Categories
Perhimpunan Periset Indonesia Riset & Inovasi

PPI Kota Tangerang Selatan Ajak Unpam Kolaborasi Riset

Tangerang Selatan – Humas PPI. Pengurus Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) Kota Tangerang Selatan melakukan silaturahmi ke Universitas Pamulang 2 (Unpam Viktor), Tangerang Selatan, pada Jumat (26/05). Pertemuan rapat ini  selain untuk menyambung lagi silaturahmi Himpenindo (Himpunan Peneliti Indonesia) dulu, juga mencari potensi kerja sama, serta menambah pengurus dari aktivis dosen.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua PPI Tangsel, Wakil Sekretaris PPI, Anggota Sekretaris, dan Humas PPI, serta Wakil Rektor dan Humas Unpam Tangerang Selatan.

Ketua PPI Tangsel, Agus Sukarto W menyampaikan, sebelumnya tahun 2021 masih Himpenindo, sudah ada Memorandum of Understanding (MoU) antara Unpam dengan Himpenindo.

Dirinya memaparkan bahwa PPI dibentuk oleh para periset pada 21 Desember 2021 yang merupakan kelanjutan dari Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) dan Himpunan Perekayasa Indonesia (Hiperindo). “PPI menaungi 11 jabatan fungsional (jabfung), sehingga menjadi organisasi profesi dari 11 jabfung yang dikelola dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi instansi pembinanya,” ujar Agus.

Sebagai instansi pembina, BRIN mengoordinasikan 11 jabatan fungsional, yang terdiri dari Peneliti, Perekayasa, Teknisi Penelitian dan Perekayasaan, Analis Pemanfaatan Iptek, Analis Data Ilmiah, Penata Penerbitan Ilmiah, Analis Perkebunrayaan, Teknisi Perkebunrayaan, Kurator Koleksi Hayati, Pengembang Teknologi Nuklir, dan Pranata Nuklir.

Agus berharap dapat membangun kembali silaturahmi, kemudian membuat suatu aktifitas. “Kami berharap bisa bersama-sama dengan komunitas periset dan dosen dalam aktivitas organisasi profesi,” ajak Ketua PPI Tangsel.

“Termasuk memasukan unsur dosen di pengurusan, supaya aktivitasnya itu lebih terlihat maksudnya apa yang dibutuhan?,” terangnya.

“Kemudian untuk dosen-dosen sendiri, untuk dalam jangka waktu dekat ini apa yang bisa mereka kembangkan?  Silakan, nanti kita pikirkan bersama. Dosen-dosen yang aktif kita ajak diskusi, lalu kita create,” jelas Periset Material Maju BRIN.

Wakil Sekretaris PPI Hanies Ambarsari mengatakan kita membuat pusat kolaborasi riset (PKR). “Jadi dana untuk PKR buat semacam FGD, atau bersama-sama mengadakan konsinyasi untuk publikasi, penyusunan proposal internasional antara periset BRIN dengan dosen-dosen. Dengan syarat ada kerja sama dulu,” ungkap Hanies.

“Fasilitas di BIRN itu bisa dimanfaatkan sebanyak-banyaknya bukan hanya segelintir orang,” tambahnya.

Agus selanjutnya menyampaikan bahwa PPI bisa untuk aktivitas bersama, sekaligus mengembangkan komunitas dosen. “Kita buat working group supaya targetnya jelas ke sana. Kemudian dalam pertahun dapat mengukur capaian seperti publikasi, paten, dan lisensi pastinya,” kata Agus.

Dalam pertemuan tersebut Wakil Rektor 4 Unpam, Dewi Anggraeni, mengatakan bahwa di setiap program studi wajib melaksanakan seminar internasional, workshop, dan sebagainya.

