Plastik merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan manusia akibat dari kebiasaan atau gaya hidup saat ini yang serba ingin praktis.
Kebutuhan manusia mulai dari peralatan rumah tangga, alat elektronik, mainan, kemasan makanan, minuman, kosmetik, dan aneka produk lainnya kebanyakan berbahan baku plastik.
Material plastik dipilih oleh manusia karena bahannya murah, tahan lama, ringan, mudah diproduksi, banyak ragamnya, dan mudah diperoleh, sehingga penggunaan plastik cenderung berlebihan.
Sayangnya, material plastik ini tidak mudah hancur. Plastik membutuhkan proses penguraian selama kurang lebih 500 tahun. Plastik mengandung bahan kimia berbahaya, sehingga dapat mencemari air, tanah, dan udara (jika dibakar).
Di Indonesia, memiliki kebiasaan menggunakan plastik untuk segala macam, terutama untuk berbelanja dan membungkus makanan.
Sebaiknya mulai sekarang kita bisa mengurangi penggunaan plastik (terutama yang sekali buang seperti kantung kresek). Yang paling penting adalah kita harus selalu membuang sampah pada tempatnya. Lindungi dan pelihara sungai, laut, jalan, tanah, rumput, lingkungan, dan tempat umum lainnya dari pencemaran sampah.
Di bawah ini adalah beberapa poster bertema lingkungan karya siswa SMP-SMA dalam acara Gerakan Anti Plastik yang diselenggarakan mahasiswa ARL IPB.
“Jangan Buang Sampah di Sungai dan Sembarang Tempat”
“Bersihkan Lingkungan Bersama-sama”
“Jadikan Kebiasaan Menjaga Kebersihan Lingkungan di Mana Saja”
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti Kelompok Riset Eksplorasi Pertambangan, Pusat Riset Teknologi Pertambangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Razzaaq Al Ghiffari mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan pada area pertambangan nikel, ditinjau dari aspek hidrologi, di Morowali, Sulawesi Tengah.
Menurut Ghiffari, adanya pembukaan lahan karena perkebunan, longsoran, maupun aktivitas tambang menyebabkan reaksi kimia yang memengaruhi kualitas air sungai. Maka, diperlukan pemantauan kualitas air secara berkelanjutan, karena dapat berdampak terhadap masyarakat yang memanfaatkan air tersebut.
Dalam forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT seri 34, secara daring, Selasa (5/9), Ghiffari menjelaskan, dia bersama tim memetakan rona awal dari sisi geologi dan hidrologinya, kemudian dampak apa yang ditimbulkan akibat aktivitas tambang karena adanya perubahan jenis tutupan lahan.
Tentunya, dengan adanya aktivitas tambang, lahan menjadi terbuka dan memengaruhi kondisi hidrologi.
“Metode yang digunakan yaitu observasi geologi dan hidrologi, mencakup pemetaan geologi, analisis curah hujan, perhitungan neraca air, pengukuran debit, serta analisis fisika dan kimia air, baik secara in situ di lapangan maupun di lab,” urainya.
Ghiffari mengatakan, area kajian yang berlokasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah ini terdiri dari bentuk lahan dataran dan juga perbukitan, yang sebagian besar tersusun batuan ultrabasa.
“Area kajian (observasi hidrologi) terdiri dari empat sungai utama, yaitu sungai Bahomotefe, Bahopenila, Lamasara, dan Dampala. Namun, dilihat dari pola aliran sungainya, area kajian ini terbentuk menjadi enam Sub-Daerah Aliran Sungai (SubDAS), yaitu SubDAS Bahomotefe 1, SubDAS Bahomotefe 2, SubDAS Bahopenila, SubDAS Lamasara, SubDAS Dampala 1, dan SubDAS Dampala 2,” terangnya.
Berdasarkan analisis klimatologi, sebut dia, curah hujan maksimum berada pada Mei hingga Juli. Sementara, musim kemarau pada September hingga November.
