Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Komitmen Indonesia Bebas Karbon 2060

Bogor – Humas BRIN. “Kami putra putri Indonesia mengaku untuk terus bergerak mendorong hydrogen energy sebagai jawaban terbaik menuju free carbon society untuk tanah air Indonesia.” Begitulah komitmen bebas karbon yang diikrarkan oleh Presiden Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Prof. Eniya Listiani Dewi, tepat pada Hari Sumpah Pemuda ke-94 Tahun 2022, di Gedung Innovation Convention Center (ICC), Cibinong, Bogor. Ikrar itu disampaikan dalam gelaran acara Talkshow Hydrogen for Free Carbon Society yang merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2022, Jum’at (28/10).

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menjelaskan BRIN mendukung green energy transition untuk menuju Net Zero Emission tahun 2060, dengan kolaborasi internasional dan melalui berbagai program. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan materi mengenai “Policy for Free Carbon Society Development: Research and Innovation”.

“Semoga Net Zero Emission Indonesia dapat tercapai, bahkan sebelum 2060, agar memberikan manfaat yang krusial bagi Indonesia di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi,” harap Mego.

Dijelaskannya, semua negara di dunia perlu bersatu dalam melakukan upaya maksimal untuk membangun masyarakat rendah karbon dengan mengurangi emisi global hingga separuh dari tingkat saat ini pada tahun 2050. Masyarakat dan industri diharapkan secara proaktif mengambil tindakan untuk berkontribusi pada terciptanya masyarakat rendah karbon menuju Indonesia Bebas Emisi Karbon di tahun 2060.

Pemateri kedua, Direktur Utama Cascadiant Rahmadi Budiman menyampaikan paparan Fuel Cell and Hydrogen Storage Implementation and Delivery in Remote Area and Microgrids secara daring. Cascadiant merupakan perusahaan yang didirikan sejak tahun 2010 yang pada awalnya banyak berbisnis di back-up power solution untuk komunikasi dengan menggunakan bahan bakar hidrogen. 

Berikutnya, Project General Manager di Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Indra Chandra Setiawan hadir dengan paparan berjudul Hydrogen Movement in Global & Asia Pasific Region. Indra menjelaskan tentang perkembangan hidrogen baik di global, maupun di Asia. Fuel cell dapat diaplikasikan pada banyak hal. 

“Fuel cell module dapat digunakan di truk, bus, forklift, kapal laut, bahkan pembangkit listrik. Fuel cell dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan,” sebut Indra.

Perwakilan Dewan Energi Nasional (DEN) Suharyati hadir menggantikan Djoko Siswanto dan memaparkan materi dari segi kebijakan. Pada tahun ini, DEN akan melakukan review terhadap Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah diterbitkan sejak tahun 2019. Hal ini mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan isu-isu yang berkembang saat ini, seperti komitmen pengurangan emisi dan komitmen Indonesia untuk mencapai NZE di Tahun 2060. 

“KEN kemudian diturunkan menjadi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Di dalam RUEN sendiri, sudah ada program kegiatan untuk pembangunan hidrogen. Namun, karena dipersiapkan pada tahun 2014, hidrogen difokuskan untuk memanfaatkan batubara domestik, bukan dari energi baru terbarukan (EBT),” beber Suharti.

Sebagai narasumber terakhir, Lektor Kepala, Institut Teknologi Bandung Utjok W.R. Siagian menyampaikan materi secara daring dengan paparan Indonesia Energy Transition Pathway Toward NZE. Talkshow dengan materi yang sangat menarik ini menghadirkan narasumber yang mumpuni di bidangnya dan dimoderatori secara apik oleh Hary Devianto, Lektor Kepala dari Institut Teknologi Bandung. 

Pada kesempatan ini, juga dilakukan penganugerahan kepada Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI, sebagai Duta Hidrogen Indonesia. Dalam speechnya Dyah Roro menegaskan bahwa energi hidrogen bukanlah energi masa depan, melainkan energi masa kini.

Selain itu, BRIN juga melakukan penandatangan kerja sama dengan IFHE. BRIN diwakili oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan dan IFHE diwakili oleh Presiden IFHE.  Disaksikan oleh Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu dan Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi.

MoU ini bertujuan untuk penguatan riset dan inovasi bidang material, nanoteknologi, bahan dan proses energi, serta manufaktur untuk renewable energy, teknologi fuel cell dan hydrogen energy, free carbon technology dan riset lainnya yang terkait dengan green technology.

Prof. Ratno Nuryadi dalam sambutannya menyatakan, dengan MoU ini, diharapkan akan lebih menguatkan aktivitas yang sudah dijalankan selama ini. “Kami menyambut dan mendukung dengan penuh kolaborasi ini, terutama terkait dengan SDM di Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material. Dan tentunya, Kami memerlukan support dari seluruh stakeholder. Selamat untuk kita semua. MoU ini semoga membawa banyak manfaat,” katanya

Haznan Abimanyu mengucapkan selamat kepada Prof Eniya Listiani Dewi selaku Presiden IFHE dan bersyukur penandatangan MoU berjalan dengan baik. Haznan mengatakan hidrogen merupakan promising energi dan energi masa kini. Energi hidrogen sudah diinisiasi oleh banyak negara. 

Haznan juga berharap dengan nota kesepahaman yang telah ditandatangani, sasaran untuk untuk mewadahi kegiatan riset dan inovasi yang terkait dengan green technology dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan potensi SDM, meningkatkan kerjasama riset yang menggunakan sumber daya dan fasilitas riset serta inovasi baik dari BRIN maupun IFHE. (ark/ed:aj,jml,drs)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Perbarui Data Pemanfaatan Pertambagan, Kemenperin Jajaki Kolaborasi dengan BRIN

Tangerang Selatan, Humas BRIN. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan kunjungan ke Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam rangka penjajakan memperbarui progres pemanfaatan penambangan, Rabu (26/10). 

Dalam pertemuan ini, Kepala ORNM diwakili oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPb), Anggoro Tri Mursito. Sementara dari Direktorat Industri, Semen, Kermaik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Kemenperin diwakili Mayzaky serta didampingi oleh konsultan dari PT Pasade Utama.

