Tangerang Selatan – Humas BRIN. Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan elemen penting dalam proses riset, karena berfungsi sebagai wadah untuk mendokumentasikan, menganalisis, dan menyebarluaskan hasil penelitian kepada komunitas ilmiah maupun masyarakat luas.
Pada praktiknya, periset dituntut untuk dapat menghasilkan output riset yang aplikatif dan harus dapat menghasilkan KTI. Oleh karena itu, periset harus dapat mempergunakan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk penggunaan waktu yang lebih efektif dan efisien.
Beberapa faktor yang menyebabkan periset membutuhkan waktu cukup lama dalam pembuatan KTI di antaranya adalah kesulitan menyusun ide secara sistematis, kurangnya pemahaman terhadap metodologi penulisan, kesulitan dalam analisis data hingga minimnya akses ke literatur atau referensi.
Menanggapi kendala yang kerap ditemui oleh periset tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) Kota Tangerang Selatan dan PPI Provinsi Banten, menggelar webinar ORNAMAT edisi ke-58 dengan tajuk “Pengenalan Bibliometric dan Artificial Intelligence untuk Kegiatan Riset dan Penulisan Artikel Ilmiah”, pada Selasa (26/11).
Hadiyawarman dari Pusat Riset Material Maju BRIN selaku pembicara pada webinar ini, menyatakan bahwa bibliometric dan artificial intelligence (AI) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh periset untuk memudahkan dalam kegiatan riset dan penulisan KTI.
Secara spesifik, Hadiyawarman menyebutkan bahwa bibliometric review adalah pendekatan yang menggunakan analisis bibliometric untuk meningkatkan kualitas literature review. Analisis bibliometric adalah metode ilmiah yang digunakan untuk menganalisis kuantitatif data bibliografi, seperti jumlah kutipan serta kolaborasi antar penulis.
“Bibliometric review dapat membantu periset untuk mengidentifikasi tren, pola, dan publikasi yang berpengaruh dalam suatu bidang, serta melihat sejauh mana literatur yang telah diterbitkan,” jelasnya. Selain itu penggunaan bibliometric review juga dapat mempermudah identifikasi penelitian, pemahaman tentang topik tertentu, serta mengidentifikasi celah penelitian yang perlu dipelajari lebih lanjut
Pada tahapan selanjutnya, hasil dari penggunaan bibliometric review dapat dikombinasikan dengan penggunaan AI seperti ChatGPT. “Dengan cara kerja Reinforcement Learning with Human Feedback, ChatGPT merupakan alat dengan tingkat akurasi, serta kalkukasi dan kualitas pemecahan masalah yang tinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjabarkan bahwa ChatGPT dengan kemampuannya untuk mengikuti instruksi dengan baik, dapat dipergunakan oleh periset sebagai asisten dalam konteks menghasilkan teks yang kreatif dan koheren.
“ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk redaksional penulisan layaknya asisten, namun periset tetap harus bertanggung jawab terhadap substansi tulisan secara penuh,” pesan Hadiyawarman. (rm/ ed: adl, aps)
Tautan: