Tangerang Selatan – Humas BRIN. Tahun 2025 ditetapkan oleh UNESCO sebagai ‘Tahun Kuantum’. Hal ini menjadi momentum dimulainya perkembangan teknologi global.
Indonesia dengan jumlah sumber daya manusia yang besar, memiliki potensi untuk menjadi pelopor dalam bidang teknologi kuantum.
Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ratno Nuryadi, menekankan pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi era teknologi kuantum.
“Teknologi kuantum bukan hal yang asing, dengan dukungan dari pemerintah kita bisa mengejar perkembangan teknologi kuantum dan menyambut era kuantum 2.0,” ungkap Ratno, pada Focus Group Discussion dan Seminar bertajuk Quantum Readiness, “Science, Technology, & Innovation Policy”, di Gedung Graha Widya Bhakti, Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Tangerang Selatan, Selasa (24/9).
Acara ini bertujuan membahas strategi kesiapan Indonesia dalam menghadapi perkembangan teknologi kuantum yang semakin pesat.
Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN M. Hamzah Fauzi menjelaskan, perkembangan riset kuantum di Indonesia dan potensi manfaatnya di berbagai sektor, seperti komunikasi, kesehatan, dan keamanan data.
“BRIN punya posisi ideal menjadi jembatan penghubung untuk menciptakan pengembangan teknologi kuantum di masa depan, act now or never,” ujar Hamzah.
Dalam pertemuan tersebut, Direktur Pendidikan Tinggi dan Iptek Bappenas RI Andri N.R. Mardiah menyampaikan, pentingnya peran iptek dan inovasi dalam pembangunan nasional. Menurut Andri, iptek dan inovasi menjadi ujung tombak untuk menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas.
“Perlu adanya kebijakan yang mendukung riset dan pendidikan tinggi untuk mendorong inovasi dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi iptek untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Ahli Kebijakan Sains & Teknologi Bappenas RI Yanuar Nugroho memaparkan, pentingnya kebijakan yang adaptif dalam mendukung riset dan pengembangan teknologi, seperti prioritas kebijakan transfer teknologi dan kolaborasi industri.
Ia menyoroti perlunya prioritas research & development kuantum dengan alokasi dana khusus. Selain itu, prioritas kebijakan lainnya mengenai pengembangan sumber daya manusia, seperti beasiswa internasional dan kurikulum kuantum.
“Selanjutnya, prioritas kebijakan menyangkut infrastruktur riset, dan tentu saja transfer teknologi dan kerja sama industri, sehingga, inovasi dapat diimplementasikan secara nyata,” urai Yanuar.
Kemudian, Direktur Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran BRIN R. Mohammad Subekti menggarisbawahi peran dan fungsi BRIN. Selain sebagai institusi pelaksana riset dan inovasi, juga memberikan dukungan kebijakan berbasis riset dan inovasi kepada Kementerian/Badan dan Pemerintah Daerah, serta memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional. Tentu saja, penguatan infrastruktur riset dan inovasi dalam mendukung pengembangan teknologi kuantum di Indonesia.
“BRIN berkomitmen menyediakan fasilitas yang memadai dengan one stop station online dengan layanan ELSA,” katanya.
Acara Quantum Readiness ini dapat memicu kolaborasi lebih lanjut antara lembaga riset, pemerintah, dan industri, dalam menyusun kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi kuantum. Dengan langkah ini, Indonesia diharapkan dapat bersaing di kancah internasional dalam penguasaan teknologi masa depan. (sm/ ed: adl, tnt)
Tautan:
https://brin.go.id/news/120796/potensi-indonesia-jadi-pelopor-di-bidang-teknologi-kuantum