Pada sesi diskusi, Anggoro Tri Mursito menjelaskan pusat riset ORNM yang berada di kawasan sains dan teknologi (KST) BJ Habibie. “Kami di sini ada beberapa pusat riset yang hadir luring, ada dari perwakilan kelompok riset Pusat Riset Teknologi Pertambangan, Metalurgi, Kimia Maju, dan Material Maju berlokasi di KST BJ Habibie, Tangerang Selatan. Ada pula peserta yang hadir secara daring dari beberapa lokasi, diantaranya Babarsari Yogyakarta, Tanjung Bintang Lampung, dan Cisitu Bandung,” terangnya.

Selain itu, Anggoro menyampaikan profil riset pertambangan ORNM setelah satu tahun keberadaan BRIN. Mulai dari proses bisnis, perkembangan progres dari fundamental riset, sampai ke ekonomi di bidang spesial pasir kuarsa maupun untuk kuarsit. “Kami akan perbarui lagi, sehingga kita dapatkan gambaran, kajian, penelitian, maupun ekonomi yang terkini,” tambahnya

“Kami berkunjung ke BRIN untuk mengetahui adanya kajian mengenai proses pengolahan Nano Silika menjadi Sel Surya,” ujar Mayzaky. “Selain itu, kami mengharapkan adanya ouputnya lebih dulu, pertama adanya komunitas dari Nano Silika, yaitu hilirisasi industri dan teknologi pengolahannya yang berkaitan saat ini, sehinga kami datang ke BRIN, kemudian data-data dan entitas silika menjadi tersedia,” jelasnya.

Ditambahkan oleh Mayzaky, kajian bersama BRIN merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari kajian Kemenperin, dan PT Pasade membutuhkan beberapa data dalam menyusun kajian.

Senada dengan Mayzaky, Agung Nugroho dari PT Pasade menjelaskan bahwa perusahannya ditunjuk oleh Kemenperin, untuk melakukan kajian tentang silika, terutama pengolahannya untuk sel surya. 

PT Pasade mengambil sampel di empat provinsi yaitu provinsi Banten, Medan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Tengah. “Kami dapatkan bahwa pasir silika tidak efesien sebagai bahan baku sel surya. Kandungan pasir kita luar biasa sudah diekplorasi dan sudah diolah, tetapi kami menemukan bahwa pasir silika tidak efesien digunakan sebagai bahan baku sel surya, menurut versi yang kami pelajari dari Balai Pengujian Mineral,” ungkapnya.

“Pasir silika ini akan terbentuk fume silika sehingga tidak efisien, sedangkan yang efsien adalah kuarsit,” tambahnya.

PT Pasade belum menemukan cukup informasi atau data tentang kuarsit walaupun ada di Sumatra Barat dan Aceh, tetapi sebatas sumber daya yang belum menjadi cadangan dan perekonomiannya. PT Pasade ingin menggali lebih lanjut ke BRIN terkait pengujian-pengujian kuarsit tersebut. 

“Sebagai informasi pasir silika tidak efesien, tetapi tetap saja pasir silika menurut Telnologi Mineral dan Batubara (Tekmira) bisa digunakan sebagai Metallurgical Grade Silicon (MGSI) yang berguna untuk bahan kimia, paduan, dan sebagainya. 

“Menjadi pekerjaan rumah bagi Kemenperin adalah pasir silika apakah layak diolah menjadi MGSI atau beralih ke kuarsit seperti versinya Tekmira. Untuk itu, diharapkan di lingkungan BRIN, sudah ada penelitian-penelitian lain tentang pasir silika dan sebagainya,” tuturnya.Di akhir diskusi Anggoro mengatakan bahwa BRIN akan mengidentifikasi pemanfaatan nano silika bersama stakeholder yang lain. “Setelah BRIN mengindetifikasikan seluruh badan litbang, periset-periset Kementerian dan Lembaga, termasuk dari Tekmira dan Balitbang, Kementerian EDSM yang telah bergabung, kami akan paham betul untuk kajian ini,” ucapnya. (hrd/ ed. ls, adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kini BRIN Resmi Miliki 645 Profesor Riset

Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan empat perisetnya menjadi Profesor Riset dalam orasi yang diselenggarakan di Kantor BRIN Kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (26/10). Keempat dari mereka merupakan periset terbaik BRIN yang telah mengabdikan dirinya dalam dunia riset sesuai dengan bidangnya masing-masing. 

Empat periset yang dikukuhkan yaitu Fariduzzaman, pakar Aerodinamika, dari Direktorat Pengelolaan Laboratorium Fasilitas Riset dan Kawasan Sains, Anugerah Widiyanto, pakar bidang Manajemen Teknologi, dari Direktorat Kebijakan Pembangunan Manusia Kependudukan dan Kebudayaan, Jarot Raharjo, pakar Bidang Teknik Material, dari Pusat Riset Material Maju, dan Rizal Alamsyah, pakar bidang Konversi Biomassa, Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi. Keempat periset BRIN dikukuhkan menjadi Profesor Riset ke 642, 643, 644, dan 645 secara nasional.

Fariduzzaman dalam pengukuhannya, menyampaikan orasi dengan judul “Inovasi Teknologi Pengujian Aerodinamika dan Aeroelastika untuk Rancang Bangun Jembatan Bentang Panjang”. Kontribusi penting untuk inovasi ini adalah penerapan metoda Zimmerman untuk analisis flutter yang lebih cepat dan akurat, serta penggunaan kurva tiga dimensi.

Kegiatan dimulai intensif sejak Uji Model Jembatan Suramadu, dan kini telah berhasil diterapkan untuk pengujian lebih dari 17 model jembatan bentang panjang yang dibangun di Indonesia.

Fariduzzaman menyatakan bahwa, analisis aerodinamika dan aeroelastika rancangan jembatan bentang panjang adalah suatu keharusan untuk dilakukan perancang dan pengembang jembatan sebelum konstruksi. “Teknologi pengujian aerodinamika dan aeroelastika jembatan bentang panjang, akan terus berkembang di masa depan, dengan semakin berkembangnya teknologi rancang bangun, adanya teknologi kecerdasan buatan, Artificial Intelegence (AI) dan Internet of Things (IoT),” ungkapnya.