Warek Unpam pun berharap terkait sistem yaitu terkait sistem Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), akreditasi lab, visiting professor, visiting lab tour, dan sebagainya. “Jadi antara PPI Tangsel dan Unpam bisa saling berkolaborasi,” pungkasnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Atasi Permasalahan Transplantasi Tulang dengan Teknik Pelapisan Material Implan

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Tingginya mobilitas manusia dalam beraktivitas sehari-hari memungkinkan timbulnya risiko, salah satunya kecelakaan yang berdampak pada patah atau cedera tulang. Untuk penanganan jaringan tulang tersebut secara medis dapat dilakukan dengan metode cangkok atau transplantasi tulang (bone graft). Di dunia kedokteran, material implan yang banyak digunakan untuk pemulihan tulang adalah hidroksiapatit (HA).

Perekayasa dari Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nendar Herdianto menjelaskan sifat rekonstruksi termal dari material nonegraft Mg-doped Hidroksiapatit, pada forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT seri 26, Selasa (28/03).

Nendar mengatakan secara kimia, hidroksiapatit yang terbentuk dari anorganik 65-70%, mirip dengan tulang dan 70 – 80% mirip dengan gigi. “Material ini bahkan sangat mirip dengan tulang dan gigi vertebrata, sehingga mengapa banyak digunakan sebagai bone graft,” ujarnya.

Menurutnya, hidroksiapatit banyak digunakan karena memiliki sifat biokompatibilitas (bersesuaian dengan tubuh manusia) dan bioaktivitas (sifat biologis seperti merangsang pertumbuhan sel tulang baru), yang sangat baik, tetapi masih dapat ditingkatkan karakteristiknya dengan penambahan dopant. “Contohnya menggunakan perak (Ag) yang bisa meningkatkan sifat antimikrobialnya  (kemampuan membunuh mikroba). Kemudian Selenium (Se) yang dapat meningkatkan anti kanker,” sebutnya.

Nendar mengatakan, riset yang dilakukan bersama timnya berfokus pada magnesium (Mg) yang merupakan salah satu dopant hidroksiapatit, yang dapat meningkatkan proliferasi dari osteoblas (salah satu sel tulang) dan memiliki sifat antimikrobial.

“Hidroksiapatit (HA) mempunyai sifat biokompabilitas sehingga bisa digunakan sebagai coating material pada daerah interface antara implan dengan tulang, sehingga bisa meningkatkan oseokonduktif (salah satu contoh sifat bioaktif untuk merangsang pertumbuhan sel tulang baru) atau bounding antara implan dengan tulang. Selain itu bisa meng-coating implan gigi pada bagian akar yang ditanam pada tulang untuk meningkatkan daya cengkram dari implan,” terang lulusan S-1 IPB Fisika tersebut.

“Untuk diimplankan, ada metode coating menggunakan hidroksiapatit pyroprocessing. Metode pyroprocessing memanfaatkan temperatur tinggi 800 derajat celcius, sehingga bisa mengubah struktur dari material,” tambahnya.

Nendar menjabarkan, pada suhu tersebut  800 derajat celcius, terjadi transformasi fasa HA menjadi fasa lain. Pada pemanasan yang lebih tinggi, mentransformasi lagi menjadi material atau fasa lain yang tidak diinginkan.

“Hal ini menjadi penting untuk bisa mengetahui perilaku material HA ketika dipanaskan. Misalnya dalam proses coating HA, mempelajari bagaimana perilaku HA pada saat dipanaskan di suhu tinggi, dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah,” ulasnya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, keberadaan Mg dapat menurunkan suhu transformasi TCP, dapat menurunkan titik lebur kalsium fosfat, serta meningkatkan suhu transformasi dari beta-TCP ke alfa-TCP.

“Dari sifat rekonstruksi termal dengan fasa 0%, pada saat sebelum dipanaskan memang fasanya HA semua. Saat dipanaskan 1000 derajat celcius itu sebagian kecil tertransformasi menjadi beta-TCP dan ini tidak masalah, karena kadang diinginkan,” kata jebolan magister Material Sains UI.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Fotonik, Isnaeni menyampaikan agar dalam webinar ini, diharapkan akan muncul kolaborasi dan mengenal satu sama lain periset-periset di dalam ORNM maupun di luar.

