Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Ajak Shizuoka University Jepang Bangun Kolaborasi Riset

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORNM BRIN) mengajak Shizuoka University Jepang, untuk melakukan visitasi riset ke Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie, Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (29/07). Hal itu dalam rangka membangun kolaborasi antara lembaga penelitian dengan perguruan tinggi.

Kepala ORNM, Ratno Nuryadi menyambut kunjungan dari Shizuoka University Jepang yang terdiri dari Wakil Presiden Shizuoka University (Aoki Toru), Direktur Research Institute of Electronics, Shizuoka University (Kimura Masakazu), dan Peneliti Research Institute of Electronics (Kase Hiroki). “Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam dunia riset, untuk mengembangkan sains dan teknologi. Selain mencetak lulusan akademik, hasil riset dan inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, diharapkan mampu menjawab persoalan yang ada di masyarakat,” katanya.

Ratno menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021, BRIN merupakan integrasi dari lima LPNK (LIPI, BATAN, BPPT, LAPAN) dan Kemenristek serta unit penelitian di Kementerian. Selain itu, ada skema kolaborasi dan pendanaan yang ada di BRIN. “Dengan banyaknya alumni Shizuoka University di BRIN yang memiliki riset beragam, diharapkan bisa membangun kolaborasi antara BRIN dan Shizuoka University,” ucapnya.

Ratno juga menjelaskan BRIN telah membangun beberapa kolaborasi di lembaga riset dan universitas luar negeri, seperti kerja sama riset, visiting researcher, program postdoctoral, dan program Degree by Research (DBR). Dia mengatakan bahwa dalam program DBR belum ada legalitas nota kesepahaman (MoU) dengan universitas di Jepang. “Jika bisa membangun kolaborasi yang bermanfaat antara Shizuoka University dan BRIN, merupakan suatu kesempatan yang sangat baik,” terangnya.

Sementara itu, Kimura Masakazu mengatakan kendala yang dihadapi oleh Shizuoka University saat ini, adalah penurunan jumlah mahasiswa di Shizuoka tiap tahunnya. Bukan hanya di Shizuoka University tapi juga universitas lain di Prefektur Shizuoka. “Wilayah Shizuoka yang dekat dengan kota besar Nagoya dan Tokyo, sehingga banyak calon mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di universitas di Nagoya dan Tokyo. Selain itu menurunnya angka kelahiran di Jepang beberapa dekade ini,” terang Direktur Research Institute of Electronics, Shizuoka University.

Senada dengan Kepala ORNM – BRIN, Aoki Toru, Wakil Presiden Shizuoka mengatakan bahwa terbuka dalam bentuk MoU antara BRIN dan Shizuoka University untuk memayungi kerja sama yang lebih luas. Acara ini turut dihadiri oleh para peneliti dari Pusat Riset (PR) di BRIN di KST BJ Habibie yang merupakan alumni Shizuoka university yaitu Himma Firdaus (Teknologi Pengujian dan Standar); Eka Rakhman Priandana, Yusuf Margowadi, dan Bralin Dwiratna (PR Konversi dan Konservasi Energi); Lia Aprilia (PR Fotonik); Anis Kristiani dan Joni Prasetyo (PR Kimia Maju); serta Sjaikhurrizal El Muttaqien (PR Vaksin dan Obat).

Pada kesempatan tersebut, menurut Anis dari PR Kimia Maju, kolaborasi ini akan memudahkan peneliti BRIN untuk mendapatkan pendanaan riset eksternal yang lebih besar. Senada dengan hal itu, Sjaikhurrizal dari PR Vaksin dan Obat juga mengatakan dengan adanya MoU tersebut, akan memudahkan proses postdoctoral peneliti BRIN ke Jepang, khususnya Shizuoka University. (hrd,lia/ed: adl,jml)

https://brin.go.id/news/113852/brin-ajak-shizuoka-university-jepang-bangun-kolaborasi-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Hadirkan Inovasi Instalasi Air Bersih Layak Minum di Sekolah

Sukabumi – Humas BRIN. Akses air bersih merupakan hak dasar dari setiap manusia. Namun tidak semua lokasi di Indonesia sudah mendapatkan air bersih. Sehingga untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sebagian masyarakat masih kesulitan. Pada tahun 2022, Indeks Performa Lingkungan atau Environmental Performance Index (EPI) Indonesia untuk air dan sanitasi berada di urutan 125 dari 178 negara di dunia.