Kemudian, Anugerah Widiyanto, menyampaikan orasi dengan judul “Kontribusi Metode Life Cycle Assessment Biomassa untuk Agroindustri Berkelanjutan”. Anugerah menyampaikan Inovasi metode life cycle assessment (LCA) yang dikembangkan untuk sistem pemanfaatan biomassa sesuai dengan karakteristik area target, berkelanjutan, dan tetap mempertahankan keunikannya.

Tantangan kedepannya adalah masalah transparansi data, yang perlu mendapat perhatian untuk peningkatan kualitas penelitian LCA. “LCA memiliki potensi sebagai perangkat/alat untuk analisis lingkungan, dan kemungkinan aplikasinya untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia, khususnya daya saing di bidang agro-industri Indonesia,” jelasnya.

Selanjutnya, Jarot Raharjo menyampaikan orasi dengan judul “Pengembangan Keramik Maju Berbasis Logam Tanah Jarang untuk Fuel Cell dan Baterai sebagai Energi yang Ramah Lingkungan”.  Menurut Jarot, Indonesia memiliki mineral Logam Tanah Jarang (LTJ) yang belum dimanfaatkan optimal. LTJ digunakan sebagai bahan keramik maju untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) dan teknologi energi bersih.

Keramik maju adalah keramik berkinerja tinggi, yang mengoombinasikan pengendalian kimiawi dan sengaja dirancang mikrostrukturnya sehingga dihasilkan bahan yang memiliki sifat yang unik.

“Kegiatan riset material SOFC dan baterai yang dilakukan memiliki kontribusi signifikan dalam menjawab tantangan penguasaan teknologi maju berbasis LTJ dalam menghasilkan material keramik maju yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan LTJ yang diolah di dalam negeri (LTJ Indonesia), sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara ber­tahap seperti pada aplikasi SOFC dan baterai,” ungkapnya.

Jarot juga menyatakan bahwa Pengembangan teknologi aplikasi LTJ ini diharapkan juga dapat mendukung program pemerintah dalam memenuhi net zero emission pada tahun 2060 melalui penerapan teknologi energi bersih.

Terakhir, Rizal Alamsyah menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Inovasi Teknologi Pemrosesan Biomassa Menjadi Biofuel untuk Mendukung Penerapan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)”. Rizal mengungkapkan bahwa kebaruan-kebaruan dalam proses pembuatan EBT terus dikembangkan.

“Inovasi reaktor static mixer dan proses pencucian kering biodisel menghasilkan efisiensi energi proses transesterifikasi dan penurunan biaya pengolahan biodisel,” jelasnya. 

Kebaruan teknologi reaktor static mixer dan pencucian kering ini juga dapat menyingkat waktu pengolahan biodiesel dan proses pencuciannya tanpa menggunakan air panas. Pembuatan pelet dari biomassa hasil pertanian dan perkebunan menjadikan bahan bakar padat yang mudah dikemas, ramah lingkungan, serta bisa dikonversi menjadi gas sintetis yang bisa digunakan untuk pemasakan dan pengeringan. 

Inovasi reaktor separasi MCT, adalah inovasi proses yang mampu memisahkan asam lemak rantai menengah dari minyak kelapa atau sawit menjadi produk yang bernilai tambah, yaitu senyawa olein dan stearin secara sempurna.

Reaktor static mixer-proses pencucian kering biodiesel menghasilkan efisiensi energi, dan waktu proses. Pelet biomassa mudah dikemas dan bisa dikonversi menjadi syngas. Reaktor MCT menghasilkan asam lemak MCT untuk produk kesehatan dan non-MCT untuk feedstock biodiesel/bioavtur.

Kepala BRIN, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Ratno Nuryadi, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan material mengatakan, gelar Profesor Riset merupakan gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. Kendati gelar ini bukan gelar secara kepegawaian sebagai ASN, namun gelar ini memberikan amanah tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun tanggung jawab sebagai Profesor Riset memberikan teladan bagi periset lainnya.” ungkap Handoko.

Menurut Handoko, Periset BRIN perlu memiliki semangat berkolaborasi yang dapat meningkatkan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. Bertepatan dengan Indonesia menjadi Presidensi G20, pengukuhan ini menjadi momentum penting sebagai wujud peran aktif BRIN di bidang riset dan inovasi.

“Empat Profesor Riset yang baru merupakan kebanggaan bagi kita semua, ini bukti bahwa Periset-periset Indonesia, khususnya BRIN dapat menghasilkan karya-karya penelitian yang berkualitas Internasional. Tentunya dapat menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan,” tambahnya (igp, yul, gws/ ed: tnt).

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110624/kini-brin-resmi-miliki-645-profesor-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kembangkan Riset Material untuk Implan Tulang

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Implan tulang merupakan prosedur medis di dunia kedokteran ortopedi, yaitu mengganti bagian tulang yang cedera atau hilang dengan bahan tertentu. Di Indonesia, kebutuhan implan tulang terus meningkat, baik untuk mengobati cedera tulang karena faktor kecelakaan maupun kasus penyakit degeneratif tulang. Namun sayangnya, implan tulang di Indonesia kebanyakan masih berupa impor.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), turut berupaya melakukan riset implan tulang. Berbagai material implan diteliti agar sesuai dengan kondisi tubuh jaringan manusia. Tujuannya agar Indonesia bisa mandiri memenuhi kebutuhan implan dalam negerinya sendiri.

Kepala ORNM – BRIN, Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa di BRIN ada riset material kesehatan terkait dengan pengembangan material komposit pada kompatibel material, untuk alternatif material implan tulang sementara.

“Isu di kesehatan selalu cepat sekali perkembangannya. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti perkembangan dari ilmu teknologi riset dan inovasi di bidang ini, khususnya untuk material implan tulang,” ujar Ratno dalam sebuah webinar yang bertajuk ORNAMAT seri 15, Selasa (18/10).

Peneliti dari Pusat Riset Material Maju, Iwan Setyadi menerangkan penelitian yang tengah dikembangkan yakni ‘Pengembangan Komposit Magnesium-Carbonate Apatite (Mg-xCA) Bioabsorbable’ untuk Alternatif Material Implan Tulang Sementara (Temporary Bone Implant)’.

Menurut Iwan, Terdapat perbedaan antara implan permanen dan implan sementara. Implan permanen bersifat inert, tahan korosi, dan membutuhkan operasi pasca penyembuhan. Sementara implan sementara memiliki kesesuaian antara kekuatan dan laju korosi, biokompatibel, dan tanpa operasi pasca penyembuhan.

