Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Program Degree by Research Dukung Sivitas BRIN Lanjutkan Studi di Universitas

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meluncurkan program Degree by Research (DBR). DBR merupakan program peningkatan kompetensi sivitas BRIN, melalui pendidikan formal jenjang S2 dan S3 yang berbasis kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa meninggalkan tugas kedinasan.

Febrianti Susana Rosa dari Direktorat Manajemen Talenta BRIN mengatakan, program DBR BRIN bertujuan menciptakan talenta unggul di bidang riset dan inovasi, meningkatkan kapasitas talenta riset dan inovasi, kolaborasi dan publikasi bersama.

“Selain itu, DBR bertujuan meningkatkan kegiatan litbangjirap dengan perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri, jumlah proporsi SDM tingkat pendidikan program Magister dan Doktor, indeks kompetitif SDM global, dan kebutuhan pengembangan kompetensi SDM,” jelasnya dalam Webinar Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNAMAT) seri ke-31, bertema “Exploring Your Potency: Meningkatkan Karir Riset melalui Degree by Research BRIN S2/S3”, Selasa (25/07).

Pada program DBR ini, jelas Febrianti, peserta diberikan biaya pendidikan berupa uang kuliah tunggal dan dana bantuan riset selama masa perkuliahan dengan syarat yang telah ditetapkan BRIN.

“Biaya pendidikan yang diberikan program DBR yakni uang kuliah tunggal jenjang master (S2) empat semester dan dapat diperpanjang satu semester. Sementara untuk jenjang doktor (S3) selama enam semester dan perpanjangan dua semeter. Perpanjangan ini dilakukan dengan catatan melihat hasil monev yang dilakukan oleh tim,” jelasnya.

“BRIN juga memberikan bantuan riset kepada seluruh peserta DBR, dengan syarat sudah menyelesaikan mata kuliah proposal riset tanpa harus diseleksi, dengan melampirkan transkip nilai. Nilai bantuan ini sebesar Rp6 juta untuk S2 dan S3 sebesar Rp9 juta,” imbuh Febrianti.

Dikatakannya, BRIN saat ini memiliki lima mitra universitas luar negeri dan 13 universitas dalam negeri dengan status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), yakni setiap universitas memiliki hak otonom untuk menyusun program DBR sendiri. Untuk 18 universitas ini sudah dilakukan perjanjian kerja sama dengan BRIN.

Persyaratan

Persyaratan peserta DBR dijabarkan Febrianti, yaitu PNS dan non ASN/SDM lainnya, yang sudah melakukan kolaborasi dengan periset BRIN dan wajib mengikuti penelitian di BRIN. Lulus seleksi perguruan tinggi S2/S3, rekomendasi Kepala Unit Kerja, persetujuan proposal riset dimana wajib disetujui dan ditandatanggani Kepala Pusat Riset maupun pihak promotor kampus dan co-promotor BRIN, serta mendaftar melalui https://byresearch.brin.go.id/.

Selain peserta DBR, pembimbing pendamping juga harus memenuhi persyaratan. Di antaranya kualifikasi S3, berasal dari kelompok riset BRIN yang sebaiknya satu pusat riset dengan peserta sehingga memudahkan komunikasi, memiliki kesesuaian bidang dengan peserta, menjamin keberlangsungan kegiatan riset baik dari sisi pembiayaan maupun dari risetnya, persetujuan proposal riset, memiliki publikasi internasional dan Scopus dengan H-index minimal 3 serta mendapatkan persetujuan dari pembimbing utama.

“Co-promotor  wajib memiliki syarat Scopus dengan H-index minimal 3 karena untuk output program DBR ini lebih tinggi dari pada yang reguler. Diharapkan co-promotor dapat membimbing bagaimana menyusun strategi ataupun proposal/jurnal riset untuk peserta DBR,” jelasnya.

“Untuk peserta DBR dari SDM manajemen, co-promotornya boleh dua, salah satunya boleh H-indexnya 2. Mungkin tidak sama persis kepakarannya tetapi masih dalam lingkup yang sama,” ujar Febrianti.

