Categories
Riset & Inovasi

BRIN-LDE Academy, Kolaborasi Indonesia dan Belanda Tingkatkan Kapasitas Riset Perkotaan Pasca Pandemi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Usai pandemi melandai, masyarakat urban menghadapi tantangan untuk segera bangkit membantu memulihkan roda perekonomian. Penyesuaian protokol kesehatan menjadi penting dalam mendukung beragam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini untuk mencegah timbulnya gelombang kasus virus varian baru.

Melihat potret kondisi perkotaan di Indonesia saat ini yang dinamis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan tiga universitas aliansi LDE (Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University) dari Belanda, menyelenggarakan kegiatan bersama  membahas proyek untuk memberikan solusi kota cerdas, berkelanjutan, dan sehat. Acara tersebut merupakan rangkaian hari terakhir BRIN-LDE Academy on “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”, di Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie pada Jumat (4/11).

“BRIN dan LDE memiliki hubungan kolaborasi, ada kerja sama dan saat ini bertemu untuk melakukan kegiatan bersama, dengan kegiatan ini ada harapan kongkrit dalam waktu dekat akan melanjutkan proyek proposal penelitian riset tahun 2023,” terang Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani.

“Kita harapkan dari 100 orang peserta yang berasal dari Belanda, kampus-kampus, dan dari BRIN melakukan kolaborasi untuk menghasilkan sekitar 10 proposal untuk penelitian yang akan dilakukan bersama tahun 2023 dengan sharing funding antara beberapa tempat,” ungkap Ahmad Najib.

“Selain proposal, kita juga menyelesaikan added value untuk buku yang nanti akan diterbitkan oleh Leiden University Press. Kemarin kita juga membahas tentang harapan-harapan kongkrit tentang kerja sama karena ini persoalan nyata tentang kota, yaitu health, smart, sustainable city,” imbuhnya.

Menurut Najib, pemerintah kota Tangerang Selatan pun berharap ada dampak dari acara ini, yakni masukan terkait pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kota Tangerang Selatan. “IPSH – BRIN sendiri memiliki dua wilayah yang menjadi penelitian dan melaksanakan secara khusus mengkaji tentang Ibu Kota Negara (IKN) terutama Tangerang Selatan. Nanti ini diantara kajian-kajian dari teman-teman yang terkait dengan kesehatan, arsitektur, pembangunan kota, tata kota, pengolahan sampah, air, dan sebagainya itu bisa memberikan manfaat dan bisa diimplementasikan di kota itu,” tuturnya.

Selain itu BRIN-LDE Academy 2022 juga sudah melihat beberapa model percontohan dan kerja-kerja yang dilakukan pemerintah kota Tangerang Selatan. “Kita akan melakukan kajian bagaimana melakukan pengembangan perbaikan maupun kegiatan yang terkait, denga apa yang sudah dilakukan di kota Tangerang Selatan,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Najib, selain hal-hal yang bersifat akademik yang dihasilkan, dari acara ini akan memberikan manfaat langsung pada kota dan masyarakat Indonesia yang terlibat, dengan mengusung tema acara “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”.

Peran LDE dalam Kerja Sama Riset dengan BRIN

Sementara Marrik Ballen, Kepala KITLV Jakarta dan Kepala dari Perwakilan Leiden University di Indonesia, mengatakan bahwa acara ini merupakan hasil dari pertemuan waktu delegasi BRIN datang ke Leiden University bulan Juni 2022 yang lalu, yang sebelumnya sudah melaksanakan kegiatan bersama.

“Sewaktu kunjungan BRIN ke Leiden sudah disepakati membuat suatu kegiatan bersama yang menyangkut beberapa universitas di Belanda yakni Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University,” jelasnya.

Sebagai informasi, di tahun 2022 ini, ketiga universitas sudah bekerja bersama selama sepuluh tahun. Ketiga universitas tersebut memiliki keunggulan sendiri, seperti Erasmus University  sangat terkenal di bidang bisnis dan ekonomi, tetapi mereka juga memiliki dua institut yaitu Institute of Health Policy and Management dan International Institute of Social Studies. Kemudian Delft University of Technology mempunyai keunggulan di bidang teknologi. Lalu Leiden University merupakan universitas lebih komprehensif, karena ada beberapa fakultas antara lain ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu hukum, dan kedokteran.