Dia mengatakan adanya paradigma dokter ortopedi untuk mengembangkan implan tulang sementara. “Hal ini menarik minat banyak peneliti, karena tidak memerlukan pelepasan pasca implantasi, setelah kesembuhan pasien yang mengalami traumatik tulang,” kata Iwan.

Untuk itulah para peneliti mengembangkan dengan menggunakan logam biodegradable, yang salah satunya adalah logam Magnesium (Mg). Dengan harapan implan ini dapat menjadi alternatif, selain implan tulang permanen berbahan bioinert (SS316L dan paduan titanium), yang selama ini digunakan.

Riset yang dilakukan Iwan berfokus pada peningkatan kemampuan Magnesium melalui pembentukan komposit berbasis Magnesium dengan penguat Carbonate Apatite (CA). “Dengan menggunakan CA sebagai penguat, memiliki keunggulan lebih mudah diserap dan tidak membentuk jaringan fibrotik dibandingkan Hydroxiapatite (HA), sehingga lebih disukai untuk penyembuhan tulang,” jelas Iwan.

Riset ini telah menghasilkan prototipe awal material berupa rod dan pelat. “Saat ini terus diupayakan bagaimana meningkatkan sifat mekanis dan memperbaiki laju degradasi Magnesium-Carbonate Apatite, dengan tetap menjaga sifat biokompatibilitaasnya melalui proses penguatan deformasi, agar dapat diaplikasikan,” urainya.

Dirinya menginformasikan kerja sama antar disiplin ilmu perlu dilakukan terutama dengan para dokter dan akademisi lainnya, untuk proses pengembangan lebih lanjut. Dalam riset ini telah terjalin kerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Departemen Teknik Mesin, dan Departemen Teknik Metalurgi dan Material) dan Fakultas Kedokteran UI (Departemen Ortopedi dan Traumatologi). (hrd/ed:adl,pur)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110583/brin-kembangkan-riset-material-untuk-implan-tulang

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Peneliti BRIN : Bioaktivitas Ekstrak Tempe Mampu Hambat Pertumbuhan Kanker

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Tempe merupakan makanan fermentasi berbasis kedelai yang populer di Indonesia. Tempe yang difermentasi menggunakan kapang Rhizopus sp ini orisinil berasal dari pulau Jawa. Masyarakat biasa mengkonsumsinya setelah diolah terlebih dahulu dengan cara digoreng, ditumis, atau lainnya.

Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ratno Nuryadi, mengungkapkan bahwa tempe merupakan salah satu pangan asli Indonesia yang perlu diangkat. “Terkait isu pangan, tempe merupakan salah satu makanan yang disukai dan biasa dikonsumsi oleh banyak orang,” ucapnya pada webinar ORNAMAT seri 15 pada Selasa (18/10).

Menurutnya, melalui acara webinar ini, peserta akan mendapatkan pengayaan pengetahuan tentang riset terkait dengan tempe. “Bagaimana pengkajian tempe secara saintifik mampu membuka peluang-peluang yang lebih lebar lagi. Baik dari sisi ilmiah maupun dari sisi komersialisasi ke depan. Selain orang Indonesia, banyak juga orang asing yang suka dan banyak ekspor, apalagi potensi sebagai suplemen kesehatan,” ungkap Ratno.

Pada kesempatan itu, peneliti dari Pusat Riset Kimia Maju, Anastasia Fitria Devi, menyampaikan  penelitiannya dengan judul ‘Bioaktivitas Ekstrak Tempe dengan Waktu Fermentasi Diperpanjang’.

Biasanya proses fermentasi tempe dilakukan pada suhu sekitar 30 derajat celcius selama 48 jam. “Tempe 48 jam bisa langsung dikonsumsi, namun umumnya tempe diolah lebih lanjut dengan cara dimasak. Apabila fermentasi berlangsung selama 72 jam, maka disebut ‘tempe semangit’,  dan apabila berlangsung 120 jam, maka disebut tempe bosok”, terang Anastasia.

Menurutnya, akhir-akhir ini sempat viral memakan tempe langsung, dengan tidak diolah lagi, di kalangan penggemar makan sehat atau pun yang sedang diet.

“Sejak zaman dahulu mengkonsumsi tempe tanpa diolah membantu pencernaan untuk orang-orang yang sedang mengalami permasalahan dengan perut seperti perut begah dan sebagainya,” tuturnya.

“Bioaktivitas tempe ini sudah meningkat dibandingkan dari kedelai. Sebagian besar literatur mengatakan bahwa itu karena proses fermentasi, baik proses fermentasi yang seharusnya 48 jam atau pun proses fermentasi yang diperpanjang,” imbuhnya.

Dalam risetnya, Anastasia menggunakan metode pembuatan tempe hingga dihentikan fermentasinya. Pada ekstraksi tahap pertama dilakukan dengan menggunakan aseton. Dalam ekstraksi ini menghasilkan campuran ekstrak aseton dan kemudian minyak tempe.

Pada ekstraksi tahap dua yang mengguakan n-Heksana diperoleh dua macam hasil, yaitu ekstrak aseton dan minyak tempe. Dari ekstrak aseton dan minyak tempe dilakukan dua analisis bioaktivitas, yaitu sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas 1,1 diphenyl-2-piccrylhydrazyl (DPPH).

“Pertama, untuk uji sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7, menggunakan metode kultur sel dengan membiakkan sel kanker payudara MCF-7,” ucap Anastasia.

“Ketika kontrol tidak diberi apa-apa, terlihat sel payudaranya menutupi permukaan petri disk (cawan petri), kemudian diberikan ekstrak tempe yang telah diuji. Ini menunjukkan apabila diberikan ekstrak tidak toksik (20%), hanya menghambat pertumbuhan sedikit saja, populasinya mulai berkurang tetapi hanya sedikit saja. Namun apabila dilajutkan dengan diberikan ekstrak yang sangat toksik (95%), ternyata sel kankernya yang dapat bertahan hidup hanya sedikit,” urainya.