Peserta juga harus menyiapkan dokumen persyaratan pendaftaran diantaranya KTP, dokumen bukti kelulusan (LOA), surat pengantar dari Kepala Unit Kerja, surat rekomendasi dari Kepala Unit Kerja, surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing utama (promotor), surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing pendamping (co-promotor), surat pernyataan kesediaan menyelesaikan studi tepat waktu, meng-uploadproposal riset, form isian biodata, form isian biodata pembimbing utama dan pendamping serta ijazah dan transkip nilai.

DBR memiliki jadwal pelaksanaan yang dibagi menjadi dua gelombang (batch). Batch pertama dilaksanakan pada semester ganjil yakni dari tanggal 2 Januari hingga 15 Juli, untuk pendaftaran di aplikasi dan pengumuman hasil seleksi pada minggu ke 4 Juli. Sementara untuk batch kedua dilaksanakan pendaftaran melalui aplikasi pada tanggal 16 juli sampai 15 Desember dan pengumuman hasil seleksi pada minggu keempat Desember.

“Untuk saat ini kami sudah berusaha untuk mengsinkronkan jadwal dengan pihak kampus. Kami menyarankan bapak/ibu yang berminat dapat mendaftar di gelombang awal sehingga pengumumannya lebih awal dan tidak ada kendala untuk memperoleh pendanaan,” kata Febrianti.

Dalam kesempatan ini, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan, program DBR dapat memberikan pencerahan bagi periset, bagaimana melanjutkan studi lebih baik, khususnya program S2 dan S3.

“Sebagai periset harus mempunyai peran dan kontribusi kepada institusi, di antaranya untuk menghasilkan invensi di bidang masing-masing. Kemudian meningkatkan kualitas dan keunggulan institusi sehingga tercapai apa yang menjadi tujuan strategis institusi,” katanya.

Ratno berharap secara nasional periset dapat berkolaborasi, sehingga dapat membantu menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, meningkatkan kemandirian bangsa, dan daya saing secara nasional. Serta berperan dalam komunitas periset berupa kontribusi ilmiah dan pengembangan iptek. (esw, ls/ed: adl, tnt)

Sumber:

Artikel di web BRIN :

https://www.brin.go.id/news/113762/program-degree-by-research-dukung-sivitas-brin-lanjutkan-studi-di-universitas

Youtube BRIN Indonesia Webinar ORNAMAT #31 : https://www.youtube.com/watch?v=Xu7sc0yf

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Seminar Proposal Mahasiswa Tingkatkan Kolaborasi Riset BRIN dan Universitas

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka saling memahami riset masing-masing, baik antar mahasiswa dan para periset, Pusat Riset Teknologi Polimer (PRTP) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengadakan seminar untuk seluruh mahasiswa Praktik Kerja Lapang (PKL) ataupun Tugas Akhir (TA) bagi jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3. Acara ini diselenggarakan di Gedung 460 Ruang Serbaguna, pada Selasa (13/06) secara luring.

Kepala PRTP, Joddy Arya Laksmono, menjelaskan mengapa disebut sebagai Seminar Proposal Riset Para Mahasiswa.

Pertama, sebagai sarana komunikasi ilmiah baik antara mahasiswa dengan pembimbingnya, dan mahasiswa dengan sivitas periset yang ada di polimer (PRTP). Kita di sini semua bekerja secara kolektif dengan penggunaan peralatan penggunaan bahan, ujar Joddy.

Kedua, mengetahui bahwa mahasiswa telah melakukan diskusi dengan para pemimpinnya khususnya pembimbing dari polimer. Kita berharap menjalin komunikasi yang intens antara mahasiswa dengan pembimbing, harapnya.

Ketiga, mengetahui bahwa mahasiswa telah memahami rencana kerja. Hal ini berkaitan juga dengan diskusi dengan para pembimbing juga safety induction, sebelum mahasiswa masuk ke dalam laboratorium.

Keempat, saling memahami riset yang dilakukan antar mahasiswa. Kita melakukan riset di sini secara rapid (cepat), sehingga kalau tidak memahami riset yang satu dengan yang lain, khawatirnya tidak terjadwal dan terjadi friksi di dalam laboratorium, saling mengklaim peralatan, dan sebagainya, itu yang harus kita hindari, kata Joddy.

Kelima, saling memahami riset yang dilakukan antara mahasiswa dengan para periset di PRTP. Joddy menyampaikan bahwa saling memahami itu penting mengingat beberapa riset, topiknya mirip, sehingga bahan-bahanya juga hampir sama.

