Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan PT Nano Herbaltama Internasional Siap Kembangkan Inovasi Solid Perfume

Jakarta-Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggulirkan inovasi pembuatan solid perfume atau parfum padat, dengan menggunakan teknologi nano. Untuk mengembangkan skala indutri, BRIN berkolaborasi dengan PT Nano Herbaltama Internasional dalam bentuk kerja sama lisensi inovasi parfum padat. Kerja sama lisensi ini ditandatangani oleh R. Hendrian selaku Plt. Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi  BRIN, dan Nurwendah Novan sebagai Direktur PT Nano Herbaltama Internasional. Penandatanganan disaksikan Lindawati Wardani selaku Asisten Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, dihadiri Direktur Alih dan Sistem Audit Teknologi BRIN Edi Hilmawan, Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN Yenny Meliana serta para inventor, di Gedung BJ Habibie Jakarta,  pada Kamis (1/12).

Linda menjelaskan, inovasi pembuatan parfum padat berbahan dasar minyak atsiri, lilin lebah dan lemak coklat, merupakan satu inovasi yang dihasilkan oleh Pusat Riset Kimia Maju Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN. ‘’Inovasi tersebut, menggunakan sistem emulsifikasi air dalam minyak (A/M), untuk membuat zat aktif minyak atsiri yang mudah meresap, dan nyaman digunakan pada kulit. Inovasi ini juga, menghasilkan produk parfum yang lebih praktis, tidak cepat habis, dan memiliki wangi yang lebih tahan lama dibandingkan dengan parfum cair,’’ imbuh Linda.

Parfum padat ini, tambahnya, menggunakan minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstrak kayu cendana, bunga melati, mawar, lemon, gaharu, cedarwood, chamomile, vanilla, dll. ‘’Sebagai basis padatan,  penggunaan lemak coklat dari pengolahan coklat bubuk, kaya akan kandungan vitamin A, C, dan E. Lemak coklat,  sudah umum digunakan dalam kosmetik sebagai pelembab. Pemanfaatan lemak coklat ini dinilai baru, dan belum ada di pasaran Indonesia. Diharapkan, apabila kerja sama sudah berjalan, sertifikasi halal dari MUI, dan izin edar produk dari BPOM sudah terbit, kami sangat mendorong agar produk ini dapat masuk di E-katalog,‘’ tegasnya.

Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN Yenny Meliana menerangkan, riset teknologi nano telah lama dikembangkan untuk bidang kesehatan, yaitu obat herbal dan kosmetik. ‘’Sudah lama BRIN berkolaborasi dengan PT Nano Herbaltama, dan sekarang merambah invensi pembuatan parfum padat. Diharapkan, pengembangan invensi ini memiliki nilai tambah ekonomi, dan dapat dikembangkan dalam kolaborasi riset,‘’ ucapnya.

Dia membeberkan, nanoteknologi merupakan ilmu material maju, yang mengubah partikel menjadi sangat kecil. ’’Kaitannya dengan produk parfum padat, adalah ukuran partikel yang akan memengaruhi efektivitas kinerja senyawa yang terkandung di dalamnya. Bahan baku herbal, diolah menjadi seukuran nano (10 pangkat minus sembilan), jauh lebih mudah terserap ke dalam tubuh. Efeknya lebih baik, dibandingkan tanpa teknologi nano,’’ jelasnya.   

Sementara itu Novan menggarisbawahi, bahwa PT Nano Herbaltama Internasional telah lama bekerja sama secara desk to desk dengan BRIN. ’’Kami harus terus berkembang, sekalipun perusahaan kami masih tergolong SDE (Small Dynamic Enterprise). PT Nano Herbaltama pun, memiliki misi dan visi menjalin konsep ABG (Akademic Bussines Government) yang lebih produktif, melalui kerja sama lisensi ini,‘’ tutup Novan. (iam/ed. ns)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110975/brin-dan-pt-nano-herbaltama-internasional-siap-kembangkan-inovasi-solid-perfume

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Profesor Riset BRIN Temukan Formulasi Kosmetik Berbasis Teknologi Nanoemulsi Berbahan Herbal

Jakarta – Humas BRIN. Pemanfaatan sumber daya herbal Indonesia menjadi potensi yang sangat penting dalam pembuatan kosmetik untuk memberikan keamanan dan kenyamanan yang tinggi bagi konsumen. Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yenny Meliana mengatakan saat ini penggunaan bahan baku berbasis bahan alam herbal Indonesia seperti pegagan, jahe, lidah buaya, alga, kulit buah manggis, minyak atsiri, dan lain-lain telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan produk kosmetik yang bermutu tinggi.