Cara kedua yakni menggunakan uji antioksidan terhadap radikal DPPH dengan menggunakan microplate. “Apabila tidak ditambahkan ekstrak apa pun, maka radikal bebas ini akan terlihat berwarna ungu, namun apabila diberikan ekstrak yang memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas, maka warna dari radikal bebas akan berkurang intensitas ungunya dan semakin lama menjadi kekuningan,” papar Anastasia

Selain itu, analisis kandungan senyawa bioaktif bisa juga menggunakan liquid chromatography with tandem mass spectrometry (LC-MS/MS) yang merupakan fasilitas di BRIN. Ketika hasil ini kemudian diolah secara statistik yaitu dengan metode Analysis of Variance (ANOVA) dan Partial Least Square Regression (PLSR) Analysis.

Hasil ekstrak aseton telah diuji sitotoksisitasnya terhadap sel kanker payudara MCF-7. Diekspresikan oleh IC50 sebagai konsentrasi berapa akan menghambat populasi sel sampai dengan 50 persennya. “Apabila menggunakan IC50 yang lebih kecil, artinya ekstrak tersebut lebih aktif. Ini ditunjukkan bahwa nilai terendah dimiliki setelah tempe difermentasi selama 108 jam,” terangnya.

Anastasia menyebut bahwa dalam tempe ini sudah sering diinfokan mengandung komponen aktif isoflavon. Maka ia juga melakukan analisa terhadap zat standar isoflavonnya. “Kami melakukan uji sitotoksisitas standar isoflavon, yaitu daidzin, genistin, daidzein, dan genistein,” sebutnya.

Untuk melihat kandungannya, beberapa ekstrak diuji dengan LC-MS/MS. “Dengan respon LC-MS/MS ekstrak aseton tempe, ternyata respon untuk isoflavon daidzin itu memang kecil. Sedangkan untuk ketiga isoflavon yang lain (genistin, daidzein, genistein) relatif lebih tinggi, walaupun ada penurunan dari 0 sampai 48 jam, kemudian semuanya naik terutama di 108 jam dan 120 jam,” jelas Anastasia.

“Ekstrak aseton tempe di 108 dan 120 jam adalah yang terbaik dari sisi sitotoksisitas dan antioksidan. Keduanya dikarakterisasi dengan respons daidzin yang rendah, serta respon genistein, genistin, dan daidzein yang tinggi,” ulasnya.

Dalam penelitian ini juga mempunyai hasil minyak tempe dari berbagai waktu fermentasi (0, 24, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120, dan 156 jam). “Kami juga melakukan uji sitotoksitivitas minyak tempe, yaitu pada 0 dan 120 jam ternyata terjadi peningkatan aktivitas, siktotosisitas yang sebelumnya IC50-nya di atas 100 ppm kemudian turun sekitar 4 ppm setelah difermentasi selama 120 jam,” kata Anastasia.

“Pada uji aktivitas antioksidan juga menunjukkan bahwa fermentasi ini meningkatkan aktivitas aktioksidan pada minyak tempe, yaitu semakin lama fermentasinya, maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi, terutama dari 120 sampai dengan 156 jam,” imbuhnya.

Anastasia menyimpulkan waktu fermentasi yang diperpanjang dapat meningkatkan bioaktivitas ekstrak aseton dan minyak tempe. “Waktu fermentasi 108 dan 120 jam memberikan sitotoksisitas terbaik terhadap sel kanker payudara MCF-7, serta kedua ekstrak aseton tempe pada 108 dan 120 jam  menunjukkan keberadaan antioksidan yang cukup tinggi,” pungkasnya. (hrd/ed:adl,pur)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110582/peneliti-brin-bioaktivitas-ekstrak-tempe-mampu-hambat-pertumbuhan-kanker

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kunjungan Industri UNP ke Laboratorium Kimia dan Material KST BJ Habibie Serpong

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kunjungan industri ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Senin (17/10). Kunjungan tersebut untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan di bangku kuliah, yang kemudian diterapkan dalam kegiatan riset. Rombongan tersebut disambut oleh para periset dan operator Laboratorium Material Maju dan Kimia Maju.

Budhi Oktavia sebagai kepala Departemen Kimia FMIPA UNP, dalam sambutan pembukaan. “Kegiatan ini sebagai sarana dalam melihat-lihat laboratorium yang ada di pusat riset salah satunya di KST Habibie. Mahasiswa Angkatan 2020 semester V ini nantinya akan melakukan magang industri, dan penelitian,” ujarnya.

Selain itu, Sekretaris Departemen Kimia FMIPA, Edi Nasra berharap mahasiswa dapat mengajukan proposal untuk melakukan magang dan melakukan penelitian, sebagai aplikasi dari ilmu yang sudah diraih dari bangku kuliah.

Edi juga menjelaskan bahwa pada “Departemen Kimia terdapat mata kuliah kimia industri dan mata kuliah kunjungan industri. kunjungan ini merupakan salah satu syarat dalam memenuhi kelulusan mata kuliah kunjungan industri,” lanjutnya.

“Kegiatan kunjungan ke laboratorium BRIN ini, bertujuan untuk mempelajari instrumen-instrumen yang nantinya dapat impelemtasikan dalam pengukuran sampel penelitian nantinya,” ungkap Edi.

Pada sesi diskusi, salah satu mahasiswa mengungkapkan bahwa, “Banyak peralatan yang lengkap dan bagus, kami berharap dapat melakukan penelitian dengan peralatan yang rekomendatif  yang dimiliki BRIN,” terangnya. 

Di akhir kunjungan, salah satu dosen mengharapkan adanya kerjasama dengan BRIN terkait PKL, Magang, Tugas Akhir dan beberapa program pendidikan lainnya. Untuk itu, mereka mengharapkan adanya pembahasan lebih lanjut tentang kerjasama dengan BRIN.

Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju, yang sempat hadir dalam penutupan kunjungan UNP ini menyampaikan bahwa fasilitas BRIN terbuka untuk eksternal. “Silakan, jika adik-adik ingin PKL atau magang di sini. Fasilitas BRIN dapat digunakan untuk semua pihak,” jelasnya.

Untuk informasi awal, pihak universitas dapat melihat layanan kerja sama di bidang pendidikan yang diberikan BRIN melalui situs elsa.brin.go.id

“Semoga ke depannya adik-adik ke depannya bisa menjadi periset di BRIN,” pesan Yenny. 

