Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kembangkan Riset Rubber Air Bag Guna Dukung Industri Maritim

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Produk karet di dunia terus meningkat, 28 % khusus produk Rubber Hose dan Beltin sebagai bahan Rubber Air Bag. Sebagai salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan riset pemanfaatan karet alam sebagai bahan Rubber Air Bag.

“Pengembangan riset dilakukan karena selama ini Rubber Air Bag masih sulit didapat industri dan 100% masih impor, serta kebutuhan per tahunnya mencapai 1.500 buah/tahun. Rubber Air Bag digunakan pada industri perkapalan untuk membantu  proses menaikkan  dan menurunkan kapal di galangan,” jelas Peneliti dari Kelompok Riset Karet Teknologi Tinggi, Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mahendra Anggaravidya pada webinar ORNAMAT, Selasa (23/08).

“BRIN berkolaborasi dengan industri, Kementerian Perindustrian dan Badan Standardisasi Nasional, mengembangkan riset Rubber Air Bag untuk perkembangan teknologi khususnya Tipe Galangan Inovatif. Selain itu, produk Rubber Air Bag ini sangat tepat dalam rangka mendukung program pemerintah guna membangun industri maritim,” kata Mahendra.

Lebih lanjut Mahendra menambahkan bahwa produk Rubber Air Bag diperlukan pengujian, sehingga akan terpenuhi standar. Dalam memenuhi standar tersebut harus dilakukan pengujian-pengujian, guna memperoleh formulasi yang tepat. Setelah mendapat formula yang tepat, secara paralel dilakukan hitungan matematis. 

“Formula dan desain tuntas akan dilakukan, bagaimana melilitkan material tersebut dan dibuatkan material untuk industri. Sedangkan untuk menyerahkan prototipe atau produk kepada industri harus sudah proven,” tuturnya. 

Pada awal tahun kegiatan, menurut Mahendra perlu dilakukan kajian hasil riset, kemudian pembuatan contoh produk dan uji lapangan, setelah itu penyusunan Rencana Standar Nasional Indonesia (RSNI). Tahun kedua pembuatan contoh produk skala industri, uji lapangan dan penyusunan RSNI Tahap 2. Tahun ketiga pendampingan industri dengan produksi massal, dilanjutkan penyusunan dan sosialisasi SNI, lalu diakhiri dengan pembuatan produk massal serta komersialisasi. 

Sebagai informasi pemanfaatan karet alam sebagai bahan baku barang teknik karet dengan spesifikasi khusus, yakni tahan gesekan, tahan cuaca, dan tahan air laut. 

“Saat ini kami sedang menjalin kerja sama dengan beberapa industri,  yang mampu membuat produk Rubber Air Bag sesuai dengan standar dan nilai jual. Formulasi dengan hasil pengujian sesuai dengan standar ISO harus diperhitungkan. Produk Rubber Air Bag  yang mudah dilipat, elastis, tidak mudah pecah,  sehingga diperoleh formulasi standar dan dapat bersaing dengan harga terjangkau,” ungkapnya.

“Harapannya penelitian ini dapat mendorong BRIN membuat penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” tandas Mahendra. (ls/ ed: adl,set)

Sumber:

https://brin.go.id/news/114471/brin-kembangkan-riset-rubber-air-bag-guna-dukung-industri-maritim

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Siap Topang Riset dan Inovasi Barang Karet Industri Bidang Perkeretaapian

Bandung – Humas BRIN. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), khususnya pada bidang produk karet masih kurang. Hal ini karena sebagian besar produksi karet alam di Indonesia diekspor dalam bentuk lateks dan karet mentah. Pemanfaatan karet alam bisa lebih optimal jika diolah menjadi produk karet teknik. Ini akan berpengaruh kepada peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang merupakan salah satu prioritas pemerintah pada saat ini.

Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Riset Material Maju (PRMM) mendukung pemerintah dalam mengerek TKDN pada produk-produk karet. “Ini kolaborasi di Pusat Riset Material Maju akan concern pada membuat formula produk prototipe,” tutur Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi, pada penandatanganan perjanjian kerja sama antara BRIN dengan PT Agronesia, Selasa (8/11) di Kota Bandung.

Ratno menjelaskan kolaborasi kali ini sesungguhnya telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Penandatanganan PKS kali ini mempererat sinergi yang sudah terbangun sesuai dengan tujuan BRIN sebagai hub riset dan inovasi. PRMM akan bekerja sama lebih jauh dengan PT Agronesia khususnya divisi Inkaba dalam menerapkan formulasi-formulasi riset dari PRMM di laboratorium Inkaba. “Riil pembuatan prototipenya rencana di sini,” terang Ratno.

Ia juga menyadari bahwa riset di bidang karet industri ini sejatinya memperkokoh dukungan BRIN pada program kereta cepat yang sedang dikerjakan. Banyak sekali material kereta cepat yang menggunakan karet. BRIN mampu mencurahkan dukungannya dari aspek teknologi riset dan inovasi; salah satunya teknik karet. Ratno juga berharap kerja sama ini akan melebar pada berbagai aspek lainnya. Tidak hanya kereta api melainkan bidang transportasi lain. “Bisa menjadi jembatan bagaimana hasil-hasil riset bisa dihilirkan di perusahaan di industri,” katanya.

Kepala PRNM Wahyu Bambang Widayatno mengamini pernyataan Ratno, menurut Wahyu peranan BRIN dalam memperkenalkan teknologi-teknologi karet industri amat signifikan bagi kedua belah pihak. PRNM bisa meriset dan memformulasikan beragam komponen karet seperti Conical bondedDraft Gear dan Crossing Plate. Bila perlu semua permasalahan riil di Inkaba bisa dijadikan topik riset di laboratorium. “Dengan hal tersebut dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan industri,” katanya.

Penandatanganan kerja sama kali ini juga bentuk konkret dukungan BRIN dalam program kereta api cepat. Wahyu menyebutkan tidak hanya PRNM tetapi juga ada kolaborasi dengan Pusat Riset Teknologi Transportasi terkait program tersebut. PRNM fokus pada bagian material-material karet industri. “Satunya adalah crossing plate yang itu memang dibutuhkan untuk pengembangan kereta api cepat dan belum diproduksi secara local,” ungkapnya.

Wahyu percaya, Indonesia sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia mampu menghasilkan produk sendiri dengan TKDN tinggi. Pengujian formulasinya sudah ada di laboratorium dan diharapkan bisa segera diimplementasikan tahun ini. Kendati mendapati berbagai rintangan seperti kurangnya alat uji, namun kolaborasi yang terjalin dengan berbagai pihak industri memberikan semangat positif bagi riset di bidang karet industri. Ia berharap kerja sama ini bisa lebih intens dan melibatkan teknologi material lain seperti logam. “Karena di karet-karet industri ini ada beberapa aplikasi karet industri yang membutuhkan penguat logam/fiber,” serunya.

Direktur PT Agronesia (Perseroda) Mohamad Deddy Gamawan mengaku optimis, Indonesia khususnya Jawa Barat, bisa lebih optimal lagi dalam memanfaatkan sumber daya alam karet yang dimilikinya. Ia percaya kerja sama dengan BRIN adalah salah satu pengungkit penting agar industri karet di Jawa Barat bisa lebih maju. “BRIN tempat orang-orang cerdasnya di Indonesia,” tuturnya.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Tahun pertama akan menghasilkan output purwarupa material Rubber untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator. Tahun kedua menghasilkan output purwarupa rubber cinical bonded, rubber draft gear dan rubber crossing untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator, publikasi internasional, dan draf paten. (AS/ER, ed KG)