Keenam, membuka peluang kolaborasi lebih lanjut. Menurut Joddy kegiatan seminar ini perlu ditindaklanjuti kedepannya ke arah kita kerja sama lebih lanjut. Hasil riset mahasiswa yang memberikan kontribusi secara signifikan, bisa melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi asalnya, ungkapnya.

PRTP mempunyai 4 Kelompok Riset yaitu Polimer Komposit, Polimer Fungsional, Polimer Sintesis, serta Polimer Hijau dan Berkelanjutan. Joddy mengharapkan nanti dalam satu kelompok riset selain ada para periset yang memang berada di dalam kelompok riset tersebut, juga nanti ada para peserta mobilitas periset (post doctoral, visiting researcher/visiting professor, research assistant, serta para peserta degree by research).

Selain itu juga nanti di dalam kelompok riset ada mahasiswa baik PKL maupun TA dari jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3. 

Jadi semua kompeten ada di situ (jenjang D-4, S-1, S-2, serta S-3) untuk membentuk iklim ekosistem riset agar berkembang. Kemudian bagi para koordinator kelompok riset, tolong agar para mahasiswa dapat diajak ke dalam agenda weekly meeting, untuk melihat progres dari setiap kegiatan yang dilakukan baik periset maupun mahasiswa, ajak Joddy.

Khusus mahasiswa yang bekerja di PRTP nanti akan ada seminar proposal dan seminar hasil. Kita akan melihat progres yang merupakan bagian dari proses bagaimana memonitoring, proses pembimbingan para periset di polimer terhadap mahasiswanya. Kemudian bagaimana mengetahui sejauh mana para mahasiswa mengalami pekerjaannya, dan hasil ke depannya seperti apa, paparnya.

Mahasiswa baik PKL maupun TA ini sebetulnya juga mempunyai keuntungan untuk bisa mendaftar sebagai bantuan riset talenta (BARISTA) di BRIN. Mahasiswa bisa mendaftar oleh pembimbingnya dalam pendanaan riset dan pada program BARISTA, yang merupakan pemberian bantuan untuk UKT (uang kuliah tunggal) kepada mahasiswa aktif tingkat akhir, untuk menyelesaikan tugas akhir (TA) di kelompok riset BRIN, ungkap Joddy.

Lebih lanjut Joddy menerangkan, BRIN memiliki fungsi untuk kolaborasi global, sehingga dalam hal tertentu untuk mahasiswa yang memang berkolaborasi di pusat riset yang ada di BRIN, seperti menyediakan semacam insentif.

Harapannya bahwa para mahasiswa bisa melakukan kegiatan lebih mandiri dan lebih terarah. Agar nanti para pembimbing dari pusat risetnya lebih fokus untuk bisa membimbing para mahasiswanya, harap Joddy.

Untuk itu, Joddy pun berharap seminar ini kita bisa lebih memahami dan banyak memberikan masukan juga khususnya kepada para mahasiswa bagaimana proses yang harus ditepuh selama melakukan riset di PRTP.

Pada kesempatan tersebut, Reihan Tegar dari Politeknik STMI Jakarta mengungkapkan bahwa di sini dapat teman-teman baru dari jurusan lain seperti kimia murni, teknik kimia. Kami bisa lebih prepare di kampus, karena bisa belajar banyak dari BRIN maupun planning yang biasa dari pemaparan, sehingga lebih mengetahui kekurangannya, terangnya Raihan.

Muhammad Arjuna Putra Agung dari Politeknik STMI Jakarta menyatakan pembimbing dalam memberikan arahan kepadanya dan teman-temannya, general secara merata. Lalu fasilitas alat-alat di BRIN sangat mendukung untuk kegiatan penelitiannya.

Kami harapkan BRIN bisa menjadi suatu wadah untuk mahasiswa ke depan yang akan melakukan riset selanjutnya, harapnya.

Senada dengan kedua rekannya, Rinette Visca dari Program Doktor S-3 Universitas Indonesia merasakan banyak mendapat input dalam seminar proposal diantaranya banyak mengetahui uji mekanik, sifat-sifat bahan, dan teknologi yang dipakai. Kegiatan ini menambah referensi saya dalam melakukan riset  dan bisa menemukan kekuatan dan kelemahan dmasing-masing dari riset, jelasnya. (hrd/ ed: adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/113027/seminar-proposal-mahasiswa-tingkatkan-kolaborasi-riset-brin-dan-universitas

Categories
Riset & Inovasi

Cerita Peserta Kegiatan 5 Hari BRIN-LDE Academy

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan tiga univesitas Belanda LDE (Leiden, Delft, dan Erasmus) mengadakan acara yang dilaksanakan selama lima hari (31 Oktober – 4 November 2022), yang terdiri dari kuliah, workshop, field trip, pertemuan, dan diskusi.