Menjawab permasalahan tersebut, tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuat instalasi air bersih layak minum yang diimplementasikan untuk masyarakat. Dalam hal ini yaitu bagi siswa dan guru, serta masyarakat di sekitar sekolah.

“Judul inovasi kami adalah proyek pemberdayaan desa untuk pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, melalui integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif,” kata Yanni Sudiyani, peneliti Pusat Riset Kimia Maju – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, pada Kamis (13/07) di Gedung SMP Negeri 2 Cisolok.

Yanni dan tim peneliti BRIN mengambil lokasi di tiga sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, dengan mengembangkan instalasi air metode gravity driven membrane (GDM) dan monitoring kualitas air bersih. 

Kegiatan ini sendiri berkolaborasi dengan mitra kerja sama International Environmental Research Institute (IERI), Gwangju, Korea Selatan, pada tahun 2018-2021, untuk peningkatan inovasi daerah.

“Kami bekerja sama dengan Korea, IERI. Bersama-sama kami menulis proposal untuk mendapatkan sponsor pendanaan dari Bappenas dan UNDP. Pada tahun 2019, kami mendapatkan pendanaan untuk tiga tahun, lalu instalasi air berhasil dirakit dan diresmikan pada tahun 2020 ketika pandemi,” jelas Yanni. 

Lebih lanjut ia menerangkan alasan memilih sekolah di Sukabumi sebagai lokasi kegiatan strategis adalah berdasarkan hasil survey pendahuluan.

“Sukabumi memiliki kondisi geografis yang kaya akan sumber daya alam dan obyek wisata, bahkan ada pabrik air minum besar di sini. Namun, sebagian masyarakatnya untuk memperoleh air minum itu harus membeli air,” terang profesor riset ini. Kemudian sekolah dipilih berdasarkan prioritas kondisi sanitasi air, setelah tim mengambil sampel air di berbagai lokasi dan dianalisis. “Sekolah yang dipilih yaitu SMP Naringgul Cisolok, SMP Negeri 2 Cisolok, dan SMP PGRI 1 Cisolok,” sebutnya. 

Berkolaborasi dengan tiga sekolah dan perangkat daerah, Yanni dan tim melakukan transfer teknologi ke masyarakat. “Transfer teknologi di sini, yakni karena kami memiliki kerja sama dengan Korea. Dalam instalasi GDM (gravity driven membrane) ini, kami menggunakan teknologi membran dari Korea,” ulas Yanni.

Ia menambahkan bahwa penggunaan membran dari Korea ini, bukan karena Indonesia tidak memiliki teknologi membran sendiri. “Indonesia juga sebetulnya memiliki teknologi membran, tetapi karena kami memanfaatkan kerja sama yang kami punya dengan mitra Korea,” imbuh lulusan doktor dari Jepang ini.

Yanni menerangkan spesikasi dari instalasi GDM membuat inovasi ini bisa berkelanjutan diaplikasikan di daerah. Keunggulan dari instalasi air ini adalah mudah dioperasikan, murah tidak perlu listrik, membran tahan lama (10 tahun), perawatan mudah, serta efisien dalam mengurangi bakteri dan kuman sesuai hasil pengujian.

Selama melakukan kegiatan riset dan inovasi di masyarakat, Yanni berujar bahwa ada tiga hal yang diperlukan yaitu kolaborasi, kreativitas, dan aksi. Indikator keberhasilan dari penyediaan sarana air minum ini adalah hasil survey yang menunjukkan hasil baik. Berkurangnya keluhan diare dari siswa yang minum dan membawa 1-1,5 liter air per hari dari sekolah. 

