Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan RIKEN Jepang Gali Potensi Kolaborasi Riset Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kolaborasi riset global merupakan prioritas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam membangun kolaborasi tersebut, BRIN mengajak lembaga riset asing untuk menjalin kerja sama, salah satunya RIKEN Nishina Center for Accelarator-Based Science, Jepang.  Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi menyambut baik kedatangan RIKEN, karena penting bagi BRIN untuk mencari potensi kolaborasi.

“Pada pertemuan sebelumnya dengan RIKEN, Deputi Sumber Daya Manusia dan Manajemen Iptek (SDMI) BRIN telah mengenalkan strategi dari BRIN. Strategi pimpinan kami telah membuat kemungkinan kolaborasi riset dari BRIN dan RIKEN. Jadi pertemuan kali ini lebih untuk mengeksplorasi identifikasi topik riset,” ujarnya di Ruang Rapat Pleno, Gedung Manajemen, KST BJ Habibie, Senin (10/07).

Ratno menjelaskan bahwa untuk berdiskusi lebih jauh dengan RIKEN, BRIN mengundang para penanggung jawab topik riset. “Kami memiliki 17 topik dari 4 organisasi riset. Dari OR Nanoteknologi dan Material terkait topik artificial intelligence, magnetik fungsional, baterai performa tinggi, kombinasi teknik sinar X, ilmu material superkonduktivitas, dan magnet pintar,” jelasnya. 

Sementara dari OR Tenaga Nuklir memiliki topik riset dan pengembangan performa akselerator (cyclotron), studi penyebaran neutron nanopartikel silika untuk membran, teknologi detektor sinar nuklir untuk keperluan industri, dan pembiakan mutasi tanaman. 

Kemudian dari OR Kesehatan terkait pengembangan partikel mirip virus, deteksi dini penyakit. Untuk OR Hayati Lingkungan penggunaan iradiasi untuk evolusi gen, dan variasi kacang kedelai dengan radiasi. 

Pada pertemuan yang sama, Direktur RIKEN Nishina Center, Hiroyoshi Sakurai, menawarkan kolaborasi akselerator berbasis sains (RNC for Accelerator based Science). RNC bermula dari Dr Yoshio Nishina, pemenang nobel yang membuat laboratorium nasional dengan modal iptek. Beliau merupakan seorang eksperimentalis yang sangat ingin tahu, membuat akselerator, dan mengembangkan cyclotron. 

“RIKEN Nishina Center yang berumur lebih dari 80 tahun, terdiri dari 3 bagian, yakni sains, teknologi, dan inovasi. Mimpi kami adalah bagaimana membuat berbagai jenis isotop dengan akselerator yang bagus bagi masyarakat,” terang Sakurai.

Kemudian bagaimana membuat isotop baru secara artifisial, dengan teknik separasi isotop atau melalui teknik kimia. “Kami menggunakan sains dan teknologi untuk keperluan software dan hardware, infrastruktur, serta kepentingan sosial untuk keperluan medis, agrikultur, industri semikonduktor di Jepang,” katanya.

RNC memiliki fasilitas akselerator baru yang sukses membuat elemen baru. “Fasilitas ini unik, kami punya di Jerman, Amerika Serikat, Korea, dan China, dengan fasilitas similar yang sama, seperti alat spektro untuk analisis. Kami telah memiliki kolaborasi internasional yang besar, namun kami masih ingin meningkatkan kapasitasnya. Oleh karena itu kami menawarkan, untuk kita dapat membuat kolaborasi yang nyata,” pesannya. 

Dengan adanya antusiasme periset dan permintaan kolaborasi, Kepala ORNM berharap pertemuan ini bisa ditindaklanjuti realisasinya. “Kami setuju pertemuan kita ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dengan banyak topik yang bisa didiskusikan. Kita akan merencanakan workshop dengan pembicara kunci dari RIKEN dan dari sini untuk presentasi progres. Kita akan melihat kerja samanya di masa depan,” terang Ratno.