“Dalam acara ini, periset, praktisi, akademisi, dan industri  kolaborasi terjalin, serta menguatkan iklim riset, sehingga riset-riset kita semakin berkembang. Tidak sendiri-sendiri risetnya,” harapnya.

“Jadi periset yang di sana bisa berkoraborasi, untuk bagian yang ini untuk riset saya, dan sebagainya. Sehingga kita terus mengadakan ORNAMAT ini sebagai sarana untuk kita sounding ke teman-teman periset sendiri khususnya, dan umumnya kepada masyarakat umum periset lain,” tutup Kepala Pusat Riset Fotonik. (hrd/ed:adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/112131/atasi-permasalahan-transplantasi-tulang-dengan-teknik-pelapisan-material-implan

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Sepakati Kerja Sama dengan PT HMI untuk Riset Ekstraksi Bahan Logam

Jakarta – Humas BRINPeriset Badan Riset dan Inovasi Nasional terus melakukan inovasi dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan riset. Kerja sama ini penting untuk menghilirkan dan memaksimalkan potensi riset, khususnya yang berbahan baku lokal.

Seperti yang dilakukan pada Senin (27/3), telah dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pusat Riset Material Maju, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN dengan PT Hydrotech Metal Indonesia (PT HMI) di kantor pusat BRIN Jakarta.

PT HMI adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyimpanan energi dan teknologi pertambangan, terkait ekstraksi logam seperti nikel, cobalt dan mangan untuk menjadi prekursor baterai lithium. Oleh karena itu, dengan meningkatnya kebutuhan baterai pada kendaraan listrik yang sejalan dengan kebijakan pemerintah, kerja sama ini akan melakukan optimalisasi ekstraksi dari bahan-bahan tersebut.

Kepala Pusat Riset Pertambangan, Anggoro Tri Mursito menyampaikan, pihaknya dari kelompok riset material berkelanjutan dan recycling, akan fokus pada riset dari hulu ke hilir.

“Kerja sama dengan PT HMI terutama  untuk recovery metal sulfat dengan inovasi teknologi ekstraksi nikel STAL (Step Temperature Acid Leach), bisa dikembangkan lebih lanjut dan menghasiltan temuan, invensi, maupun inovasi baru, sehingga bisa mendapatkan kekayaan intelektual yang bisa dilisensikan dan dikomersialisasikan, serta dimanfaatkan untuk industri pertambangan Indonesia yang lebih baik,” tutur Anggoro.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT HMI Widodo Sucipto menyampaikan harapannya, dengan kerja sama tersebut bisa memanfaatkan teknologi yang dikembangkan BRIN, memotong proses-proses bisnis yang tidak menguntungkan, sehingga akan didapatkan biaya yang lebih murah.

“Kita harus mampu memanfaatkan semua sumber daya alam (metal) yang dimiliki Indonesia, oleh putra-putra bangsa, yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia,” ujar Sucipto.

Sementara Tenaga Ahli Utama Dewan Pengarah BRIN Surat Indrijarso yang turut hadir pada acara tersebut, menyampaikan arahannya tentang pentingnya mematenkan hak kekayaan intelektual hasil karya para periset dan hilirisasi hasil-hasil riset, sehingga membawa dampak positif yang bisa dirasakan masyarakat. “BRIN telah menjalin komunikasi dengan Kemenkumham, untuk mempermudah proses pengakuan hak-hak kekayaan intelektual periset tersebut,” jelas Surat. (jp/ed:adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/112102/brin-sepakati-kerja-sama-dengan-pt-hmi-untuk-riset-ekstraksi-bahan-logam

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Strategi Komersialisasi Hasil Riset dan Inovasi, dari Lab ke Industri

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Jumlah kekayaan intelektual (KI) yang didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) setiap tahunnya terus bertambah. Namun, banyak dari KI tersebut yang belum termanfaatkan oleh industri dan masyarakat. Hilirisasi atau komersialisasi hasil riset menjadi tantangan yang perlu mendapat perhatian, agar keberlanjutan riset terus berjalan.