Diwawancara humas dalam kesempatan terpisah, Kepala Pusat Riset Material Maju (PRMM) sangat mengapresiasi kegiatan kunjungan mahasiswa UNP. “Kami berharap kunjungan ini bisa menambah wawasan mahasiswa terkait kegiatan riset yang dilakukan di laboratorium material maju dan menjadi motivasi untuk melakukan kegiatan pembimbingan tugas akhir di PRMM,” tuturnya. 

“Kami juga berharap adanya kolaborasi berkelanjutan dengan UNP, baik dalam bentuk pembimbingan mahasiswa ataupun kolaborasi riset dengan dosen di UNP dalam topik-topik tertentu yang sdh ada di PRMM, maupun ide-ide baru,” tutupnya. (hrd, esw, ls/ ed. adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Begini Cara Preparasi Sampel pada TEM, Fasilitas Canggih Laboratorium BRIN

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan segera melengkapi fasilitas laboratoriumnya dengan Transmission electron microscopy (TEM) atau Mikroskop Transmisi Elektron di akhir 2022. TEM merupakan alat karakterisasi yang sangat penting dalam dunia riset sains dan material yang akan ditempatkan di Kawasan Sains dan Teknologi BJ. Habibie Serpong dan mulai dioperasikan awal tahun 2023.

Salah satu aspek yang penting diketahui untuk pemanfaatan alat TEM adalah terkait preparasi sampel. Karena sampelnya berukuran skala nano yang sangat kecil tak tampak mata. Tantangannya adalah menyiapkan sampel dengan metode konvensional atau menggunakan teknik dual beam dengan alat focused ion beam (FIB).

Guna memberikan pemahaman tentang preparasi sampel, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN bekerja sama dengan Thermo Fisher Scientific, menggelar webinar Edisi Khusus TEM 2 dengan tema ‘Preparasi Sampel dan Analisis Data TEM’, Selasa (11/9).

Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi, webinar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang karakterisasi alat nano, yakni TEM. “Harapannya dengan edisi lanjutan kedua ini kita akan lebih mendapat bekal bagaimana preparasi sampel dan analisa hasil karakterisasi TEM, khususnya nanti terkait dengan TEM yang direncanakan masuk ke BRIN pada Desember 2022,” ungkapnya.

Preparasi Sampel TEM Metode Konvensional

Peneliti dari Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), Arbi Dimyati, menjelaskan proses preparasi sampel TEM dengan metode konvensional.

“Sejak tahun 1932, Ernst Ruska memperkenalkan mikroskop pada tahun 1986 dan mendapat nobel. Kemudian masuk pasar 6 tahun sejak penemuan itu. Sekarang mikroskop seperti TEM sudah canggih, tetapi soal preparasi masih menjadi masalah yang krusial,” papar Arbi.

Alat TEM memiliki standar tinggi 3-4 meter dan terdapat beberapa lensa. “Ketika sampel dimasukkan maka akan mengalami pembesaran. Nanti baru kita dapatkan sampel dari yang kita inginkan,” kata Arbi.

Menurutnya, prinsip kerja TEM ada dua, satu mendapat gambar dan satunya lagi mendapat difraksi. Sistem sampel TEM ditaruh di dalam grid dengan diameter 3 mm, karena sampel yang dapat dimasukkan dalam holder hanya 3 mm.

“Jika sampel terkena elektron, maka akan mengalami beberapa proses. Yang dapat dianalisa dari TEM adalah  semikonduktor, ilmu material, dan ilmu hayati,” imbuhnya.

Lebih lanjut Arbi menyebutkan persyaratan pada sampel TEM. “Syarat umum sampel TEM yakni transparan terhadap elektron (<100nm), area yang cukup luas, kontras yang memadai, dan stabil terhadap pembombardiran elektron. Sampel juga tidak boleh menguap, karena akan menempel di lensa sehingga TEM harus dibongkar dan dibersihkan,” paparnya.

Dikatakan olehnya, terdapat jenis preparasi sampel anorganik dan biologi. “Preparasi manual untuk material biologi harus diawali dengan fiksasi, dengan tujuan agar material stabil dan tidak berubah seperti struktur dan harus dicor ke dalam resin. Sementara syarat preparasi manual material padat yakni serbuk ‘nano’ berukuran maksimum 100 nano, penampakan atas, penampang lintang, dan replikasi,” urainya.

Preparasi Sampel TEM dengan Focus Ion Beams (FIB)

Sementara itu, Peneliti dari Pusat Riset Material Maju ORNM, Eni Sugiarti menjelaskan proses preparasi sampel TEM dengan Focus Ion Beams (FIB). “BRIN memiliki alat dual beam & multi detectors of JFIB 4610F, alat FIB ini dapat diakses melalui situs elsa.brin.go.id, apabila bapak dan ibu ingin melakukan pengujian dan analisis,” ucapnya.

Alat FIB ini  memiliki dua sumber, yakni sumber elektron Schottky-field emission gun (FEG) and sumber ion logam galium cair, serta 5 detektor yang terpasang dan 2 gas deposisi (karbon atau tungsten) yang berfungsi membantu pada saat deposisi dan memasukkan ke grid TEM. “Pemilihan gas ini tergantung pada sampel yang kita gunakan,” jelas Eni.

Aplikasi FIB ini dapat diterapkan untuk alat scanning electron microscopy (SEM) atau pemindaian mikroskop elektron, agar memperoleh besaran yang lebih tinggi kualitasnya dan pola nano dan pemindaian vektor 2 dimensi dan 3 dimensi. “Keunggulannya, kita bisa membentuk sampel menggunakan alat ini untuk mengetahui unsur yang ingin kita ketahui, serta preparasi sampel TEM yang diharapkan memiliki ketipisan 100 nano, sangat dimungkinkan dengan alat ini,” tuturnya.

Analisis Data TEM

Sedangkan peneliti dari Pusat Material maju lainnya, Fadli Rohman menyampaikan menjelaskan terkait analisis data TEM: Basic to Advanced Analysis. Fadli menerangkan bahwa pada saat melakukan pengujian sampel perlu memperhatikan sampel yang akan diuji.