“Jadi ketiga universitas ini menjadi satu aliansi maka saling memperkuat untuk kerja sama,” tegasnya.

Marrik menginformasikan, Najib merupakan lulusan dari Leiden University, jadi pada awalnya sudah bertemu dengan Najib dibicarakan alangkah bagusnya di bawah payung BRIN-Leiden bisa mengadakan suatu kegiatan yang akan terbuka untuk peneliti dari BRIN, peneliti dari LDE Academy, dan juga peneliti dari universitas di Indonesia.

Bagi Marrik, acara BRIN-LDE Academy yang dilaksanakan selama lima hari dari 31 Oktober 2022 hingga 4 November 2022, berjalan sangat intensif dengan program cukup padat. “Acara ini bertujuan bahwa di dalam kegiatan ini akan ada proposal untuk kerja sama riset,” sebutnya.

Dipaparkan olehnya, selama lima hari pelaksanaan ada beberapa fokus kegiatan, pertama yaitu proposal writing usulan riset ke pihak BRIN, agar bisa didanai oleh rumah program OR-IPSH.

Kedua adalah untuk membantu para peneliti yang masih muda yang berkeinginan mengambil program doktoral, bagaimana tahapannya, termasuk dalam proposalnya. “Diharapkan ada proposal untuk penelitian agar bisa diaplikasikan untuk negara, dan mereka juga ada proposal menulis artikel yang bisa diterbitkan di publikasi internasional,” kata Marrik.

Ketiga, mereka saling kenal karena ada beberapa orang dari Leiden University, Delft University of Technology, Erasmus University, BRIN, dan beberapa universitas di Indonesia, baik dari peneliti muda maupun yang sudah mapan. “Interaksi itu sangat penting dan mereka kemudian berkumpul berdiskusi itulah yang paling mendasar untuk saling kerja sama ke depan,” ucap Marrik.

Dirinya berharap jejaring para peserta bisa diteruskan, walau pun acara ini sudah selesai. “Saling kenal, melihat potensi satu dari yang lain, sehingga alangkah baiknya bisa melanjutkan di program Ph.D. di Leiden University, Delft University of Technology, atau Erasmus University,” pesannya.

Walaupun BRIN-LDE Academy baru pertama kali dan BRIN pun baru setahun lebih berdiri, diharapkan kegiatan seperti ini ada hasil yang kongkrit apakah bisa diulang lagi tahun depan, dan seterusnya. “Kita berharap BRIN-LDE Academy sebagai langkah inkubator untuk kerja sama,” pungkas Marrik. (hrd/ed: adl,set)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Riset Fotokatalis untuk Produk Keramik Hias Penjernih Udara

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Keramik merupakan produk yang terbuat dari tanah liat melalui proses pembentukan dan pembakaran. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor keramik ke berbagai negara di dunia. Keramik menjadi salah satu prioritas nasional untuk terus dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan pasar domestik dan luar negeri.

Adanya pandemi covid-19, pelaku ekonomi sektor usaha kecil, dan menengah (UKM) turut terimbas. Sejumlah UKM yang jumlahnya sangat besar di Indonesia mengalami penurunan omset. Oleh karena itu, di saat virus covid ini mulai mereda, UMKM diharapkan mampu bangkit untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri.

Sejalan dengan isu tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), mengangkat tema produk UMKM keramik hias. Tema tersebut diulas pada webinar ORNAMAT seri tiga belas, pada Selasa (4/10). Narasumbernya yakni Putu Angga Kristyawan dari Kelompok Riset Keramik Fungsional Kreatif (KRKFK) – Pusat Riset Material Maju.

Kepala ORNM, Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa terkait produk UMKM, keramik hias Indonesia merupakan salah satu produk ekspor yang masih diminati. “Walaupun kemarin, pada saat terjadi pandemik Covid-19 ada hantaman. Saat ini usaha mikro kecil menengah (UMKM) keramik khususnya di Bali sudah mulai bangkit lagi,” terang Ratno.