“Intensitas curah hujan di area kajian ini dapat mencapai 75 mm/jam pada kala ulang 100 tahunan,” jelasnya.
Kemudian untuk perhitungan neraca air mengacu pada siklus hidrologi, yaitu air akan mengalami penguapan, lalu pembentukan awan, dan turunlah air hujan.
“Air hujan yang turun sebagian akan mengalami proses evapotranspirasi dan sebagian lagi akan jatuh ke permukaan tanah. Dengan kondisi tutupan lahan saat ini, hasil perhitungan neraca air menunjukkan volume air yang meresap lebih besar dibandingkan volume limpasan air permukaan (runoff),” beber dia.
Selain itu, Ghiffari dan tim juga melakukan pengukuran debit dan kualitas air sungai. “Kami juga melakukan penelurusan dan pengukuran debit air sungai. Secara umum, debit air sungai akan membesar ke arah hilir, hal ini karena adanya suplai dari air tanah ke air sungai,” tambahnya.
Begitu pun untuk nilai derajat keasaman (pH) yang secara umum mengalami peningkatan dari arah hulu ke hilir sungai. Hal ini disebabkan area kajian didominasi oleh batuan ultrabasa.
Kemudian adanya interaksi antara air dan batuan, sehingga menyebabkan nilai pH meningkat. Nilai pH air sungai di area kajian memiliki rentang 6-9.
Sementara, simulasi perhitungan neraca air dengan area bukaan lahan tambang, memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai Cro (koefisien runoff) dan debit limpasan permukaan (runoff).
Perhitungan neraca air dapat memberikan gambaran perbedaan kondisi hidrologi sebelum dan setelah aktivitas tambang.
“Peningkatan debit runoff mencapai 23 persen adalah sebuah perubahan yang signifikan dalam aliran air di wilayah tersebut. Ini bisa memiliki berbagai dampak, terutama jika tidak dikelola dengan baik,” ulas periset muda BRIN ini.
Nikel menjadi salah satu komponen utama untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini berdampak pada perkembangan pertambangan nikel, termasuk perluasan area eksplorasi dan eksploitasinya.
Namun, dengan berjalannya aktivitas tambang tersebut, perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. (hrd/ed: adl, tnt)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti dari Kelompok Riset Kimia Analitik, Pusat Riset Kimia Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hafiizh Prasetia mengembangkan konsep sistem Rain Garden untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular.
Sistem Rain Garden adalah sebuah hamparan alami seperti sebuah taman, yang terdiri dari kombinasi tanah, serasah daun, dan tanaman. Rain garden disebut juga sebagai daerah bioretensi, didesain untuk menampung sementara air hujan, melakukan penyaringan, dan membantu proses infiltrasi dan evaporasi.
Penelitian ini berangkat dari masalah pencemaran lingkungan, yang diakibatkan masuknya bahan pencemar atau polutan, dapat berupa gas maupun bahan-bahan terlarut dan partikulat.
“Pencemaran air dapat melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off), ataupun limbah domestik dan industri,” ungkap Hafiizh, pada webinar ORNAMAT ke-33, Selasa (22/8).
Pada penelitian ini, pertama, Hafiizh dan tim mengembangkan konsep sistem Rain Garden aliran bawah permukaan horizontal. Bagaimana potensi tanaman purun tikus untuk mengatasi pencemaran logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn) pada limpasan air hujan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentasi logam beratnya hampir lumayan bagus, yaitu 70 persenan. Jadi walaupun lebih rendah dari beberapa penelitian yang lain, namun ini sudah bisa dipastikan memiliki potensi lumayan besar,” terangnya.
Penelitian kedua aplikasi rain garden system di wilayah perkotaan sebagai solusi penanggulangan limpasan air hujan dan proteksi sumber daya air. Kebanyakan, di kota-kota besar, khususnya di perumahan, air hujan tidak bisa langsung masuk ke dalam tanah otomatis, dan ini akan menjadi masalah, seperti aliran permukaan.