Pemanfaatan atau komersialisasi hasil riset menjadi bahasan utama pada forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT Seri #24 yang dihelat secara daring, Selasa (28/02).

Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Material Maju – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sekaligus pendiri PT Nanotech Indonesia Global yang telah go public, Nurul Taufiqu Rochman, berbagi pengalaman upaya komersialisasi produk riset dan inovasi masuk ke dalam dunia industri.

Sebagai entrepeneur dalam bidang bidang nanoteknologi, Nurul yang mengantongi 40 paten, 100 paper internasional, dan 180 paper nasional ini menyampaikan pengalaman, tips dan trik bagaimana membawa berbagai hasil riset untuk berkolaborasi dengan stakeholder dunia industri hingga komersialisasi hasil riset dan inovasi atau penelitian dan pengembangan.

Pada paparannya, Nurul menjelaskan, inovasi merupakan serangkaian proses mulai dari identifikasi permasalahan dalam kehidupan melalui litbang hingga menyelesaikan masalah tersebut. “Inovasi muncul melalui penciptaan  produk, layanan, atau jasa yang memiliki nilai kebaruan dan ekonomi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Inovasi hasil riset bisa membuat loncatan dari basic riset ke komersil,” ungkapnya.

Nurul yang pernah menerima berbagai penghargaan internasional termasuk Habibie Award menerangkan bahwa tantangan riset berada pada komersialisasi hasil riset. “Logika dasar inovasi adalah basic research-applied research-development-commercialization. Pada umumnya riset masih berada pada level basic, maka tantangan terbesar adalah hilirisasi dan komersialisasi,” ucapnya.

Dijelaskan Nurul, tahapan komersialisasi hasil riset bisa dimulai dengan pendaftaran HKI ke paten. “Tujuan utama paten bukan untuk komersial. Tujuannya untuk melindungi hasil litbang yang baru dan bermanfaat, mengukuhkan kepemilikan negara dan pengakuan terhadap peneliti serta bisa dijadikan jaminan, saluran pengetahuan yang bebas akses bagi publik, menjadi indikator luaran lembaga litbang dunia, menjadi mosaik rekam jejak hasil kerja peneliti,” ungkap profesor riset ini.

Hasil Litbang ke Dunia Industri

Di dalam sebuah lembaga riset, bagi Nurul, mutlak diperlukan center for innovation yang membawa hasil litbang ke dunia industri. “Center for innovation ini memiliki dua aktivitas utama, yaitu alih teknologi untuk yang sudah ada industrinya, dengan kegiatan seperti promosi inovasi teknologi, valuasi HKI serta ekspos teknologi atau temu bisnis, dan inkubasi teknologi dengan kegiatan seleksi dan identifikasi teknologi, valuasi HKI, serta pendampingan kegiatan pra inkubasi,” paparnya.

Lebih lanjut, Nurul menjelaskan kesulitan membawa hasil riset ke masyarakat dan industri. “Di antaranya mekanisme alih teknologi belum banyak diketahui, belum ada pedoman dan mentor yang mumpuni, peneliti tidak memiliki jiwa teknopreneur serta regulasi dan kebijakan yang belum mendukung,” sebutnya.

Menurut Nurul, ada dua cara untuk melakukan valuasi dan validasi hasil riset untuk bisa dibawa ke industri. “Cara pertama yaitu valuasi teknologi secara teknik, Technology Readiness Level, didasarkan pada kesiapan teknologi dari produk alat hasil litbang sebelum dimanfaatkan oleh pengguna. Kedua yakni validasi komersial, secara ekonomi, Commercialization Readiness Level, didasarkan pada bukti-bukti produk hasil litbang, sesuai dengan permintaan pengguna,” ulasnya.

