PNSD, Inovasi Peredam Gempa untuk Ketahanan Struktur Bangunan

Jakarta – Humas BRIN. Sebagai negara yang berada di wilayah cincin api dunia, Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi. Menyadari pentingnya inovasi teknologi untuk meningkatkan ketahanan struktur bangunan, tim periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan Pseudo-Negative Stiffness Damper (PNSD), sebuah inovasi peredam gaya gempa yang mampu menyerap energi lebih besar tanpa menambah beban pada rangka bangunan.

Inovasi ini ditampilkan dalam Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo 2025), di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, pada 28–30 Oktober 2025.

Periset Pusat Riset Teknologi Kekuatan Struktur BRIN, Leonardus Setia Budi Wibowo, menjelaskan PNSD merupakan hasil kolaborasi antara BRIN, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan PT Andalan Fluid System.

“Peredam ini berbeda dari peredam konvensional. Kalau peredam biasa hanya memiliki kekakuan nol, PNSD justru memiliki kekakuan negatif semu (pseudo-negative stiffness) sehingga mampu meredam energi gempa lebih besar tanpa meningkatkan gaya pada struktur bangunan,” jelas Leonardus.

Peredam ini bekerja dengan prinsip fluida dinamis. Di dalamnya terdapat kerucut khusus yang mengatur aliran fluida melalui orifice, menciptakan gaya peredam yang efisien. Dengan konsep ini, energi getaran dari gempa dapat diserap lebih maksimal, sementara struktur bangunan tetap stabil.

Leonardus menuturkan riset ini berawal dari gagasan Mulyo Harris Pradono, yang merupakan hasil pengembangan dari disertasi beliau saat menempuh studi di Jepang pada 2003. Gagasan tersebut kini diwujudkan menjadi prototipe berkat kolaborasi tim riset lintas institusi yang melibatkan Prof. Iman Satyarno dari UGM, serta para periset BRIN lainnya seperti Sudarmadi, Hendro Ahmad Fauzi, Andhika Putra, dan Hanif Muzhaffar Rafi.

“Prototipe baru bisa kami wujudkan setelah proses panjang, termasuk pengujian di Laboratorium Kekuatan Struktur BRIN. Kami ingin memastikan performa alat ini mampu bekerja pada kondisi beban dinamis seperti yang terjadi saat gempa,” tambah Leonardus.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa satu unit PNSD mampu menghasilkan separuh kurva histeresis berkekakuan negatif semu, sementara dua unit yang dipasangkan menghasilkan kurva penuh, yang menandakan kapasitas optimal dalam menyerap energi getaran.

Teknologi PNSD ini telah didaftarkan patennya pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) dengan nomor P00202308237, dan dikembangkan melalui pendanaan Riset Inovatif Produktif (RISPRO RIIM-4) dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan judul “Pengembangan dan Inovasi Pseudo-Negative Stiffness Damper sebagai Peredam Getaran Gempa pada Struktur Bangunan.”

Riset ini telah berlangsung sejak 2023 dan kini memasuki tahun kedua pelaksanaannya. Ke depan, tim berencana melakukan pengujian pada struktur skala penuh untuk menilai efektivitas peredam terhadap simulasi bangunan sebenarnya.

Leonardus menambahkan inovasi ini tidak hanya ditujukan untuk bangunan baru, tetapi juga bisa diterapkan pada bangunan eksisting yang memerlukan peningkatan ketahanan gempa.

“Perangkat ini bisa dipasang sebagai tambahan pada bangunan yang sudah ada. Jadi tidak perlu membangun ulang, cukup memperkuat struktur yang ada agar lebih tahan terhadap gempa,” ujarnya.

Melalui inovasi ini, BRIN menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pengembangan teknologi ketahanan infrastruktur nasional. PNSD menjadi bukti nyata bagaimana hasil riset kolaboratif dapat memberikan solusi aplikatif bagi keselamatan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan di wilayah rawan gempa.

“Kami berharap teknologi ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh dunia konstruksi dan menjadi bagian dari standar desain bangunan tahan gempa di Indonesia,” tutup Leonardus. (adl/ed:aj, tnt)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/125420/pnsd-inovasi-peredam-gempa-untuk-ketahanan-struktur-bangunan