“Aliran permukaan ini apabila membawa polutan-polutan akan sangat berbahaya sekali bagi lingkungan,” ucap Hafiizh.
Solusi dari menggunakan rain garden, dengan campuran karbon aktif dari sekam padi atau arang aktif sekam padi. Sehingga mampu menghilangkan kekeruhan dan bakteri, khususnya E. coli.
“Dari sini kita amati bahwa hampir sekitar 90 dan 95 persen bisa diserap,” sebutnya.
Ada juga penelitian lain yang digunakan, yakni desain multifungsi rain garden di laboratorium, mampu menurunkan kekeruhan lebih dari 70 persen dengan beberapa tahapan. “Hasil pengujian menunjukkan, nilai efisiensi penurunan kekeruhan kolom rain garden berkisar antara 49 sampai 81 persen ketika ditambahkan arang aktif. Dengan ketebalan 11 sentimeter, arang aktif sekam padi mampu menurunkan kekeruhan sungai dengan efisiensi 81 persen,” ungkapnya.
“Aplikasi karbon aktif dari ampas tebu untuk abstrak chemical oxygen demand (COD) pada limbah sasirangan hasilnya juga bagus, ini mencapai 95,37 persen, yaitu dapat menurunkan kandungan COD, didapatkan pada kondisi PH 5 dalam waktu kontak 90 menit,” jelasnya.
Dirinya menyatakan, inovasi green product atau produk ramah lingkungan yang merupakan interaksi antara inovasi teknologi dan keberlanjutan, harus selalu diterapkan dalam keilmuan dan juga industri.
“Titik berat inovasi ini adalah adanya pemanfaatan limbah biomassa menjadi material adsorben yang dipadukan dengan sistem rain garden,” tegasnya.
“Dengan pemanfaatan limbah biomassa yang jumlahnya melimpah di alam sebagai bahan baku adsorben, maka secara langsung dapat menerapkan aspek ekonomi sirkular dan keberlanjutan,” pungkasnya.
Lebih lanjut Hafiizh menjelaskan, masalah lingkungan disebabkan beberapa faktor yang bisa diidentifikasi. “Pertama, pertumbuhan populasi atau penduduk yang sangat pesat, kedua penggunaan sumber daya yang boros dan tidak ramah lingkungan,” ungkapnya.
“Kemudian, adanya kemiskinan dan kegagalan untuk memasukkan biaya lingkungan dari barang dan jasa ke dalam harga pasar, serta terlalu sedikit pengetahuan tentang bagaimana alam itu bekerja atau alam mampu bekerja untuk memperbaiki dirinya sendiri,” urainya.
Dia pun menerangkan polutan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni polutan tak toksik yang berasal dari bahan-bahan alami, dan polutan toksik seperti logam berat, senyawa organik (pestisida organoklorin, herbisida), gas (klorin dan amonia), anion (sianida, florida, dan sulfat), serta asam dan alkali.
“Polutan toksik ini sangat berbahaya sekali dan harus kita tangani lebih jauh. Polutan yang tidak toksik juga bisa menyebabkan pencemaran dan berbahaya bagi lingkungan jika jumlahnya melebihi baku mutu,” ujar Hafiizh.
Hafiizh menegaskan pentingnya penelitian ini untuk mendukung implementasi dari ekonomi sirkular, karena ekonomi sirkular bukan hanya sekedar pengolahan limbah yang baik, tapi mencakup rangkaian intervensi holistik dari hulu hingga hilir.