“Kita harus mengetahui layak atau tidaknya untuk dianalisis, terkait dengan ukuran yang harus tipis. Apabila sampel berukuran besar, maka harus di preparasi terlebih dahulu. Data yang telah diperoleh dari hasil penggunaan TEM akan terlihat, apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengujian TEM,” urainya.

Fadli menambahkan dengan data yang di dapat dari alat TEM berupa banyak gambaran dari alat yang ada. Ketika kita menganalisis sampel harus paham element yang akan diujikan. “Dengan alat TEM ini kita dapat menganalisis elemen apa saja yang terdapat dalam sampel yang kita ujikan,” imbuhnya.

Terdapat beberapa piranti lunak yang digunakan pada alat TEM. “Seperti Crips, fungsinya bisa digunakan untuk pemrosesan gambar kristalografi, analisis difraksi, dan identifikasi frasa. Sementara piranti lunak Image J  tidak hanya untuk TEM, tetapi bisa juga digunakan untuk pemrosesan gambar dan analisis lainnya. Kemudian Microscopy Suite (Digital Micrograph) fungsinya untuk mengontrol dan memproses akuisisi data untuk berbagai aplikasi TEM. Terakhir JEMS yang berfungsi untuk data simulasi TEM,” ulasnya. (esw/ ed:adl,pur)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110531/begini-cara-preparasi-sampel-pada-tem-fasilitas-canggih-laboratorium-brin

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kepala BRIN Raih NDCC Scientist Achievement Award

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, seorang peneliti fisika partikel, menerima penghargaan dari Nanotech Development Center and Consultant (NDCC) di Auditorium Graha Widya Bhakti, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie, pada Jumat (7/10). Pemberian penghargaan tersebut merupakan bagian dari acara Grand Launching Kresna 2023 dan program Edusmart NDCC.

Kepala Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material BRIN, Ratno Nuryadi, hadir menerima NDCC Scientist Achievement Award mewakili Laksana Tri Handoko. “Merupakan suatu kehormatan untuk keluarga besar BRIN, dengan perolehan penghargaan dari NDCC di acara grand launching Kresna 2023 dan program untuk satu siswa satu inovasi,” ujarnya.

Ratno turut mengenalkan KST BJ Habibie yang merupakan nama baru untuk pengganti Kawasan Puspiptek. “Pada Hari Kebangkitan Nasional 10 Agustus 2022, Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) berubah menjadi KST BJ Habibie. Tentu hadirin di sini sudah mengenal siapa BJ Habibie. Selain di sini, ada tiga KST lain yang juga berganti nama,” terangnya.

Dirinya mengungkapkan bahwa acara ini bisa mendorong edukasi dan membantu riset serta inovasi di BRIN, karena masih kurangnya jumlah periset di Indonesia. “Siswa adalah calon periset di masa depan. Untuk 10 atau 15 tahun ke depan, perisetnya adalah siswa yang berada di acara sekarang ini,” ungkapnya.

“Oleh karena itu, BRIN mendukung acara ini dan para siswa dapat berkunjung untuk melihat fasilitas riset yang ada di BRIN, salah satunya di KST BJ Habibie yang memiliki reaktor nuklir,” ucap Ratno.

Selain Kepala BRIN, yang juga menerima penghargaan adalah Niki Prastomo, dosen Jurusan Teknik Fisika sekaligus Dekan Fakultas Teknik dan Informatika di Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Dalam acara tersebut, CEO NDCC, Irania, menyampaikan bahwa Kresna 2023 adalah lomba karya ilmiah untuk siswa berprestasi yang diadakan pada tingkat kabupaten kota. Sementara Edusmart yaitu program pengembangan keterampilan dan pembelajaran berbasis STEM untuk siswa, guru, dan sekolah di Indonesia.

“Semoga pelaksanaan acara pada hari ini bisa bernilai untuk kita semua, dan dapat  mengembangkan potensi bagi siswa berprestasi. Smart Education for All, dengan semangat satu siswa satu inovasi,” jelas Irania.

Pada kesempatan yang sama, Muslim selaku Kepala Bidang Pendidikan SMP Tangerang Selatan yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Tangerang Selatan, turut mengapresiasi kegiatan ini. “Acara ini istimewa karena siswa dan guru dari DKI Jakarta, Tangerang Selatan, Depok, dan Serang dapat bersilaturahmi dan berkumpul dalam wahana ilmiah. Tujuannya yaitu satu siswa satu inovasi, yang nantinya dapat menghasilkan generasi emas yang bermanfaat untuk negara Indonesia,” tuturnya.

Lebih lanjut dikatakan olehnya kurikulum yang ada sekarang yaitu guru harus dapat mengembangkan minat siswa. “Para guru harus dapat mengembangkan minat tiap siswa untuk mengembangkan pembelajaran berbasis diferensiasi,” katanya.

“Dengan adanya acara launching satu siswa satu inovasi, diharapkan riset yang dilakukan oleh siswa nantinya, dapat menciptakan siswa yang cerdas dan berkarakter, menghargai orang lain, menghargai orang tua, menyayangi adik yang lebih muda, dan toleran terhadap sesama. Dengan dibantu oleh Nanotech Indonesia Global Tbk, semoga para siswa dapat mengembangkan penelitian,” pesannya.

Sementara Suryandaru, CEO PT Nanotech Indonesia Global Tbk, memaparkan bahwa Nanotech adalah perusahaan satu-satunya di pasar modal yang berbasis dari laboratorium, serta memiliki  akselerasi terbesar dengan capaian positif.

“Pada momentum kali ini, diharapkan para siswa dapat melihat bahwa riset itu bukan sesuatu yang  sulit. Karena riset malah dapat menjadi solusi dari suatu masalah yang ada. MIsalnya jika ingin menyelesaikan suatu masalah, seperti tidak tersedianya air bersih atau menciptakan sepeda di atas air,” ulasnya.

Diterangkan oleh Suryandaru, di Tangerang Selatan terdapat KST BJ Habibie, yaitu satu-satunya yang memiliki fasilitas untuk menjadi tempat pendidikan teknologi terbaik di Tangerang Selatan. “Contohnya mobil listrik ada KST BJ Habibie. Sains dan teknologi diharapkan dapat menjadi kunci yang memajukan Indonesia,” sebutnya.