Nurul menjelaskan bagaimana praktik dan model komersialisasi hasil litbang. “Model pertama, langsung ke industri, dengan MoU, pada pola ini  peneliti kurang diuntungkan, karena hanya bersifat transfer teknologi. Model 2, peneliti menjadi pengusaha, mencari investor melibatkan tiga pihak, yakni inventor, pengguna dan investor. Model 3, membangun pusat inkubasi, industri membuat  start up yang dikelola bersama. Model 4, peneliti bersama teknopreneur mendirikan industri start up,” jabarnya.

Nurul menegaskan bahwa untuk membawa hasil riset kepada dunia industri, agak sulit bagi peneliti untuk berjalan sendiri, harus membutuhkan mitra strategis (strategic partner). “Manajemen modern saat ini membutuhkan pendamping yang kita kenal dengan start up sebagai mitra. Fungsi mitra adalah mencari dana pendamping untuk melewati the death of valley komersialisasi hasil litbang,” katanya.

“Kemudian pada tahun berikutnya, diharapkan startup menemukan private sector untuk mendapatkan pendanaan pendamping, selain yang berasal dari public sector dengan output berupa contoh produk yang teruji pasar, market captive, bisnis berjalan, dan punya rencana bisnis,” jelas Nurul yang bersama timnya sukses membangun 18 perusahaan start up.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menilai forum pertemuan ilmiah kali ini sangat menarik, karena sebelumnya ornamat banyak membahas riset skala lab. “Topik kali ini menarik, bagaimana membawa hasil riset dari lab ke industri. Semangat membuat ekosistem riset yang lebih baik khususnya di ORNM dan BRIN serta Indonesia dalam skala luas,” ujar Wahyu.

“Pada akhirnya kita berharap semua aktivitas riset ini bisa membuat ekonomi RI bisa maju dan bisa merasakan manfaat, tidak hanya pada stakeholder yang melakukan riset dan inovasi, namun juga bagi teman-teman di luar yang belum tersentuh efek baik dari riset dan inovasi yang kita lakukan. Perlu dipikir ulang apa yang sudah dilakukan, riset dan inovasi tidak hanya sebatas terhenti pada memenuhi angka kredit. Aktivitas riset dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekonomi yang bisa membawa kesejahteraan bersama,” pungkas Wahyu. (jp/ed:adl,pur)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Bahas Nanomaterial dan Manfaatnya

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Potensi pemanfaatan nanoteknologi terus berkembang melalui riset sains dan rekayasa. Melalui pemanfaatan nanoteknologi, fungsi atau nilai tambah dari suatu bahan atau material dapat meningkat. Nanoteknologi dapat diaplikasikan dalam berbagai produk, seperti kesehatan, energi, dan elektronik.

Guna meningkatkan kepakaran bidang nanoteknologi khususnya nanomaterial, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dengan Dewan Inovasi Nanoteknologi Iran atau Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC), menggelar lokakarya dengan tema “Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications”, Kamis (23/02).

Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan, kegiatan workshop ini menjadi forum untuk membahas topik-topik riset terkait nanoteknologi. “Dengan workshop ini kita dapat saling mengenal apa yang kita lakukan sekarang, dan ini juga dapat diperluas untuk membahas kemungkinan kerja sama antara peneliti Iran dan BRIN Indonesia,” ungkapnya.

“Kami berharap dalam workshop ini, kami juga dapat mendiskusikan topik penelitian match-making yang dapat dikolaborasikan dan bermanfaat bagi kami di masa depan. Saya pikir kita bisa mulai dari pemikiran kecil, misalnya kolaborasi hanya dalam 3-4 topik penelitian tetapi ini akan menjadi kolaborasi penelitian yang nyata,” imbuh Ratno.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menyampaikan teknologi nano saat ini berkembang dengan cepat dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sains dan teknik. “Teknologi nano diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi manusia di masa kini dan masa depan. Salah satu bidang aplikasi dari teknologi nano adalah di bidang energi  dan penyimpanan energi,” ucap Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan beberapa ruang lingkup riset yang sedang dilakukan di PRMM antara lain, material fungsional dan komposit cerdas, konversi energi dan penyimpanan material, material struktur dan industri, teknologi permukaan dan pelapisan, material magnetik dan spintronik, material superkonduktor, dan material biokompatibel.