“Untuk mendukung kebangkitan ekonomi ini, maka perlu dilakukan diversifikasi produk keramik salah satunya dengan mengaplikasikan fotokatalis pada produk keramik,” imbuhnya.

Kepala ORNM berharap dua materi ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas kepada para audiens. “Semoga bapak-ibu bisa mengeksplorasi peluang-peluang diskusi yang lebih mendalam dan peluang kolaborasi antara periset, praktisi, akademisi, dan industri,” harapnya.

Dalam kesempatan tersebut, I Putu Angga Kristyawan menjelaskan penelitiannya yang berjudul ‘Pemanfaatan Fotokatalis pada Produk Keramik Hias Kreatif’. “Keramik hias merupakan suatu keramik yang dapat dijadikan pajangan atau pemberikan kesan indah di suatu ruangan,” ungkapnya.

Menurut Angga, sebelum bergabung ke BRIN, tempat risetnya telah lama mengembangkan produk-produk keramik di Bali. “Produk yang dihasilkan antara lain pajangan dan barong untuk suvenir kenegaraan yang memiliki keunikan dari daerah Bali. Selain itu ada produk-produk di masyarakat yang siap untuk dikembangkan,” tuturnya.

Dijelaskan olehnya bahwa peran kelompok risetnya adalah untuk pengembangan bahan, desain, dan proses pembuatan keramik. “Tujuannya adalah untuk membantu UKM yang ada di Indonesia, termasuk UKM keramik di Bali,” jelas Angga.

Pada saat covid-19, lanjutnya, tidak hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi. “Di tengah keterbatasan, kami melakukan kerja sama dengan UKM-UKM di Bali untuk beberapa produk. Seperti tableware (perlengkapan makan) sudah bisa diekspor ke negara Eropa seperti Italia dan Prancis serta Italia,” ucapnya.

Berdasarkan keperluan kerja saat ini yang sebagian masih dilakukan di rumah atau work from home (WFH), Angga beserta tim risetnya berupaya mengembangkan produk yang sesuai untuk kesehatan.

“Penyakit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau polutan yang berada di sekitar kita, ada dalam udara yang kita hirup sehari-hari, karena ukurannya yang sangat kecil,” paparnya.

“Oleh karena itu, kami mengembangkan produk untuk menjernihkan udara di dalam ruangan. Dari yang kami pelajari, teknologi yang dapat digunakan untuk keramik adalah fotokatalis,” lanjutnya.

Angga dan kelompok risetnya melakukan pemanfaatan keramik pada alat penjernih udara, dengan optimalisasi desain dan material untuk laju degradasi fotokatalisis polutan udara yang tercepat. Sumber cahaya fotokatalis yang digunakan adalah sinar UV dan sinar matahari.

“Formulasi fotokatalis dengan komposisi TiO2, karbon aktif, dan TEOS (tetraethyl orthosilicate), kemudian dimasukkan ke dalam suatu produk keramik hias yang berfungsi sebagai reaktor fotokatalisis,” lanjut Angga.

Hasil yang diperoleh, polutan dapat diturunkan hingga lebih dari 90% menggunakan produk keramik hias ini. “Ke depannya, diharapkan produk ini dapat dikembangkan, baik dari segi material fotokatalis yang digunakan maupun desain produk. Sehingga dapat diperoleh produk yang optimum dari segi teknis dan ekonominya,” ucapnya.

Angga berharap akan ada pihak lain yang tertarik untuk berkolaborasi terkait riset keramik. “Jika ada Bapak Ibu yang tertarik pada keramik, tidak terbatas pada keramik hias atau fotokatalis, bisa mengontak saya untuk pengembangan produk,” ujarnya. (adl, hrd)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110507/riset-fotokatalis-untuk-produk-keramik-hias-penjernih-udara

Categories
Riset & Inovasi

RT LAMP, Kolaborasi Riset BRIN dan Industri

SIARAN PERS
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NO:  010/SP/HM/BKPUK/I/2022

Metode Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification (RT LAMP) merupakan salah satu hasil riset peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19. Metode tersebut diharapkan menambah kemampuan deteksi sehingga Covid-19 dapat diketahui lebih cepat dan membantu pengendalian penyebarannya. Hasil riset ini selain memberikan akumulasi kemampuan riset bagi Tim Perisetnya, juga menambah jumlah alat kesehatan yang dikembangkan periset Indonesia.