“Hal ini akan mendongkrak efisiensi penggunaan sumber daya, di mana kedudukan dari hasil penelitian dapat memanfaatkan lagi lebih panjang,” ulasnya. (esw/ ed: adl, tnt)
Bogor – Humas BRIN. “Kami putra putri Indonesia mengaku untuk terus bergerak mendorong hydrogen energy sebagai jawaban terbaik menuju free carbon society untuk tanah air Indonesia.” Begitulah komitmen bebas karbon yang diikrarkan oleh Presiden Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Prof. Eniya Listiani Dewi, tepat pada Hari Sumpah Pemuda ke-94 Tahun 2022, di Gedung Innovation Convention Center (ICC), Cibinong, Bogor. Ikrar itu disampaikan dalam gelaran acara Talkshow Hydrogen for Free Carbon Society yang merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2022, Jum’at (28/10).
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menjelaskan BRIN mendukung green energy transition untuk menuju Net Zero Emission tahun 2060, dengan kolaborasi internasional dan melalui berbagai program. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan materi mengenai “Policy for Free Carbon Society Development: Research and Innovation”.
“Semoga Net Zero Emission Indonesia dapat tercapai, bahkan sebelum 2060, agar memberikan manfaat yang krusial bagi Indonesia di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi,” harap Mego.
Dijelaskannya, semua negara di dunia perlu bersatu dalam melakukan upaya maksimal untuk membangun masyarakat rendah karbon dengan mengurangi emisi global hingga separuh dari tingkat saat ini pada tahun 2050. Masyarakat dan industri diharapkan secara proaktif mengambil tindakan untuk berkontribusi pada terciptanya masyarakat rendah karbon menuju Indonesia Bebas Emisi Karbon di tahun 2060.
Pemateri kedua, Direktur Utama Cascadiant Rahmadi Budiman menyampaikan paparan Fuel Cell and Hydrogen Storage Implementation and Delivery in Remote Area and Microgrids secara daring. Cascadiant merupakan perusahaan yang didirikan sejak tahun 2010 yang pada awalnya banyak berbisnis di back-up power solution untuk komunikasi dengan menggunakan bahan bakar hidrogen.
Berikutnya, Project General Manager di Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Indra Chandra Setiawan hadir dengan paparan berjudul Hydrogen Movement in Global & Asia Pasific Region. Indra menjelaskan tentang perkembangan hidrogen baik di global, maupun di Asia. Fuel cell dapat diaplikasikan pada banyak hal.
“Fuel cell module dapat digunakan di truk, bus, forklift, kapal laut, bahkan pembangkit listrik. Fuel cell dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan,” sebut Indra.
Perwakilan Dewan Energi Nasional (DEN) Suharyati hadir menggantikan Djoko Siswanto dan memaparkan materi dari segi kebijakan. Pada tahun ini, DEN akan melakukan review terhadap Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah diterbitkan sejak tahun 2019. Hal ini mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan isu-isu yang berkembang saat ini, seperti komitmen pengurangan emisi dan komitmen Indonesia untuk mencapai NZE di Tahun 2060.
“KEN kemudian diturunkan menjadi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Di dalam RUEN sendiri, sudah ada program kegiatan untuk pembangunan hidrogen. Namun, karena dipersiapkan pada tahun 2014, hidrogen difokuskan untuk memanfaatkan batubara domestik, bukan dari energi baru terbarukan (EBT),” beber Suharti.
Sebagai narasumber terakhir, Lektor Kepala, Institut Teknologi Bandung Utjok W.R. Siagian menyampaikan materi secara daring dengan paparan Indonesia Energy Transition Pathway Toward NZE. Talkshow dengan materi yang sangat menarik ini menghadirkan narasumber yang mumpuni di bidangnya dan dimoderatori secara apik oleh Hary Devianto, Lektor Kepala dari Institut Teknologi Bandung.
Pada kesempatan ini, juga dilakukan penganugerahan kepada Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI, sebagai Duta Hidrogen Indonesia. Dalam speechnya Dyah Roro menegaskan bahwa energi hidrogen bukanlah energi masa depan, melainkan energi masa kini.