“Survey yang diberikan menunjukkan hasil baik, bahwa sejak siswa ke sekolah membawa botol minum sendiri, dan membawa pulang air ke rumah, siswa jarang mengeluh sakit diare dan lebih rajin masuk sekolah,” tutur Yanni.

Sebagai penerima manfaat, Kepala SMP Negeri 2 Cisolok, Dadan Candra, menyebutkan bahwa pada awalnya ia ragu apakah bisa air langsung diminum dari lokasi keran di sekolah. Memang karena dirinya pun baru dilantik setelah adanya kegiatan ini.

“Jadi pada waktu itu saya bertanya, apakah ini tidak berbahaya diminum guru dan anak-anak? Lalu guru di sini menjelaskan bahwa air ini memang sudah layak minum. Setelah beberapa minggu bertugas di sini, saya melihat absensi siswa apakah ada yang sakit akibat minum air tersebut, ternyata aman-aman saja,” urai Dadan.

Sebagai kepala sekolah, ia merasa bersyukur akan adanya instalasi air tersebut. Sebab selain siswa dan guru, masyarakat sekitar sekolah pun turut merasakan manfaatnya. “Alhamdulillah kami selama di sekolah sampai hari ini menggunakan air tersebut. Kami mengucapkan terima kasih kepada Profesor Yanni dan tim atas inovasi ini,” cakapnya mengapresiasi.

Sebagai informasi, inovasi yang dilakukan oleh Yanni dan tim ini masuk dalam tahapan verifikasi dan peninjauan lapangan, atas jasa calon penerima Satyalancana Pembangunan BRIN tahun 2023. Verifikasi lapangan dilakukan oleh tim Biro Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Sekretariat Militer Presiden RI, Sekretariat Negara RI, yang didampingi oleh tim Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia BRIN. (adl, ed: aps)

Sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113319/brin-hadirkan-inovasi-instalasi-air-bersih-layak-minum-di-sekolah

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Bersiap Hilirisasi, BRIN Jajaki Kolaborasi Uji Klinis Implan Gigi dengan RSPAD

Jakarta – Humas BRIN. Kebutuhan implan gigi di Indonesia cukup besar. Namun, selama ini Indonesia masih mengimpor implan gigi dari luar negeri, seperti Eropa dan Korea Selatan. Dana yang dikeluarkan Indonesia sendiri untuk mendapatkan produk implan gigi sekitar 75 miliar rupiah.

Periset Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), I Nyoman Jujur telah mengembangkan implan gigi titanium. Sejak 2019, dirinya bersama PT Pudak dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), mengembangkan karakterisasi biokompatibilitas material, kebaruan desain dan teknologi produksi, teknologi surface treatment, dan uji kinerja prototipe. 

Tahapan riset yang sudah dilalui oleh Nyoman adalah hingga pra klinis tahap dua. Untuk uji toksisitas dan publikasi, sudah dilakukan oleh Nyoman bersama tim dokter gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjajaran. 

Pada tahun 2022, riset implan gigi mendapatkan pendanaan pengujian produk inovasi kesehatan BRIN untuk uji klinis. Sebagai salah satu riset prioritas, diharapkan pada tahun 2024 implan gigi telah selesai uji klinis dan terbit ijin edarnya untuk produksi.

Menindaklanjuti riset tersebut hingga hilirisasi, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material – Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORNM BRIN) mengadakan pertemuan inisiasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), untuk melaksanakan diskusi kerja sama dalam bidang implan gigi, pada Jumat (21/07) di Ruang Rapat Dirbang dan Riset Gatot Subroto.

Pertemuan yang disambut oleh Dirbang dan Riset RSPAD tersebut, dihadiri oleh Kepala ORNM, para peneliti Pusat Riset Material Maju, Humas, serta Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Kadep Gilut RSPAD, Kabag Litbang dan Riset Dirbang dan Riset RSPAD, serta tim dokter Depgilut RSPAD.