Jakarta, 21 Januari 2022. Riset pengembangan RT-LAMP telah dimulai sejak saat awal pandemi. BRIN mendukung sejak awal sampai mendapatkan ijin edar reguler saat ini. Kerja keras periset dan mitra industri yang dengan penuh dedikasi melakukan riset ini patut diapresiasi.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, pengalaman ini tidak hanya penting untuk pandemi sekarang, tetapi juga menjadi bekal untuk mengembangkan beragam alat deteksi lain di masa mendatang. “Termasuk nanti melengkapinya dengan metode pengambilan sampel melalui saliva (air liur), sehingga tidak harus dengan swab melalui hidung yang kurang nyaman,” ujarnya.

Kepala BRIN berkomitmen akan terus memfasilitasi para periset agar dapat mengembangkan berbagai inovasi, dan memenuhi standar regulasi yang berlaku.

Plt. Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Mego Pinandito menegaskan, dengan diperolehnya Sertifikat Izin Edar Reguler yg berlaku lima tahun, menunjukkan capaian luar biasa. “Ini bukan Izin  Edar Darurat. Izin edar regular ini meningkatkan kepercayaan diri atas kemampuan periset. Tentunya juga atas dukungan dari berbagai pihak dan institusi terkait,” ungkapnya.

Mego berharap, setelah adanyanya lisensi dari BRIN dan diperolehnya ijin edar ini, diharapkan PT. Biosains Medika Indonesia dapat segera memproduksi dan memasarkan produk tersebut. Diharapkan juga, nantinya, dengan didaftarkan ke Katalog elektronik LKPP, akan mendukung pemasaran produk ini, khususnya pengadaan oleh instansi pemerintah.

Direktur PT Biosains Medika Indonesia, Rifan Ahmad, mengatakan, saat ini aplikasi pemeriksaan untuk Covid 19 yang banyak diketahui dan dipahami masyarakat berupa rapid tes antigen, rapid test antibodi dan real time PCR. “Aplikasi RT LAMP dianggap sebagai metode pemeriksaan yang relatif baru, baik untuk proses screening maupun untuk membantu penegakan diagnosa,” ujar Rifan.

Rifan menjelaskan, berdasarkan KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/4642/2021, Jenis metode NAAT yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan COVID-19 meliputi, Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) sebagai standar utama konfirmasi diagnosis COVID-19 dan Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP).

Kerja Sama Riset

PT Biosains Medika Indonesia, kata Rifan, merupakan perusahaan distributor PMDN yang mempunyai visi untuk memajukan sektor riset dan pengembangan industri di dalam negeri. “Salah satu yang dikerjakan oleh PT Biosains Medika Indonesia saat ini adalah akan memproduksi dan memasarkan produk QiLamp hasil kerjasama penelitian dan pengembangan dengan BRIN,” tuturnya. “Pengembangan QiLamp, sebagai produk yang menggunakan metode RT LAMP, tidak terbatas pada Covid. QiLamp memungkinkan digunakan untuk diagnosis penyakit lainnya,” tambah Rifan.

Kerja sama riset dengan BRIN, tutur Rifan, diinisiasi sejak pertengahan 2020, tak lama setelah pandemi COVID mulai berkembang di Indonesia.  BRIN berperan sebagai bagian penelitian, pengembangan, dan alih teknologi. “Pihak PT Biosains Medika Indonesia berperan sebagai pihak yang melakukan penelitian dan pengembangan, pendaftaran izin edar, merek produk, dan produksi dan komersialisasi kit tersebut. Pola kerjasamanya bersifat kemitraan dan kepemilikan kekayaan intelektual (KI) bersama menghasilkan berupa Paten No: P00202110864 dan alih teknologi melalui lisensi secara ekslusif,” papar Rifan.

Berdasarkan hasil uji sensitivitas dan spesifitas, kit QiLamp memperoleh hasil uji 100% untuk kedua hal tersebut, dibandingkan dengan metode gold standard saat ini, yaitu Realtime PCR. “Teknologi RT-LAMP secara teori menggunakan komponen sama dengan real time PCR, salah satunya menggunakan primer untuk mendeteksi kesamaan DNA, sehingga karakteristik hasilnya serupa dengan real time PCR, namun dengan metode yang lebih mudah dan ekonomis,” pungkas Rifan.