Perwakilan dari NCL Lab, Sharif University Technology Iran Nima Taghvinia memaparkan topik “Inorganic Nanoparticle Hole Transporting Materials for Perovskite Solar Cells, dengan kekhususan fabrikasi dan peningkatan sel surya perovskite.

Menurut Nima, hal penting terkait nanoteknologi yakni lapisan nanopartikel dapat dioptimalkan sebagai material hole-transporting yang ideal untuk sel surya perovskite. “Hole-transporting nanopartikel anorganik ditambah elektroda karbon membentuk elektroda pengumpul lubang yang stabil untuk sel surya perovskite, namun diperlukan lebih banyak kontrol pada sintesis dan pelapisan antar muka,” jelasnya.

Masih dengan topik nanomaterial untuk energi, Mir F. Mousavi dari Department of Chemistry, Tarbiat Modares University, Tehran-Iran menyampaikan topik “Nanostructured Materials for Energy Conversion and Storage”. Dalam paparannya Mousavi menyampaikan bahwa timnya telah menyiapkan beberapa bahan aktif elektroda yang menunjukkan kinerja penyimpanan energi yang unggul.

Berikutnya, Alimorad Rashidi dari Research Institute of Petroleum Industry menyampaikan tentang Carbon Based Nanomaterials for Energy and Enviromental Application.

“Keuntungan dari bahan nanokarbon untuk aplikasi energi dan lingkungan yaitu struktur pori yang luas, stabil secara kimiawi, keragaman bentuk struktur, kemampuan modifikasi dan penyesuaian porositas, ketersediaan berbagai metode preparasi, ketersediaan berbagai prekursor untuk penyiapan bahan karbon, serta berbagai aplikasi misalnya penyimpanan gas dan hidrokarbon,” urai Rashidi.

Dalam acara yang sama, Alireza Moshlegh dari Departemen Fisika, Universitas Teknologi  Syarif, Iran memaparkan terkait nano-fotokatalisis dalam pembangkit energi bersih dan remediasi lingkungan. Lebih lanjut, Alireza menjelaskan prinsip-prinsip katalisis, pembuatan hidrogen melalui pemisahan air fotoelektrokimia, fotodegradasi pewarna/obat dan fotokatalisis simultan. “Energi surya sangat penting dan harus ditekankan karena ini merupakan  energi bersih,” sebutnya.

Ika Kartika Kepala Pusat Penelitian Metalurgi BRIN menampilkan  materi “Nanomaterial untuk Aplikasi Kesehatan”. Dalam paparannya Ika menyampaikan bahwa PRM memilik empat Kelompok Riset (KR) yakni KR Baja dan Paduan Khusus, KR Teknologi Korosi dan Mitigasi, KR Metalurgi Ekstraksi, serta KR Paduan Non-ferro dan Komposit Matriks Logam.

“Kegiatan  yang sedang dilakukan PRM saat ini Pembuatan Nanopartikel ZnO dengan Penambahan Cu dan Sn untuk Aplikasi Fotokatalitik dan Anti bakteri, Pengembangan Porous Titanium Untuk Aplikasi Ortopedi, dan Paduan Magnesium dan Aplikasinya sebagai Bahan Implan Bioresorbable,” ulas Ika.

Sementara Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju menjelaskan bahwa pengembangan riset bahan nanokatalis di Pusat Riset Kimia Maju, BRIN saat ini berfokus pada penelitian dan pengembangan kimia anorganik terkait sintesis, modifikasi dan desain senyawa kimia anorganik untuk kemo dan biosensor, penelitian yang berkaitan dengan sistesis, modifikasi dan pengembangan katalisis dan fotokatalisis, chemurgy dan teknologi proses kimia.