Sebagai peserta yang mempunyai ambisi yang tinggi, tentu mempunyai masukan maupun harapan besar ke depannya pada BRIN-LDE Academy. Bagaimana pengalaman mereka, ilmu apa yang didapat, apa yang bisa membantu mereka, apakah ada potensi kerja sama baik dari BRIN atau pun dari akademisi universitas di Indonesia? Berku

Pada kelas Smart Cities and Digital Transitions, peserta Rahman Priyatmoko, Pusat Riset (PR) Kewilayahan – BRIN mengatakan pelaksanaan BRIN-LDE Academy 2022 sudah berjalan dengan baik dengan dijalankan secara mandiri oleh PR Kependudukan. Waktu diskusi dengan para pengajar karena ada beberapa acara yang sifatnya seremonial yang menurutnya kurang perlu. 

“Misalnya di hari ketiga ada audiensi dengan LDE yang memanfaatkan program IPSH, yang waktunya bisa lebih digunakan untuk memaksimalkan diskusi mengenai paper yang kita tulis. Atau ouput yang ingin dicapai harus lebih jelas,” jelasnya. 

“Manajemen waktunya harus perlu diperhatikan, seperti dikurangi acara-acara seremonial pada program Academy lima hari ini,” ujar Priyatmoko atau Moko.

Moko mengungkapkan bahwa ada beberapa peserta yang ingin belajar di luar negeri, baik di Belanda maupun di negara Eropa lainnya. “Untuk itu sangat perlu untuk berlatih bagaimana cara berkomunikasi dengan pengajar dari luar negeri, sehingga jadi mengetahui gaya mereka seperti apa,” kata Moko. 

“Kemudian kita berlatih juga berbicara dalam Bahasa Inggris dan mungkin bahasa asing lainnya. Hal ini menjadi feedback bagi BRIN sendiri untuk program Bahasa Inggris bagi penelitinya,” imbuhnya.

“Kalau kita bekerja sama dengan peneliti dari luar maka proposal dari bisa jadi contoh karena kita belum mempunyai kemampuan yang sama dan kita berbeda tingkatannya antar para peneliti,” tambahnya.

Moko berharap agar program ini terus dilaksanakan secara rutin maka akan lebih bagus. 

Menurutnya, untuk riset tergantung dengan metode yang digunakan, tidak masalah digunakan di Indonesia atau pun di luar negeri. “Metode itu sifatnya universal, mau menggunakan metode A di tempat di mana saja tidak masalah, untuk perbedaan riset tidak ada masalah antara periset Indonesia dengan luar negeri,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa para peserta ikut ke acara Academy dengan membawa paper dan selama di sini peserta harus membentuk tim untuk menyusun proposal. “Dari proposal yang kita susun ini, kerja kelompok itu, berkaitan dengan komunitas atau kelompok khusus dan teknologi selama pandemi kemarin,” jelas Moko.

Sementara pada kelas Health in the City, peserta Nur Aliyah, PR Pendidikan mengatakan BRIN-LDE Academy 2022 menyenangkan. “Karena kita dapat pengetahuan baru dari fasilitator dalam negeri dan luar negeri. Kita bisa menambah jejaring dengan bertemu banyak peneliti dari luar BRIN. selain itu untuk lokasinya dan penjajar sudah bagus,” terangnya.

Baginya, acara selama lima hari untuk proposal writing dirasa kurang, tetapi untuk program pertama kali sudah bagus. “Untuk ke depannya bisa ditingkatkan lagi dan pendalaman yang lebih dalam lagi karena di sini kita diberikan banyak ilmu,” ucap Nur. 