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/98575/rt-lamp-kolaborasi-riset-brin-dan-industri

Categories
Riset & Inovasi

BRIN Klaim RT-LAMP Bisa Deteksi Varian Omicron

Jakarta – Humas BRIN, Angka kasus positif harian Covid-19 di Indonesia cenderung meningkat akhir-akhir ini. Peningkatan ini tak lepas dari adanya varian Omicron yang merebak di Indonesia, khususnya Jakarta. Tracing dan testing perlu dilakukan agar kasus positif Covid-19 dapat ditekan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN RI) telah mengembangkan metode untuk mendeteksi Covid-19, yang disebut dengan RT-LAMP (Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification). Peneliti dari Pusat Riset Kimia – Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR – IPT) BRIN, Tjandrawati Mozef, mengatakan, RT-LAMP mampu mendeteksi virus Covid-19, termasuk varian Delta dan Omicron.

“Sampel Omicron baru muncul di Indonesia pertengahan Desember tahun lalu, pertama kali data Whole Genome Sequence (WGS)-nya muncul . Hasil penelitian kami, sampel Omicron masih terdeteksi oleh Kit-RT-LAMP,” jelas Tjandrawati, pada Sapa Media, secara daring, Senin (17/01).

RT-LAMP telah mengantongi izin edar Kementerian Kesehatan RI yang berlaku hingga 5 tahun kedepan. Produk ini termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik.

RT-LAMP merupakan detektor Covid-19 tanpa alat PCR. Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP berlangsung kurang dari 1 jam sehingga diagnosa hasil Covid-19 bisa diperoleh lebih cepat, dengan hasil seakurat RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction).

“Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target, reaksi RT-LAMP berlangsung secara isothermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR,” tambahnya.

Produk inovasi RT-LAMP ini menggunakan sampel ekstrak RNA hasil swab hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik. 

Menurut Tjandrawati, ia dan timnya mengembangkan RT-LAMP tidak untuk menggantikan metode deteksi apapun, karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Produk ini diharapkan tidak hanya sampai di perkotaan, kami berharap bisa menjangkau wilayah yang sulit dijangkau oleh peralatan-peralatan besar seperti PCR,” katanya.

Menurutnya, dalam penegakan diagnsosis, semakin lengkap metodenya maka akan semakin baik. Metode RT-LAMP tidak bisa dibandingkan dengan metode swab antigen atau antibodi karena berbeda teknologi.

“Kalau metode swab antigen atau antibodi kan teknologinya beda, basisnya imunologi. Kalau RT-LAMP berbasis molekuler, jadi RT-LAMP itu padanannya RT-PCR dan TCM,” katanya.

Tahap selanjutnya setelah memperoleh izin edar, lanjut Tjandrawati, adalah tahap komersialisasi ke industri – PT Biosains Medika Indonesia, dengan merek dagang Qi-LAMP-O.

Sebagai periset, ia berharap perlunya untuk tetap melakukan pengujian klinis untuk memperoleh data lebih banyak lagi yang bisa memperkuat penelitian ini. Selain itu, pengalaman mengembangkan produk deteksi Covid-19 menjadi ‘modal’ untuk bisa meningkatkan kemampuan mitigasi dalam mengendalikan virus, dengan pengembangan produk deteksi yang lebih baik lagi.

“Karena penyebaran virus ini tidak bisa 100 persen hilang, meskipun kita berharap ini hilang. Tapi seperti sebuah sifat dari mikroorganisme patogen, setiap makhluk hidup punya kemampuan untuk bertahan, kemampuan untuk mutasi, selama memungkinkan, akan tetap ada,” tuturnya.

Plt. Kepala Pusat Riset Kimia BRIN, Yeny Meliana, mengatakan, di beberapa negara, metode RT-LAMP sudah diakui sebagai salah satu metode yang setara dengan RT-PCR untuk mendeteksi Covid-19.