Kepala ORNM – BRIN, Ratno Nuryadi mengatakan riset implan terkait manusia, agar dapat diaplikasikan dengan melakukan uji klinis. “Dari komunikasi yang sudah berjalan dan mencapai fase uji klinis, kami berharap bisa berkolaborasi dengan RSPAD,” harap Ratno.

Lebih lanjut Ratno mengungkap pada awal tahun ini hingga tahun 2024, pihaknya juga mendapat mandat dari pimpinan BRIN agar beberapa tema besar diharapkan dapat segera selesai dan bahkan sampai hilirisasi diaplikasikan. Dirinya pun mengharapkan penelitian implan gigi dalam proses uji klinis dapat bekerja sama dengan RSPAD, kemudian nantinya bisa sampai produksi massal.

“Semoga kegiatan ini (kolaborasi) bisa berjalan lancar, dan ke depannya bisa memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia yang membutuhkan. Nantinya secara bertahap, step by step bisa memproduksi dan bagi yang membutuhkan dapat menggunakannya,” pesan Ratno.

Ratno menambahkan, Kepala BRIN sendiri menyampaikan bahwa kolaborasi dengan stakeholder eksternal memang sudah menjadi sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. “Dari sisi kami membutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak, baik dari kalangan universitas maupun industri, baik di dalam dan juga luar negeri. Saat ini kami memiliki kerja sama riset industri dengan PT Pudak Scientific yang memproduksi. Teknologi implan gigi menggunakan ikatan permukaan titanium dengan gigi, dengan kekasaran tertentu agar sel-sel mudah tumbuh,” jelas Ratno.

Dirbang dan Riset RSPAD, Yenny Purnama mengapresiasi kunjungan BRIN ke RSPAD untuk bekerja sama. “Kami sangat berharap adanya kolaborasi dan komunikasi yang intens, serta dapat saling membantu untuk produk nasional,” ujarnya.

Brigjen Yenny dan tim dokter sebagai peneliti memberikan masukan terkait kode etik, tahapan uji klinis, dan bagaimana prosedur asuransi pasien implan gigi. 

“Pada dasarnya kami mendukung terkait uji klinis, dengan harapan masukan kami dapat dipertimbangkan, seperti kode etiknya. Karena kegiatan ini membawa nama baik RSPAD dan BRIN. Semoga bermanfaat untuk negara Indonesia,” pungkasnya. (hrd, adl, ed: aps)

Sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113505/bersiap-hilirisasi-brin-jajaki-kolaborasi-uji-klinis-implan-gigi-dengan-rspad

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kupas Kiat-kiat Memperoleh Pendanaan Riset

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam proses penguatan ekosistem riset  dan inovasi,  terdapat  tiga hal penting. Pertama adalah pengembangan SDM (periset), kedua yaitu infrastruktur, dan ketiga adalah pendanaan atau anggaran. Kegiatan pencarian kebaruan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, membutuhkan dukungan pendanaan riset. Dengan pendanaan itu, diharapkan jumlah invensi hasil riset akan semakin meningkat. Selain itu, kualitas kompetensi sumber daya manusia iptek akan semakin meningkat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), dalam mendukung program pendanaan eksternal, mengadakan webinar dengan tema “Webinar Pendanaan Eksternal: Penjelasan dan Kiat-Kiat Memperolehnya untuk Fungsional Periset”, pada Rabu (31/05).

Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan bahwa esensi dari webinar ini adalah untuk pendanaan eksternal, baik dari BRIN maupun dari yang lain. “Di ORNM ingin meningkatkan pendanaan eksternal tahun ini. Sehingga kegiatan ini sebagai salah satu ikhtiar kita, sehingga periset bisa punya semangat untuk membuat proposal riset,” ujar Ratno.

Menurutnya, agar kegiatan di kelompok riset (KR) dapat berjalan baik, harus memiliki tiga komponen yang teroptimalkan. “Ketiga poin tersebut adalah pengembangan SDM, penyediaan infrastruktur, dan pendanaan,” ungkapnya.

Ketika membuat proposal riset, periset didorong untuk berkolaborasi dengan mitra industri, universitas, baik dalam negeri dan negeri.