“Di kelas, kami mengerjakan topik tentang Health in the City. Saat ini kami diminta untuk membuat proposal yang rencanakan untuk diajukan ke Rumah Program IPSH (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora) – BRIN. Untuk kerja samanya kita bertemu dengan teman baru dari luar BRIN seperti dari Kementerian, Universitas, dan Universitas dari luar negeri,” tuturnya

Fitri Arlinkasari, Dosen Fakultas Psikologi, Universitas YARSI Jakarta, memiliki kesan sangat positif dengan program Academy karena sekarang trennya di Indonesia sedang sangat berkembang dan juga sedang menggalakkan kolaborasi dengan lintas institusi, lintas disiplin ilmu, sehingga ia merasa kegiatan ini bisa memfasilitasi semua kebutuhan kolaborasi tersebut.

“Menurut saya dalam penyelenggaraan bisa lebih fokus. Panitia bisa lebih membuat pemetaan pada minat-minat yang berpartisipasi di sini, sehingga ketika dikelompokkan dalan satu diskusi sudah bisa lebih jelas dan terarah mau ke mana ide-ide tersebut bisa diartikulasikan dalam bentuk proposal atau pun artikel,” terang Fitri. 

“Dalam riset, kita sama-sama mempunyai target yang kurang lebih mirip, peneliti dari luar pun termotivasi untuk bisa terpublikasi di jurnal-jurnal terindeks Scopus. Kita punya satu goal yang sama untuk bekerja sama berarti goal kita satu. Itu hal yang positif dalam berkolaborasi,” lanjutnya.

Lebih lanjut Fitri menjelaskan bahwa kita sudah pada tahap yang sama baik peneliti dalam negeri maupun penelit luar negeri sama-sama mengapresiasi keunikan lokal masing-masing. “Kita tidak lagi berbicara bahwa good practice dari luar bisa juga diterapkan di Indonesia, tetapi kita juga mempunyai keunikan atau kelebihan masig-masing yng bisa menunjang pengembangan dalam negeri sendiri juga,” ucap Fitri.

“Penelitian tidak ada lagi bahwa negara ini lebih baik dari negara lain, tetapi sudah pada sikap bisa  mengembangkan dengan cara kita sendiri,” tambahnya. 

Kemudian dari segi akses database, menurut Fitri pemerintah masih perlu memberikan kemudahan akses bagi para penelitinya untuk akses jurnal berbayar. “Saya sendiri merasakan waktu kuliah di luar ngeri untuk aksesnya luar biasa banyak dan sangat mudah, sehingga kita mau menulis artikel pun juga sangat terfasilitasi dengan akses tersebut,” cakapnya.

Ia pun berpesan mudah-mudahan kedepannya baik BRIN maupun pemerintah secara umum dapat menyediakan akses yang lebih baik.

Pada kelas Urban Diversity, peserta Tatang Rusata, PR Masyarakat dan Budaya – BRIN mengatakan acara ini sangat menarik karena  di acara ini kita terbuka kolaborasi yang tidak hanya peneliti dari BRIN baik berbeda pusat riset, berbeda organisasi riset, kemudian dengan universitas, tetapi juga peneliti-peneliti dari luar negeri, terutama dari negara-negara Eropa karena di LDE Academy ini tidak hanya dari Belanda juga dari negara Eropa lainnya.

Tatang berharap agar acara ini bisa dijadikan suatu acara yang rutin baik satu tahun atau dua tahun sekali. “Acara ini terjadi kolaborasi, juga menambah skill kita dalam hal penelitian, termasuk tema-tema kontemporer yang bisa kita dapatkan dengan adanya interaksi dengan para peneliti Indonesia, dan terutama foreign researcher,” ujarnya.

“Kita bisa berperan di penelitian tingkat global, acara ini terbuka membuat jejaring selain dari dalam negeri juga dengan peneliti-peneliti dari luar negeri,” imbuhnya. 

Dalam acara BRIN-LDE Academy  2022, ada program membuat artikel, sehingga semakin terbuka untuk diterbitkan artikel di jurnal internasional 

Tatang mengusulkan bagaimana keberlanjutan acara ini, karena sudah membuat proposal. “Untuk acara BRIN-LDE Academy 2022, kita tidak diwajibkan untuk membuat proposal, karena untuk membuat proposal masih membutuhkan waktu yang lama,” ungkapnya. 

Tatang pun berharap pelaksanaan BRIN-LDE Academy 2022, terbuka kemungkinan proposal ini akan membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan peneliti lain.