“Dengan adanya hasil riset ini, kita sudah menguasai kunci teknologinya, sehingga kedepannya kita lebih siap jika ada tantangan-tantangan baru, dan kita lebih siap dengan hasil dan produk-produk inovasi baru yang berkenaan dengan teknologi deteksi, tidak hanya Covid-19. Walaupun kita sama-sama berharap tidak ada lagi pandemi serupa Covid-19,” harapnya (tnt).

Sumber : https://www.brin.go.id/news/98248/brin-klaim-rt-lamp-bisa-deteksi-varian-omicron

Categories
Riset & Inovasi

BRIN: Tes COVID RT-LAMP Lebih Murah dari PCR, Hasil Kurang 1 Jam

Kepala Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yenny Meliana berbicara dalam Sapa Media BRIN dalam jaringan di Jakarta, Senin (17/1/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

tirto.id – BRIN menilai hasil tes COVID-19 dengan metode RT-LAMP lebih murah dibanding RT-PCR dan hasil keluar kurang dari satu jam. tirto.id – Kepala Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yenny Meliana mengatakan tes COVID-19 dengan menggunakan metode RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) kemungkinan lebih murah dibanding RT-PCR (reservese transcription polymerase chain reaction).

“Kalau dibanding tes usap antigen, ini (RT-LAMP) perkiraan di atasnya. Kalau dibandingkan dengan RT-PCR, RT-LAMP bisa lebih murah,” kata Yenny dalam Sapa Media BRIN dalam jaringan di Jakarta, Senin (17/1/2022).

Harga diperkirakan bisa lebih murah, karena RT-LAMP tidak menggunakan alat PCR yang mahal, dan harga kit RT-LAMP lebih murah.

Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP berlangsung kurang dari satu jam, sehingga diagnosa hasil COVID-19 bisa diperoleh lebih cepat, dengan hasil seakurat RT-PCR.

Metode PCR menjadi gold standard untuk mendeteksi COVID-19 dan paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama dan biayanya relatif mahal.

Untuk itu, RT-LAMP yang dibuat tim peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN hadir untuk melengkapi kebutuhan metode deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Tanah Air.

RT-LAMP telah mempunyai Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O yang berlaku sampai Januari 2027.

“Kita berharap dengan adanya izin edar ini, Indonesia punya alternatif baru untuk deteksi COVID-19 selain RT-PCR,” ujar Yenny.

RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.

Yenny mengatakan pihaknya telah menguasai teknologi kunci RT-LAMP yang bermanfaat untuk tes molekuler, sehingga ke depan akan lebih siap dengan inovasi baru jika ada tantangan baru selain pandemi COVID-19.

Peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN Tjandrawati Mozef mengatakan RT-LAMP bisa mendeteksi COVID-19 yang disebabkan oleh varian Omicron, juga dapat mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 pada sampel sampai nilai cycle threshold (Ct) 36 di PCR. Nilai Ct tinggi menggambarkan kadar virus rendah.

Diharapkan, RT-LAMP yang dikembangkan Tjandrawati bersama tim dapat menjadi metode alternatif untuk pengujian molekuler terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sehingga bisa segera diaplikasikan di tengah masyarakat.

Tjandrawati menuturkan jika suatu daerah tidak memungkinkan melakukan tes PCR karena ketiadaan alat PCR, maka RT-LAMP dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan tes COVID-19 di daerah tersebut sehingga masyarakat bisa lebih mudah menjangkau tes COVID-19.

“Ini (RT-LAMP) tidak memerlukan alat PCR, jadi dia (RT-LAMP) relatif lebih bisa mendeteksi, reaksi lebih cepat dan lebih sederhana karena sistem isotermal,” ujarnya.

Dengan demikian, RT-LAMP dapat melengkapi kebutuhan metode untuk mendeteksi COVID-19 di Tanah Air, di samping metode lain berbasis molekuler seperti RT-PCR.

Sumber: Antara Editor: Maya Saputri

Sumber : https://tirto.id/brin-tes-covid-rt-lamp-lebih-murah-dari-pcr-hasil-kurang-1-jam-gnNh?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Terkait

Categories
Riset & Inovasi

Periset BRIN Bisa Terima Royalti Hingga Ratusan Juta dalam Setahun

Jakarta – Humas BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN RI) melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) mengemban amanah untuk melaksanakan  proram penelitian dan pengembangan (litbang), yang tertuang dalam 4 Rumah Program (RP), salah satunya RP alat dan deteksi kesehatan.