“Tujuan penelitian ini terutama yang memiliki manfaat dan potensi dan mencari solusi ilmiah terhadap permasalahan nasional yang sangat sering berkaitan dengan bidang kimia, misalnya dalam peristiwa atau fenomena yang menyangkut bahan kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya, yang memerlukan identifikasi senyawa kimia atau jika terjadi kesalahan persepsi publik terhadap suatu produk pada pasar,” ungkap Yenny. (esw,jp,ls/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Tingkatkan Kolaborasi Internasional Riset Nanoteknologi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Berdasarkan hasil studi, kolaborasi internasional mengambil peran penting dalam mengembangkan nanoteknologi. Data kolaborasi internasional menunjukkan bahwa hasil paten nanoteknologi meningkat. Seperti di negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa, ada yang membuka kolaborasi dengan terbuka ataupun secara selektif.

Perwakilan dari Departemen Farmakologi/Toksikologi, Universitas Ilmu Kedokteran Tehran, Iran Mahmoud Ghazi-Khansari, menjabarkan alasan keselamatan dijadikan pertimbahan dalam penyusunan peraturan, baik secara nasional maupun internasional. “Jika Anda melakukan pencarian di salah satu mesin pencari Anda seperti google, sampai dengan kemarin Anda dapat menemukannya lebih dari 200 juta situs data nanoteknologi, dan dari ini sekitar 62 situs utama yang terkait dengan keamanan nanoteknologi dan jika anda melihatnya secara global investasi pada teknologi ini semakin tinggi dan diperkirakan mencapai 228 miliar,” kata Mahmoud pada Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications secara virtual, Kamis (23/02)..

“Saat ini publikasi tentang keamanan ada sekitar 28 publikasi, sebanyak 60% peduli dengan kesehatan manusia dan kemudian 12% tentang lingkungan. Sebenarnya setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekhawatirannya dan di sini temui kemungkinan masalah, untuk itu diperlukan standarisasi.  Saat ini Indonesia  dan saya telah menjadi anggota tim di ITC 229, ke depannya akan diatur kolaborasi dalam hal seperti yang saya sebutkan 10% dari standar ISO telah dikembangkan,” imbuh Mahmoud.

Kepala Pusat Fotonik BRIN, Isnaeni, menyampaikan topik penting yang perlu diangkat dalam workshop  yaitu  pemanfaatan laser untuk membuat berbagai jenis partikel nano. “Dengan menggunakan bantuan laser, maka proses sintesis partikel nano menjadi sangat mudah, cepat dan tidak membutuhkan banyak bahan kimia seperti pada proses sintesis yang lain. Partikel nano yang sudah dicoba dibuat dengan teknik laser ablasi dan ion reduksi ion antara lain partikel nano emas, perak, zinc, quantum dot, karbon dot dan masih banyak lagi,” ungkap Isnaeni.

Ia menambahkan bahwa fasilitas laser ini terbuka untuk kolaborasi. “Fasilitas laser yang tersedia di BRIN adalah laser pulsa Nd:YAG dan laser pulsa femto detik yang merupakan satu-satunya laser femto detik yang ada di Indonesia. Semua fasilitas laser ini terbuka untuk umum melalui jalur kolaborasi riset,” ucap Isnaeni.

Kemudian Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, menjelaskan sumber daya peneliti yang eksis serta berbagai riset yang tersedia di pusat risetnya. “Kelompok riset kami ada Theoritical High-Energy Physics, Experimental High-Energy Physics, Quantum Metter Theory, Quantum Simulation, dan Quantum Devices and Technology,” sebutnya.

“Pada pusat riset fisika kuantum, minat riset awal yaitu fisika yang bersifat  teori dan komputasi, perhitungan ab inisi, struktur elektronik, termoelektrik, sifat optik, interaksi materi cahaya, dan spektroskopi,” terangnya.