Selain itu, BRIN juga melakukan penandatangan kerja sama dengan IFHE. BRIN diwakili oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan dan IFHE diwakili oleh Presiden IFHE. Disaksikan oleh Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu dan Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi.
MoU ini bertujuan untuk penguatan riset dan inovasi bidang material, nanoteknologi, bahan dan proses energi, serta manufaktur untuk renewable energy, teknologi fuel cell dan hydrogen energy, free carbon technology dan riset lainnya yang terkait dengan green technology.
Prof. Ratno Nuryadi dalam sambutannya menyatakan, dengan MoU ini, diharapkan akan lebih menguatkan aktivitas yang sudah dijalankan selama ini. “Kami menyambut dan mendukung dengan penuh kolaborasi ini, terutama terkait dengan SDM di Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material. Dan tentunya, Kami memerlukan support dari seluruh stakeholder. Selamat untuk kita semua. MoU ini semoga membawa banyak manfaat,” katanya
Haznan Abimanyu mengucapkan selamat kepada Prof Eniya Listiani Dewi selaku Presiden IFHE dan bersyukur penandatangan MoU berjalan dengan baik. Haznan mengatakan hidrogen merupakan promising energi dan energi masa kini. Energi hidrogen sudah diinisiasi oleh banyak negara.
Haznan juga berharap dengan nota kesepahaman yang telah ditandatangani, sasaran untuk untuk mewadahi kegiatan riset dan inovasi yang terkait dengan green technology dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan potensi SDM, meningkatkan kerjasama riset yang menggunakan sumber daya dan fasilitas riset serta inovasi baik dari BRIN maupun IFHE. (ark/ed:aj,jml,drs)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) mengadakan serial webinar ke-12. Topik yang diangkat adalah Analisis Kerusakan dan Pengkajian Sisa Umur Material, yang disampaikan oleh Ilham Hatta. Peneliti yang berasal dari Kelompok Riset (PR) Teknologi Perpanjangan Umur Pada Struktur Mekanik, Pusat Riset (PR) Teknologi Kekuatan Struktur, OR Energi dan Manufaktur (OREM).
Dalam sambutannya, Kepala ORNM Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa webinar kali ini lebih menarik. “Webinar reguler ORNAMAT biasanya menghadirkan narasumber dari ORNM, namun pada ORNAMAT ke-12 ini menghadirkan narasumber yang berasal dari OR Energi dan Manufaktur. Beliau akan berbagi terkait dengan analisis kerusakan dan pengkajian sisa umur material. Tentu ini menarik untuk kita ketahui terkait inspeksi peralatan pada industri,” ujarnya.
“Konon kondisi peralatan industri Indonesia banyak yang sudah tua, sehingga menyebabkan kerusakan yang dapat berdampak pada korban jiwa, kebakaran, ataupun dampak negatif lainnya, sehingga dibutuhkan keahlian untuk menganalisis bagaimana terjadinya suatu kerusakan. Serta bagaimana menganalisis sisa umur komponen yang masih utuh dan masih dapat dioperasikan,” ungkapnya.
Dalam presentasinya, Ilham Hatta memaparkan latar belakang diperlukan analisis kerusakan dan pengkajian sisi umur material. “Saat ini kondisi peralatan industri yang ada di Indonesia sudah tua. Akibatnya sering terjadi kerusakan yang mengakibatkan ada korban jiwa, kebakaran, dan mengancam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di industri tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya keahlian tentang bagaimana menganalisis terjadinya suatu kerusakan dan menetukan sisa umur komponen yang masih utuh dan masih dapat dioperasikan,” paparnya.
Menurut pakar teknik manufaktur ini, definisi kerusakan adalah perubahan bentuk atau kondisi sutau material, komponen, atau peralatan yang mengalami deformasi plastis, yakni secara visual tampak adanya irreversible traces atau tidak mampu lagi berfungsi secara memuaskan, sebagaimana yang diharapkan. Klasifikasi kerusakan dapat dimulai dari damage/defect, fracture/crack, fracture/break dan rupture.