Kepala OR IPT BRIN, Agus Haryono mengatakan, dari RP alat dan deteksi kesehatan, banyak industri yang membeli lisensi produk riset BRIN. Dari lisensi tersebut, periset BRIN bahkan bisa menerima royalti hingga ratusan juta rupiah.

“Banyak industri yang membeli lisensi produk kita, dan pendapatan royalti atas lisensi ini ke negara di tahun 2021 kemarin mencapai 2,75 miliar. Para periset, berdasarkan peraturan Kementerian Keuangan berhak mendapatkan royalti dari lisensi yang didapat negara dari hasil penelitian tersebut.  Bahkan, tim kami ada yang mendapatkan imbal hasil sampai 400 juta dalam 1 tahun,” ungkap Agus, pada Sapa Media, secara daring, Senin (17/01).

RP, jelas Agus, merupakan model pelaksanaan kegiatan litbang yang dilaksanakan di BRIN, yang mana RP ini dapat dikerjakan oleh semua periset BRIN dengan mengusulkan proposal untuk bersama-sama melakukan kegiatan penelitan.

Ia mengatakan, pada awal tahun 2020, saat pandemi Covid-19 merebak, kebijakan riset difokuskan pada penanganan Covid-19. Kemudian di tahun 2021 berlanjut menjadi satu kegiatan besar alat dan deteksi kesehatan, dan berlanjut hingga saat ini.

Hasilnya, lanjut Agus, banyak industri yang membeli lisensi produk BRIN yang berimbas pada pendapatan negara, serta royalti hingga ratusan juta yang diperoleh peneliti.

Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa menjadi periset tidak perlu takut miskin jika bisa menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Ini merupakan bukti bahwa periset tidak perlu takut miskin karena dia bisa melakukan kegiatan penelitian yang menghasilkan suatu produk yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dibeli lisensinya oleh industri, dan setiap produk yang dijual ada royaltinya yang masuk ke kas negara melalui PNBP,” tambahnya. 

Teranyar, tim peneliti BRIN berhasil mengembangkan RT-LAMP, metode alternatif pengujian virus Covid-19 tanpa alat PCR, termasuk varian Omicron.

Ia mengatakan, BRIN sejak awal telah menggandeng pihak industri dalam mengembangkan produk ini. Ia berharap, pengembangan produk RT-LAMP dapat terus dilanjutkan dengan deteksi lebih canggih dan lebih nyaman digunakan masyarakat.

“Kalau sekarang RT-LAMP masih ambil sampel melalui swab hidung, masyarakat mungkin masih belum nyaman. Nanti kami akan membuat varian produk lain yang lebih nyaman, tapi kualitasnya tetap setara dengan RT-PCR,dan ini merupakan tantangan terhadap kebutuhan di masyarakat  yang memang menantikan produk-produk seperti ini,” pungkasnya (tnt).

Sumber : https://brin.go.id/news/98244/periset-brin-bisa-terima-royalti-hingga-ratusan-juta-dalam-setahun

Categories
Riset & Inovasi

Telah Terbit: Izin Edar RT-LAMP, Detektor Varian Covid-19 Hasil Riset BRIN

SIARAN PERS

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

NO:  007/SP/HM/BKPUK/I/2022

Metode RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) merupakan inovasi dari Pusat Riset Kimia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). RT-LAMP merupakan metode alternatif pengujian virus Covid-19 yang banyak menggunakan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai metode standard. RT-LAMP merupakan detektor Covid-19 tanpa alat PCR. Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP berlangsung kurang dari 1 jam sehingga diagnosa hasil Covid-19 bisa diperoleh lebih cepat, dengan hasil seakurat RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction).

Serpong, 12 Januari 2022. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik. Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target, reaksi RT-LAMP berlangsung secara isothermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.

Invensi RT-LAMP berupa paten terdaftar P00202110865 yang memilikidesain sistem menggunakan 2 gen target ORF dan gen N, 6 set primer, enzim reverse transcriptase, enzim polimerase; dengan sistem deteksi berbasis turbiditas.