Dengan kehadiran Nanotech Indonesia Global Tbk, Suyandaru berharap agar sains dapat menjadi sesuatu yang menarik  untuk dibicarakan oleh generasi muda. “Nanotech akan membuat banyak program yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan dapat membantu membuat paten untuk penelitian yang dilakukan oleh siswa,” urainya.

Kemudian, pada sesi sharing session, tiga narasumber memberikan motivasi bagaimana melakukan riset untuk para peserta yang hadir. Tiga motivator tersebut adalah Suryandaru, CEO Nanotech, Agus Fanar Syukri, peneliti BRIN, dan Kepala Sekolah MTs Negeri 18 Jakarta yang pernah mendapatkan layanan dari NDCC. Saat diskusi, para siswa sangat antusias bertanya kepada narasumber.

Sebagai informasi, grand launching ini dihadiri oleh siswa dan guru yang berasal dari 35 Sekolah Menengah Atas yang berasal dari Tangerang Selatan, DKI Jakarta, dan Serang. Acara ini turut menampilkan tari saman persembahan dari SMA Negeri 2 Tangerang Selatan dan angklung dari SMP Negeri 8 Tangerang Selatan. (mfn/ ed. adl)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110515/kepala-brin-raih-ndcc-scientist-achievement-award

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Riset Fotokatalis untuk Produk Keramik Hias Penjernih Udara

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Keramik merupakan produk yang terbuat dari tanah liat melalui proses pembentukan dan pembakaran. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor keramik ke berbagai negara di dunia. Keramik menjadi salah satu prioritas nasional untuk terus dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan pasar domestik dan luar negeri.

Adanya pandemi covid-19, pelaku ekonomi sektor usaha kecil, dan menengah (UKM) turut terimbas. Sejumlah UKM yang jumlahnya sangat besar di Indonesia mengalami penurunan omset. Oleh karena itu, di saat virus covid ini mulai mereda, UMKM diharapkan mampu bangkit untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri.

Sejalan dengan isu tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), mengangkat tema produk UMKM keramik hias. Tema tersebut diulas pada webinar ORNAMAT seri tiga belas, pada Selasa (4/10). Narasumbernya yakni Putu Angga Kristyawan dari Kelompok Riset Keramik Fungsional Kreatif (KRKFK) – Pusat Riset Material Maju.

Kepala ORNM, Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa terkait produk UMKM, keramik hias Indonesia merupakan salah satu produk ekspor yang masih diminati. “Walaupun kemarin, pada saat terjadi pandemik Covid-19 ada hantaman. Saat ini usaha mikro kecil menengah (UMKM) keramik khususnya di Bali sudah mulai bangkit lagi,” terang Ratno.

“Untuk mendukung kebangkitan ekonomi ini, maka perlu dilakukan diversifikasi produk keramik salah satunya dengan mengaplikasikan fotokatalis pada produk keramik,” imbuhnya.

Kepala ORNM berharap dua materi ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas kepada para audiens. “Semoga bapak-ibu bisa mengeksplorasi peluang-peluang diskusi yang lebih mendalam dan peluang kolaborasi antara periset, praktisi, akademisi, dan industri,” harapnya.

Dalam kesempatan tersebut, I Putu Angga Kristyawan menjelaskan penelitiannya yang berjudul ‘Pemanfaatan Fotokatalis pada Produk Keramik Hias Kreatif’. “Keramik hias merupakan suatu keramik yang dapat dijadikan pajangan atau pemberikan kesan indah di suatu ruangan,” ungkapnya.

Menurut Angga, sebelum bergabung ke BRIN, tempat risetnya telah lama mengembangkan produk-produk keramik di Bali. “Produk yang dihasilkan antara lain pajangan dan barong untuk suvenir kenegaraan yang memiliki keunikan dari daerah Bali. Selain itu ada produk-produk di masyarakat yang siap untuk dikembangkan,” tuturnya.

Dijelaskan olehnya bahwa peran kelompok risetnya adalah untuk pengembangan bahan, desain, dan proses pembuatan keramik. “Tujuannya adalah untuk membantu UKM yang ada di Indonesia, termasuk UKM keramik di Bali,” jelas Angga.

Pada saat covid-19, lanjutnya, tidak hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi. “Di tengah keterbatasan, kami melakukan kerja sama dengan UKM-UKM di Bali untuk beberapa produk. Seperti tableware (perlengkapan makan) sudah bisa diekspor ke negara Eropa seperti Italia dan Prancis serta Italia,” ucapnya.

Berdasarkan keperluan kerja saat ini yang sebagian masih dilakukan di rumah atau work from home (WFH), Angga beserta tim risetnya berupaya mengembangkan produk yang sesuai untuk kesehatan.

“Penyakit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau polutan yang berada di sekitar kita, ada dalam udara yang kita hirup sehari-hari, karena ukurannya yang sangat kecil,” paparnya.

“Oleh karena itu, kami mengembangkan produk untuk menjernihkan udara di dalam ruangan. Dari yang kami pelajari, teknologi yang dapat digunakan untuk keramik adalah fotokatalis,” lanjutnya.

Angga dan kelompok risetnya melakukan pemanfaatan keramik pada alat penjernih udara, dengan optimalisasi desain dan material untuk laju degradasi fotokatalisis polutan udara yang tercepat. Sumber cahaya fotokatalis yang digunakan adalah sinar UV dan sinar matahari.

“Formulasi fotokatalis dengan komposisi TiO2, karbon aktif, dan TEOS (tetraethyl orthosilicate), kemudian dimasukkan ke dalam suatu produk keramik hias yang berfungsi sebagai reaktor fotokatalisis,” lanjut Angga.

Hasil yang diperoleh, polutan dapat diturunkan hingga lebih dari 90% menggunakan produk keramik hias ini. “Ke depannya, diharapkan produk ini dapat dikembangkan, baik dari segi material fotokatalis yang digunakan maupun desain produk. Sehingga dapat diperoleh produk yang optimum dari segi teknis dan ekonominya,” ucapnya.

Angga berharap akan ada pihak lain yang tertarik untuk berkolaborasi terkait riset keramik. “Jika ada Bapak Ibu yang tertarik pada keramik, tidak terbatas pada keramik hias atau fotokatalis, bisa mengontak saya untuk pengembangan produk,” ujarnya. (adl, hrd)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110507/riset-fotokatalis-untuk-produk-keramik-hias-penjernih-udara