Peserta Hastangka, PR Pendidikan – BRIN mengatakan kegiatan ini penting sekali khususnya karena: Pertama, untuk mengembangkan kapasitas peneliti (SDM Iptek) di Indonesia baik peneliti internal BRIN, di luar BRIN seperti Universitas, peneliti yang sifatnya independen, menjadi proses-proses penting penguatan kapasitas peneliti di Indonesia karena kita belajar atau saling memahami konteks tema-tema riset yang berkembang di negara atau kawasan kita-kita, dan tiga universitas di Belanda: Leiden, Delft, dan Erasmus.

“Kita bisa mempelajari para peneliti Eropa itu seperti apa dalam membangun ide, gagasan, kemudian tema-tema yang dirumuskan, current issue yang diangkat sehingga kita saling belajar dan memahami ,” ungkap Hastangka atau Has.

Kedua adalah kita belajar bagaimana cara menulis artikel akademik yang dapat diterima oleh konsumsi internasional. “Hal ini selalu – terus menerus kita mencoba mempelajari dan melihat tren-tren dan perkembangan penulisan dan karya tulis akademik yang dapat diterima di komunitas internasional itu seperti apa dalam konteks isi, tema, judul, kemudian cara menulisnya,” tegasnya.

Ditambahkan olehnya ada poin bisa mengenal dengan peneliti satu dengan yang lain dari berbagai pusat riset maupun dari berbagai perguruan tinggi, termasuk peneliti dari luar negeri. 

“Nah, ini yang menjadi proses-proses penting bagaimana membangun kolaborasi, tetapi kolaborasi kita tidak hanya nasional juga internasional. Ini menjadi peran penting SDM Iptek kita untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas untuk memajukan pengetahuan dan kualitas riset di Indonesia,” jabarnya. 

“Kami mendapatkan interaksi secara intensif tidak secara umum, tetapi kami bisa mendapatkan diskusi satu per satu dari para peneliti dan kami berinterkasi satu dengan yang lain,” kesan Has.

“Keberlanjutan dari program ini akan seperti apa dan bagaimana kebijakan-kebijakan akan diterapkan, dan interaksi antar peneliti internasional dan nasional itu akan seperti apa model dan formatnya,” pesannya.

Dirinya berharap apa yang peserta tulis harusnya bisa diterbitkan dan dipublikasikan dengan pendampingan tuntas. “Tidak sekedar kami dapat masukan dan komentar yang pernah kami ajukan dan kami tulis, tetapi harus sampai produk akhir publikasi apakah itu dalam bentuk buku, prosiding, artikel jurnal. Ini harus dapat kepastian dari penyelenggara bahwa kita bicara product knowledge harus ada wujud kongkrit dari kegiatan ini, yakni produksi pengetahuan lewat publikasi agar menjadi angkah awal menjadi contoh kepada program-program berikutnya,” urai Has. 

“Tidak sekedar interaksi, tetapi  ada produk yang kongkrit yang nanti para peserta bawa pulang untuk dibaca kembali,” jelasnya.

Pada kelas Sustainable Cities and Energy, peserta Priya Alfarizki Baskara, Arsitektur Universitas Indonesia mengatakan program ini merupakan hal yang menarik dan bukan berangkat dari akademisi karena ini suatu hal yang baru serta peluag yang luar biasa karena untuk biayanya hampir tidak ada. “Mungkin ini suatu langkah dari negara untuk mencoba membuat kolaborasi dari dari tiga universitas di Belanda, yaitu Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University Rotterdam,” ujarnya.

Bagi Priya ini menarik bisa ada kerja sama mendapat perspektif lain dari orang-orang Eropa dalam akademis itu sendiri. 

“BRIN-LDE Academic 2022 merupakan program akademik awal, jadi program ini sudah baik dari segi waktu dan penyelenggaraan,” ujarnya.

“Untuk perwujudan dari hasil kerja sama mungkin tidak hanya berhenti di atas kertas, mungkin bisa diaplikasikan, bisa menjadi saran pemerintah, dan bentuk penyampaian aspirasi ke industri, dan sebagainya,” saran Priya.

Dalam program ini Priya melakukan riset tentang ‘Material Berkelanjutan’ yaitu mencoba menginvestigasi terkait karbon pada material beton itu dengan pendekatan biomimetik. Ia melakukan diskusi dengan meminta feedback atau dari kasusnya. (hrd/ ed. adl)