Metode temuan periset BRIN tersebut dikembangkan sejak bulan Maret 2020 bersama mitra PT Biosains Medika Indonesia, yang saat itu akan melakukan komersialisasi produk. Kini RT-LAMP telah memiliki Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O ini berlaku sampai dengan Januari 2027.

Peneliti Kimia BRIN, Tjandrawati Mozef sangat bersyukur dengan telah terbitnya izin edar RT-LAMP dari Kemenkes. “Dengan diterbitkannya izin edar reguler untuk RT-LAMP hasil riset BRIN, maka kita memiliki alternatif baru untuk mendeteksi Covid-19. Apalagi di beberapa negara seperti Belanda dan Spanyol juga telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19,” ulasnya. “Keunggulan RT-LAMP dibandingkan dengan RT-PCR ini selain tidak memerlukan alat deteksi PCR yang mahal, harga kit-nya pun lebih murah,” tambahnya.

Tjandrawati menyampaikan bahwa pada awal pandemi Covid-19, dirinya beserta tim berinisiatif untuk mengembangkan sistem alternatif untuk melakukan skrining dan deteksi RNA virus SARS-Cov-2. “Pada saat itu, kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR. Sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan impor,” jelasnya.

“Hingga saat ini pandemi COVID-19 belum berakhir, varian-varian baru bermunculan, sehingga memotivasi kami dari BRIN untuk terus melakukan riset, berkontribusi dalam pengendalian pandemi, dan mendukung program Pemerintah 3T (tracingtesting dan treatment),” urainya. Untuk meningkatkan kemampuan testing, ia dan timnya mengusulkan inovasi baru, yaitu metode RT LAMP yang mampu mendeteksi secara spesifik material genetik dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Produk inovasi RT-LAMP ini menggunakan sampel ekstrak RNA hasil swab hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik. Selain itu, dikatakannya, RT-LAMP bisa juga menggunakan alat real-time turbidimeter hasil inovasi riset BRIN, tim peneliti dari Pusat Riset Fisika (Dr. Agus Sukarto Wismogroho) yang sudah didaftarkan patennya. “Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time,” ujarnya.

Dirinya berharap, RT-LAMP BRIN mampu bersaing dengan keunggulannya. “Keunggulan produk ini adalah tidak memerlukan alat thermocycler, cepat, dan akurat,” sebutnya. Ia mengungkapkan, produk inovasi BRIN ini dapat diaplikasikan di masyarakat dengan jangkauan lebih luas, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam hal peningkatan kapasitas testing secara nasional. Selain itu hasil deteksi Covid-19 dengan RT-LAMP diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dokumen persyaratan perjalanan,” paparnya.

RT-LAMP BRIN juga sedang dikembangkan untuk dapat menggunakan sampel saliva. Metode ini diklaim memiliki hasil yang sangat menjanjikan. Saat ini statusnya sedang diproses untuk pengajuan izin edar. “Secara in silico, RT-LAMP telah diuji spesifisitasnya terhadap varian-varian SARS-CoV-2, termasuk varian Delta dan Omicron, dengan hasil mampu mendeteksi varian-varian tersebut,” tutur peneliti Biokimia/Farmasi tersebut.

Di awal tahun 2022, kasus Covid-19 dengan varian Omicron terdeteksi di berbagai negara. Meskipun gejala Omicron tidak menunjukkan gejala seperti varian Covid sebelumnya, namun penyebarannya terdeteksi lebih cepat. Cara mendeteksi sesorang terinfeksi Covid-19 varian Omicron atau lainnya adalah dengan alat tes PCR (polymerase chain reaction) dan dianalisis lanjut di laboratorium. Metode PCR ini paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama dan biayanya relatif mahal.

Menurut Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) BRIN, Agus Haryono, dalam mengantisipasi penyebaran varian baru Covid 19 adalah dengan melakukan skrining dan pengujian, termasuk dengan metode RT-LAMP. “Skrining dan pengujian menjadi kunci penting dalam pencegahan penyebaran Covid-19, termasuk menghadapi varian Omicron,” pungkasnya.

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/98051/telah-terbit-uji-edar-rt-lamp-detektor-varian-covid-19-hasil-riset-brin