Senada dengan hal tersebut, RIKEN menyampaikan bahwa pertemuan ini hanya permulaan untuk mulai berkolaborasi. “Terima kasih untuk potensi kolaborasi riset, kami ingin mengundang kembali untuk diskusi, membagikan progres, dan berbagi impian,” pungkas Sakurai.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Direktur Administrasi RIKEN Nishina Center, Motohide Yokota dan RIKEN Nishina Center Jepang, Isao Watanabe. Sementara dari pihak BRIN yaitu Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Rohadi Awaludin, perwakilan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Ratih Asmana Ningrum, serta perwakilan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Mulyana. (adl, ed: aps)

Sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113279/brin-dan-riken-jepang-gali-potensi-kolaborasi-riset-global

Categories
Riset & Inovasi

Mahasiswa Farmasi Fort de Kock Pelajari Pembuatan Obat Tradisional Berstandar di BRIN

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung program yang ada di universitas, baik riset dasar maupun terapan. Untuk itu, dalam rangka mengembangkan potensi mahasiswa di bidang kesehatan dan obat, Program Studi Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Fort de Kock, Bukit Tinggi, Sumatera Barat, melakukan kunjungan industri ke Kawasan Sains Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong, pada Senin (10/7).

Fajrian Aulia Putra, perwakilan dari universitas Fort de Kock, menyampaikan inisiatif dari kampusnya mengunjungi fasilitas BRIN.“Kami sudah lama berinisiasi untuk melakukan kunjungan ini, dalam rangka membuka wawasan dari mahasiswa, untuk dapat mengembangan potensi di bidang obat-obatan. Tentunya tidak hanya obat-obatan kita juga memerlukan pengembangan teknologi, sehingga mahasasiwa dapat mengetahui perkembangan teknologi di bidang obat-obatan,” ujarnya.

Diharapkan, lanjutnya, akan ada tindak lanjut untuk melakukan kerja sama dengan BRIN. “Agar riset-riset yang ada di Universitas Fort de Kock dapat dikembangkan lebih bagus lagi, dengan adanya kerja sama.  Di universitas masih terkendala dalam keterbatasan teknologi di bidang obat-obatan,” ungkap Fajrian.

Dalam kunjungan ini, sebanyak 80 mahasiswa dan 4 dosen mengikuti kegiatan ini. Sebelum melakukan kunjungan ke laboratorium, mahasiswa menerima penjelasan dari periset Organisasi Riset Kesehatan BRIN. 

Mewakili Organisasi Riset Kesehatan, Chaidir dari Pusat Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, menyampaikan bahwa infrastruktur riset BRIN terbuka bagi masyarakat, termasuk mahasiswa yang ingin melakukan praktik kerja lapang (PKL), tugas akhir (TA), atau program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). “Fasilitas BRIN dibangun untuk digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia, terutama yang bergerak di bidang pendidikan dan penelitian,” terangnya.

“Aset-aset ini semua terbuka, dapat digunakan untuk para mahasiswa, supaya mempunyai pengalaman. Sehingga dapat menggunakan peralatan-peralatan yang lebih canggih seperti alat analitik, biologi molekuler, agar bisa lebih jauh untuk malakukan pengembangan penelitian,” jelas Chaidir.

Dalam kesempatan yang sama, periset Tarwadi memberikan penjelasan tentang Pusat Riset Vaksin dan Obat, serta Wuryantari menyampaikan materi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman.

Selama kunjungan, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengunjungi fasilitas yang canggih dan teknologi mutakhir, yang ada di laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) BRIN. Mahasiswa juga berpartisipasi dalam sesi diskusi yang interaktif dengan para periset, yang terkait dengan program studi mereka. (esw,jp,hrd/ed: adl)

Sumber artikel di web BRIN :

https://ppid.brin.go.id/posts/mahasiswa-farmasi-fort-de-kock-pelajari-pembuatan-obat-tradisional-berstandar-di-brin