“Nanti kepala pusat riset juga ikut memberikan masukan, sehingga kualitas proposal yang diajukan bisa bagus, dan peluang untuk mendapatkan pendanaan lebih besar. Harapannya proposal riset benar-benar dibahas dalam ruang lingkup KR dan mitra yang akan menjadi anggota,” harap Ratno.

Juhartono dari Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi  menyampaikan jenis pendanaan di BRIN. “Ada dua tipe pendanaan di BRIN, yaitu pendanaan dari RIIM (Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju) BRIN dan pendanaan dengan imbal balik dana abadi penelitian – LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan),” sebutnya.

Ia menambahkan info tentang skema pendanaan dari luar negeri ada dua model. Seperti kerja sama dengan lembaga riset asal Jepang NEDO (New Energy and Industrial Technology Organization), sifatnya join riset. “Ini pendanaaanya dari masing masing negara. Jadi peneliti Indonesia dapat dana penelitian dari Indonesia. Peneliti luar negeri dari negara asalnya,” katanya.

Selanjutnya Juhartono menguraikan skema pendanaan di BRIN. “Pertama RIIM Ekspedisi untuk mencari koleksi ilmiah atau data di lapangan, targetnya mendapat koleksi ilmiah. Kedua, riset dan inovasi untuk Indonesia maju untuk penemuan novelty atau kebaruan. Ketiga, pengujian produk inovasi untuk produk inovasi kesehatan, produk inovasi pertanian dan produk inovasi teknologi. Keempat yaitu startup riset dengan fasilitas perusahaan pemula berbasis riset, pra inkubasi proses inkubasi, dan pasca inkubasi,” urainya.

Selanjutnya, untuk RIIM kompetisi, targetnya adalah mendapatkan novelty atau kebaruan teknologi dan hasil riset lainnya, dengan hasil karya tulis ilmiah , jurnal internasional, serta HKI (hak kekayaan intelektual) seperti paten atau sejenisnya.

“Jadi pendanaan hanya untuk riset kebaruan teknologi, cakupannya pada proses pencarian kebaruan, jumlah sampel seusai kebutuhan, pelaksanaan tidak jauh dari lokasi kedudukan, mengoptimalkan mitra untuk lokasi yang berbeda,” ulasnya.

Membuat Proposal Riset yang Layak dari Kacamata Reviewer

Terkait pendanaan, banyak skema yang bisa dimanfaatkan oleh periset, namun harus melalui tahapan-tahapan seleksi. Kelompok-kelompok riset saling bersaing dari segi isi atau substansi proposal riset, agar layak menurut kacamata penelaah (reviewer).

Tampil sebagai pembicara, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kimia Maju BRIN, Anny Sulaswaty, memberikan kiat-kiat, bagaimana sebuah proposal  penelitian  layak didanai. 

Menurut Anny yang sudah berpengalaman puluhan tahun malang melintang sebagai reviewer usulan penelitian di berbagai program pendanaan ini,  penting  untuk memahami  proposal penelitian dan mengenali kekuatan proposal. Reviewer akan bersemangat bila menjumpai topik riset yang menarik perhatian (eye catching) dan isunya ‘sexy’ .

“Penting untuk diperhatikan, bahwa  proposal penelitian tidak boleh lepas dari panduan dan patuhi aturan penulisan yang ditetapkan, fokus pada jenis tipe pendanaan (grant) yang dituju,” jelas profesor bidang kimia ini.

“Kedua aspek ini yang dipegang reviewer untuk melihat apakah sebuah proposal layak  lanjut ketahap berikut, diperlukan perbaikan, atau ditolak,” tutur Anny,  yang pernah menjabat sebagai Asisten Deputi Menristek Bidang  MIPA ini. 

