyak penulis yang masih ragu memilih jurnal yang sesuai  dengan scope dan topik mereka. Kemudian masih ragu apakah makalahnya bisa masuk jurnal internasional kategori indeks Scopus Q1, Q2, Q3, Q4.

Kemudian banyak juga pengalaman-pengalaman semacam desk rejection, yaitu belum sampai masuk ke reviewer, tapi sudah mendapat penolakan oleh editor, serta beberapa kendala bagaimana merespon reviewer karena walaupun mendapat keputusan major maupun minor revision itu tidak ada jaminan bahwa selanjutnya makalah tersebut akan menerima.

Peneliti pada Pusat Riset Fotonik, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edi Kurniawan membahas topik ini pada Pelatihan Tips dan Trik Publikasi Karya Tulis Ilmiah, Selasa, (30/05) yang secara hybrid diselenggarakan di Gedung Manajemen 720, KST BJ Habibie, Tangernag Selatan.

Edi membagikan pengalaman bagaimana cara memilih jurnal, bagaimana melakukan persiapan sebelum submission, dan bagaimana merespon reviewer.

Pertama, cara memilih jurnal sebenarnya banyak pilihannya terutama bagi penulis yang sudah memiliki draf makalah, yaitu dengan memasukkan judul, dan abstrak draf. Kemudian bisa menggunakan beberapa metode seperti Web of Science, Journal Finder of Elsevier, maupun Journal Suggester of Springer.

Jadi sebenarnya banyak pilihan jurnal yang bisa kita tuju, jadi tinggal memasukkan judul, kemudian abstrak nanti pilihan jurnal yang bereputasi akan banyak menampilkan dari metode-metode seperti Web of Science, Journal Finder of Elsevier dan seterusnya, ujar satu dari 12 Periset Terbaik BRIN 2022.

Kedua, bagaimana melakukan persiapan sebelum submission.  Yang utama adalah harus memahami tipe artikel yang akan kita buat seperti apakah artikel regular, artikel review, artikel letter, kemudian harus mengikuti guideline atau template yang telah disediakan dari jurnal tersebut, jelasnya.

Edi menyarankan untuk menggunakan software LaTeX dalam penulisan artikel. Karena dengan menggunakan LaTeX maka kualitas penulisan akan lebih rapi, lebih profesional, dan biasanya editor ketika akan memproduksi jurnal menggunakan LaTeX sehingga terlihat sangat professional.

Untuk persiapan submission biasanya juga perlu menyiapkan dokumen pendukung seperti cover letter, title page, dan highlights. Penting untuk cover letter, kita perlu menuliskan konstribusi utama dari makalah kita dan menyebutkan bahwa makalah ini tidak di masukkan ke jurnal lain, ungkap Peneliti Ahli Utama BRIN.

Ketiga, bagaimana merespon reviewer. Penulis publikasi 22 jurnal global ini mengatakan bahwa harus menyiapkan letter of response sebaik mungkin. Ketika menyiapkan letter of response, kita bisa mulai dengan ucapan terima kasih kepada editor, dalam hal ini bisa editor-in-chief atau pun associate editor, kata Edi.

Ungkapan terima kasih kepada editor menunjukan appresasi karena sudah menangani makalah kita, mencarikan reviewer, dan kemudian mengambil keputusan berdasarkan masukan dari reviewer tersebut dan memberikan kesempatan kita untuk merevisi, tambahnya.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah merespon komentar-komentar dari reviewer sebaik mungkin.

Kita harus bisa mengidentifikasi apakah komentar tersebut suatu pertanyaan, saran, atau komentar yang kontradiksi. Jadi beberapa saran tidak harus diikuti semua kalau itu mengubah makalah secara total, sehingga kita bisa tidak mengikuti saran atau komentar dari reviewer asalkan mengimbangi dengan alasan yang kuat,imbuh Edi yang juga menjadi reviewer di 21 jurnal yang terindeks web of science.

Mendukung pelaksanaan pelatihan ini, Kepala Pusat Riset Fotonik, Isnaeni menyampaikan agar setelah pelatihan ini, periset mampu memingkatkan kuantitas dan kualitas artikel yang terbit di jurnal global, serta memperbesar peluang artikel diterima di jurnal global bereputasi. (hrd/ed:adl) 

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/112960/periset-brin-berbagi-tips-dan-trik-menulis-jurnal-global