Di sisi lain, kata Yenny, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di pasaran. Hal ini yang mendasarinya untuk melakukan penelitian mengenai Peran Teknologi Nanoemulsi Untuk Pengembangan Mutu Kosmetik Dari Herbal Asli Indonesia. Yenny pun berhasil menemukan beberapa formulasi kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi seperti: anti-selulit dari ekstrak pegagan dan jahe, serta anti-aging dari ekstrak pegagan dan kulit manggis dan solid perfume.

Yenny menjelaskan teknologi nanoemulsi sangat memungkinkan untuk diaplikasikan pada bidang kosmetik. Aplikasi teknologi nanoemulsi ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi. Sifat-sifat dari formulasi nanoemulsi ini memiliki keunggulan yaitu kestabilan yang baik, pelepasan bahan aktif yang terkontrol dan juga tertarget. 

“Dalam pengembangan kosmetik membutuhkan sistem penghantaran kosmetik yang baik, salah satunya adalah nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan sistem yang sangat menjanjikan dalam peningkatan mutu kosmetik, karena dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif,” jelas Yenny dalam orasi pengukuhan profesor riset bidang teknik kimia di Auditorium BRIN Gedung BJ Habibie Jakarta, Jumat (25/11).

Menurutnya, peluang untuk menerapkan hasil penelitiannya terkait nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik di Indonesia sangat besar. Hal ini didukung meningkatnya kebutuhan terhadap kosmetik dan tren yang mulai bergeser ke arah nanoteknologi. Pengembangan teknologi nanoemulsi khususnya bahan herbal asli Indonesia memerlukan kerja sama semua pihak, khususnya kerja sama antar peneliti dan akademisi yang melibatkan mahasiswa serta dunia industri.

“Hasil temuan ini sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri dengan menggandeng perusahaan start-up di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi. Penggunaan teknologi nanoemulsi dapat meningkatkan efikasi dari produknya sehingga memberikan nilai tambah komersial terutama dengan mengedepankan penggunaan herbal asli Indonesia,” ungkap wanita yang meraih gelar S3 bidang Teknik Kimia di National Taiwan University Taipei tahun 2012 itu.

Yenny pun meyakini hasil temuan teknologi nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik ini sebagai temuan yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pemanfaaan berbagai bahan herbal Indonesia yang dibalut dengan teknologi nanoemulsi dapat menambah nilai ekonomi. Penemuan aplikasi nanoemulsi ini dapat menjadi pionir kosmetik dengan teknologi nano yang dapat menambah daya saing produk lokal.

Hasil invensi ini memanfaatkan bahan-bahan herbal Indonesia yaitu pegagan dan jahe sebagai anti selulit, kulit manggis sebagai anti aging, minyak atsiri sebagai solid perfume di mana ukuran droplet berkisar antara 50-200 nm yang dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam jaringan kulit sehingga meningkatkan efektifitas efikasinya.

Namun demikian, terdapat tantangan regulasi untuk mensertifikasi produk kosmetik berbasis nano yang perlu ditindaklanjuti dan dibedakan dengan produk material nano anorganik karena dari segi karakteristik dan kebutuhan kosmetik nano memiliki ciri khas tersendiri. Dengan adanya penyesuaian regulasi khusus kosmetik nano, diharapkan tren kosmetik berbasis nanoteknologi bisa berkembang dan mudah diterima oleh masyarakat.

Menurutnya, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di Indonesia. Padahal, lembaga-lembaga internasional seperti The World Health Organization (WHO), European Commission (EC) dan The Food and Drug Administration (FDA) mulai mengembangkan panduan terkait keamanan dan penggunaan produk industri berbasis nanomaterial. “Ke depan arah kebijakan untuk izin edar ditelaah lebih lanjut menyesuaikan karakter khususnya ukuran nanoemulsi kosmetik,” beber wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN tersebut.

Di sisi lain, Yenny berharap agar kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap sumber daya herbal asli Indonesia dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi serta menjamin pengelolaan potensi kekayaan herbal asli Indonesia dengan lintas sektor agar mempunyai daya saing sebagai sumber ekonomi masyarakat dan mendatangkan devisa negara serta mengantarkan Indonesia untuk menuju kemandirian dalam segala bidang. 

Yenny juga mengatakan perlu membangun sinergi di lintas sektor terkait, sinergi kebijakan nasional dan regulasi sehingga hasil eksplorasi penelitian dapat dihilirisasi atau dikomersialisasikan menjadi produk yang lebih berkualitas, bermutu dan memiliki efikasi yang lebih baik serta memiliki nilai jual tinggi. “Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti untuk bersinergi dengan industri dalam rangka akselerasi proses hilirisasi hasil litbang kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi,” pungkasnya. (jml)