“Dari sisi reviewer, poin utama yang dilihat adalah indikator kinerja yang dijanjikan, apa yang dijanjikan itu yang ditagih. Pengusul diharapkan lebih cermat untuk menuliskan indikator  yang akan dijanjikan pada saat mengusulkan proposal, tidak perlu muluk-muluk. Misal untuk usulan tata kelola, bagaimana penerapannya, kalau usulan tentang  kebijakan, bagaimana kebijakan itu dapat diterapkan,” papar periset pada Kelompok Riset Teknologi Proses Biomassa dan Thermokimia serta Rekayasa Terapan dan Senyawa Kimia Adi.

Kesalahan umum yang  terjadi pada proposal yang ditemui Anny, biasanya terdapat  terdapat pada cara pemilihan dan  penulisan judul , abstrak panjang dan tidak efisien, pendahuluan  yang panjang lebar, serta  pemilihan metode.

Hal-hal lain yang jadi daya tarik reviewer adalah proposal yang menarik, tampilan yang  tidak menarik akan mengurangi minat reviewer, karena tampilan yang mengesankan akan  mempermudah reviewer untuk melihat, menilai dan mengambil keputusan.

“Peneliti sebaiknya berorientasi pada produk target, apapun produk targetnya  tapi jelas, kemudian metode penelitiannya, dan indiator kinerja, topik yang kekinian (up to date) , sesuai bidang keahlian peneliti,” jelas Anny yang menjadi salah satu Dewan Pakar PPI Cabang Tangerang Selatan ini.

Kerja Sama Riset yang sesuai Harapan Mitra

Pada kesempatan yang sama, perwakilan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang berkerja sama dengan BRIN, memaparkan tentang “Penyatuan Pandangan Periset dan Harapan Mitra”.

DSNG sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan industri kertas, turut berkomitmen untuk menghadapi tantangan global. DSNG mengambil berbagai inisiatif untuk memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam operasinya. Seperti program penghijauan dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.

DSNG telah melakukan kerja sama dengan periset BRIN dalam beberapa penelitian dengan memperhatikan berapa aspek. Penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat, nilai tambah, kebaikan bagi lingkungan, dapat menurunkan biaya, memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, mampu menyelesaikan masalah yang ada, dapat diserap oleh pasar, dan bisa diperbesar skalanya.

Muhammad Surur, Corporate Business Development and Management DSNG menjelaskan kondisi eksisting di industrinya. “Di industri kepala sawit dan kayu saat ini kami sedang menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja. Sehingga kami berusaha bagaimana caranya agar dapat mengatasi hal tersebut. Solusinya adalah kami sedang mengembangkan alat, seperti alat pempukan untuk perkebunan sawit, dan alat ini sudah digunakan untuk mengatasi masalah tersebut,” terangnya. 

Kemudian Surur menyampaikan permasalahan lingkungan yang dihadapi industri sawit. “Masalah kedua adalah isu lingkungan, yakni limbah metan yang dihasilkan oleh kepala sawit. Kita berusaha mengurangi limbah metan dengan cara membangun bio gas power plants dan pengembangan bio-CNG plants,” lanjutnya.

Dirinya menerangkan bahwa saat ini satu pabrik dapat menghasilkan dua juta liter solar. Sehingga dapat mengurangi pembelian solar untuk operasional pabrik. “Melihat hal ini kami berusaha mencari  tracking dari Korea, India, Jepang  hasilnya bagus tetapi tracking dari luar yang menggunakan bahan baku CNG harga sangat mahal. Sehingga kami melakukan kerja sama dengan penelitian BRIN yang menghasilkan suatu kit komputer yang dipasang pada alat kami, dan kit ini dapat meningkatkan nilai dan mengurangi pengunaan solar,” ulas Surur. 

Dijabarkan olehnya, bahwa riset yang diperlukan perusahaan adalah inovasi-inovasi yang berbasis bisnis baru, sumber daya alam, dan perubahan nilai. “Di perusahan DSNG tidak melakukan penelitian dasar, hal ini sesuai dengan visi perusahaan, tetapi apabila dibutuhkan maka akan dilakukan,” jelasnya. (adl,esw,jp,mfn)

tautan :

https://brin.go.id/news/112953/brin-kupas-kiat-kiat-memperoleh-pendanaan-riset