Kampung Teuweul, Destinasi Wisata Edukatif Lebah Madu

Kota Bogor yang terletak tak jauh dari ibu kota Jakarta, sudah lama menjadi destinasi wisata bagi para pelancong. Terdapat sejumlah lokasi yang menawarkan wisata kuliner, wisata alam, wisata pendidikan, dan wisata belanja. Namun selain itu, kota Bogor mempunyai potensi wisata alternatif berupa aneka Kampung Tematik dengan keunikan masing-masing. 

Salah satu destinasi Kampung Tematik yang dapat dijadikan pilihan bagi wisatawan adalah Kampung Teuweul. Di tempat ini dikembangkan budidaya lebah madu tanpa sengat yang disebut lebah Trigona. Kampung Teuweul berada di RT1/ RW 05, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.  Cukup mudah untuk mengunjungi Kampung Teuweul ini. Jarak dari pusat kota sekitar 4,5 km, dari Stasiun Bogor 4 km, dan terminal Merdeka 3,5 km.

Dalam rangka penjajakan untuk pengembangan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, penulis dan staf yang berasal dari Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta, IPB, staf Bappeda, serta staf dari beberapa Dinas Kota Bogor berkunjung ke Kampung Teuweul pada Selasa (17/5). Kami diterima dengan sangat ramah oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Gunadi, juga timnya yang berseragam hijau cerah.  

Gunadi menyampaikan bahwa nama Kampung Teuweul diberikan oleh pihak Kelurahan Sindang Barang, pada Februari 2022, dengan diterbitkannya SK Kepala Desa Sindang Barang pada area kavling Panorama. Area ini merupakan komplek perumahan asri yang terdiri dari 115 kepala keluarga (KK).

Menurutnya, kualitas madu yang dihasilkan di Kampung Teuweul tidak kalah dengan jenis madu lainnya. “Arti teuweul adalah lebah madu yang tidak menyengat, dan madu Trigona ini mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan madu Aphis,” ujar Gunadi.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, Tim Pokdarwis menata lingkungan, mempersiapkan warga, serta menyiapkan program wisata edukatif.   Salah satu kegiatan penting yang dilakukan adalah menanam.

“Kavling-kavling yang belum dibangun, yang semula semak atau kebun kurang terawat, ditanami  dengan beragam tanaman yang diperlukan dalam budidaya lebah madu. Dari berbagai jenis tanaman berbunga dan tanaman penghasil getah,” tuturnya.   

Kondisi lingkungan Kampung Teuweul cukup asri, yaitu diapit oleh Sungai Cisadane dengan sempadan sungai berupa vegetasi  yang menghijau. Di sini terdapat juga kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan budidaya  sayuran organik. Pepohonan bambu serta pohon lain yang tumbuh di daerah lereng yang membatasi kampung ini. 

Beberapa kebun yang semula tidak rapi telah berubah menjadi kebun asri dengan beragam jenis tanaman bunga. Pada jam siang hari, terlihat lebah Trigona yang kecil-kecil menghampiri bunga-bunga yang bermekaran.

Lebih lanjut Gunadi menerangkan beberapa jenis tanaman berbunga yang utama dan jenis tanaman penunjang, yang bermanfaat untuk mendukung keberhasilan produksi madu.

“Sebelum dikembangkan Kampung Teuweul, di kavling Panorama telah ada produsen madu yang sudah cukup lama dikenal, yaitu Bapak Mahani. Beliau telah dikenal sebagai pakar madu yang tidak saja dikenal di tingkat nasional, juga di negara-negala lain,” ucapnya. 

Berikutnya beberapa orang turut mengembangkan budidaya madu, selain Gunadi dengan kebunnya yang cukup luas, 1300 m2, ada pula bapak-bapak lainnya. Produk yang telah dihasilkan beberapa pengusaha madu antara lain madu dan propolis.

Pengembangan budidaya lebah madu yang dilakukan di Kampung Teuweul adalah menempatkan 20 stuff, yakni koloni lebah dalam kandung kayu. Stuff diletakkan di pekarangan warga yang berminat dan berkomitmen untuk melakukan budidaya lebah madu. 

Sistem stuff atau koloni lebah tersebut adalah dipinjamkan kepada warga. Setelah panen dua kali yang  dilakukan oleh Tim Pengelola Kampung Wisata Teuweul, koloni lebah akan menjadi milik warga.  Melalui sistem ini, diharapkan semakin banyak warga kampung Teuweul yang ikut berpartisipasi memelihara lebah Trigona.

Pada saat kunjungan, peserta diajak melihat beberapa lokasi produsen madu dan melihat kologi yang ada di pekarangan warga.  Pada salah satu area lebah madu, dijelaskan oleh pemiliknya, Agus, bahwa selain jenis tanaman yang diperlukan lebah Trigona, ia menanam lemon. 

“Tanaman lemon berbuah lebat dengan hasil buah yang sangat baik, karena lebah-lebah mungil tersebut  membantu penyerbukan pada tanaman lemon,” ungkap Agus. 

Pada kesempatan tersebut, di kampung Teuweul tampak beberapa ibu yang sedang berjemur menghangatkan badan di sekitar kebun dengan aneka tanaman bunga. Menurut mereka, warga juga bersemangat mendukung kampung wisata dan mulai menanam beragam jenis bunga. Maka tak heran lingkungan di Kampung Teuweul begitu asri.

Bagi Gunadi yang berpengalaman bekerja di sektor pariwisata, sebenarnya sudah cukup lama menginginkan pengembangan kampung wisata di Kavling Panorama. Pada saat pandemi covid-19, kesibukan dirinya menurun, sehingga bisa fokus merencanakan pengembangan kampung tematik ini.

“Beberapa alasan perlu dikembangkan Wisata Edukatif Lebah Madu antara lain karena ada potensi di kavling Panorama, yaitu telah ada beberapa produsen madu.  Terdapat cukup banyak lahan, sekitar 8000 m2, yang dapat ditanami bunga-bungaan dan jenis tanaman lain,” urainya.

Demi menyiapkan Kampung Teuweul sebagai destinasi wisata alternatif yang banyak manfaat, Gunadi dan tim terus bekerja tanpa lelah. Melalui sosialisasi ke pimpinan tingkat kelurahan hingga tingkat kota dan bekerja sama dengan komunitas yang mendukung seperti KWT.

Secara bertahap,  berbagai  kegiatan  terus dilakukan untuk  terwujudnya Kampung Teuweul yang diidam-idamkan. “Hal ini sebagai upaya kami meningkatkan ekonomi masyarakat, serta memberikan edukasi yang bermanfaat untuk berbagai kalangan,” pungkasnya. (tb/ ed: adl)