“Damage/defect yakni kondisi terjadnya akumulasi aliran plastis pada struktur atau komponen, tetapi masih bisa digunakan. Fracture/crack menunjukkan keadaan konstruksi mula retak. Fracture/break yakni kondisi saat konstruksi menjadi dua bagian atau lebih. Sementara rupture merupakan kondisi patah disertai mengalami kelelahan, gesekan, atau korosi,” ulasnya.
Lebih lanjut, Ilham menjelaskan kapan komponen itu dikategorikan rusak. “Salah satunya bila komponen, peralatan, atau konstruksi secara seluruhan tidak mampu lagi dioperasikan, atau apabila peralatan masih mampu dioperasikan, tetapi tidak mampu lebih lama lagi untuk melaksanakan fungsinya memuaskan seperti yang diharapkan. Bisa juga peralatan dalam kondisi sangat buruk dan tidak dapat diandalkan atau tidak aman lagi untuk dioperasikan, sehingga komponen, peralatan, atau konstruksi tersebut harus diperbaiki atau diganti,” jelasnya.
Dikatakan olehnya, tujuan dari analisis kerusakan adalah mengutarakan secara jelas suatu kemungkinan yang menyebabakan timbulnya kerusakan, menentukan penyebab pertama timbulnya kerusakan primer, mendapatkan petunjuk yang berguna untuk mencegah timbul dan meluasnya tingkat kerusakan, serta menetapkan langkah-langkah preventif untuk menghindari kerusakan, karena manusia akan menerima dampaknya.
Salah satu peranan dan manfaat analisis kerusakan adalah bagi perancang yang akan menggunakan hasil kerusakan untuk memperbaiki rancangan produk teknisnya. Baik sebelumnya maupun sesudah produk teknis tersebut diperkenalkan kepada konsumen. “Pembuat atau produsen material juga dapat memanfaatkan hasil analisis kerusakan untuk membantu dalam proses memilih, mengolah, mengembangkan, memproduksi jenis material baru secara tepat, dan menyesuaikan dengan fungsi material tersebut,” ucap Ilham.
“Selain itu analisis kerusakan juga dapat dimanfaatkan oleh produsen produk rekayasa atau manufaktur, pemakai atau konsumen, para penjamin pemakai (user advocates), serta dalam kegiatan rekayasa industri,” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan apa saja yang mungkin dapat meyebabkan kerusakan pada material. “Kemungkinan sumber kerusakan antara lain temperatur, beban, lingkungan, ataupun cacat bawaan pada saat diproduksi. Pengujian dapat dilakukan dengan uji merusak dan uji tak merusak alat yang akan diuji,” tutur peneliti ahli utama ini.
Analisis kerusakan dan pengkajian sisa umur material merupakan aplikasi ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar material, yang bisa diterapkan untuk mengkaji dan menganalisis terjadinya kerusakan material, komponen, atau konstruksi pada struktur peralatan industri yang ada. “Tujuannya untuk menjaga kemanan, keselamatan, dan kesehatan dalam bekerja di lokasi industri, dari segala jenis kondisi lingkungan yang ada,” tegas Ilham.
Di akhir paparannya, Ilham menyampaikan harapannya bahwa dengan keilmuan ini seorang insinyur bisa menjadi seorang dokter, yang obyek pemeriksaan atau pengujiannya adalah material, komponen, dan konstruksi. “Karena semua yang ada di sekeliling kita, baik dalam temperatur ruang, kondisi dingin atau panas, semuanya terbuat dari berbagai macam material, mulai dari logam ferro, non ferro, polimer, keramik, dan komposit, yang mau tidak mau akibat umur pemakaiannya akan mengalami kerusakan, serta punya batas umur sesuai dengan kehendak perancangnya,” pungkasnya. (esw/ ed. adl)