“Jika menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum, kita dapat memprediksi, menjelaskan, dan mensimulasikan sifat-sifat nanomaterial yang menjadi penopang dari berbagai teknologi kuantum di masa depan, seperti komputer kuantum hingga kriptografi,” ulas Ahmad Ridwan dalam paparannya tentang Efficient Simulation of Quantum Many-Particle System Using Classical Computers.

Dalam acara yang sama, Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN, Anggoro Tri Mursito, menyampaikan bagaimana pengembangan juga kesiapan industri pertambangan dalam negeri, khususnya pada riset dan inovasi.

Anggoro mengatakan, PR Teknologi Pertambangan terdiri dari 6 kelompok riset antara lain eksplorasi pertambangan, teknologi praktik pertambangan, pengelolaan dampak pertambangan, pengolahan mineral, logam dasar dan logam mulia, serta pengolahan mineral bukan logam, batuan dan batubara. “Dari enam kelompok riset, khususnya pada keahlian geologi, geofisik, teknik pertambangan, maupun lingkungan dan juga teknik kimia, dan masih banyak lagi,” ujar Anggoro.

Teknologi pertambangan juga ada beberapa kegiatan pengolahan sumber sekunder antara lain e-waste, limbah industri pertambangan, pertambangan perkotaan. “Kami telah menggunakan mineral processing technology dalam produk prekursor senyawa logam berharga, untuk bahan baku baterai kendaraan listrik, magnet, sensor, fortifikasi makanan, dan material canggih lainnya,” kata Anggoro.

Teknologi Pertambangan juga mempunyai teknologi untuk pengolahan nikel laterit menjadi nikel pig iron (NPI) dengan memanfaatkan host blast temperature. “Dan satu lagi, beberapa mahasiwa juga sukses untuk produk nano iron yang sebagian besar dari nano ion serta nano nikel yang berasal dari laterit. “Ada beberapa aplikasi dari produk semacam ini, maka pada masa mendatang beberapa riset pada beberapa mahasiswa juga akan terus berlanjut,” ujarnya. (hrd,mfn,esw/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Tingkatkan Kapasitas SDM melalui Kolaborasi Riset Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kolaborasi riset global. Salah satu strateginya adalah dengan mendorong SDM periset untuk bersekolah tinggi hingga pascadoktoral di universitas luar negeri, yang memiliki kerja sama dengan BRIN.

Pada acara hari kedua BRIN-Victoria Scientific Forum, Rabu (22/02), perwakilan dari manajemen dan periset BRIN serta perwakilan universitas dari negara bagian (state) Victoria Australia, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, dan The University of Melbourne, membahas riset energi, engineering, manufaktur, nanoteknologi, serta antariksa.

Direktur Manajemen Talenta BRIN, Arthur Ario Lelono menyampaikan bahwa BRIN melakukan strategi eksplorasi untuk menggaet negara bagian Victoria yang memiliki beberapa kampus. “Kita coba targetkan. Contoh kemarin dari Monash University serta Deakin University. Biasanya kita dengan kampus satu per satu, sekarang melakukan strategi menggaet pemerintah Victoria State untuk support beberapa kampus,” ungkapnya.

“Pada dasarnya, rencana kita untuk mengeksplorasi, tetapi tidak hanya mencari mahasiswa S2-S3, tetapi lebih banyak cenderung kolaborasi riset jangka panjang,” imbuh Arthur.

Menurutnya, kelima kampus di Victoria, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, The University of Melbourne, Deakin University, dan Monash University, memiliki keunggulan keilmuan masing-masing.

“Saat ini di antara yang lima universitas, baru dimulai Swinburne University of Technology, ada delapan mahasiswa BRIN yang sudah kita kirim ke sana dan sudah beberapa yang publikasi. Swinburne University of Technology sekarang menyiapkan pembaharuan MoU dengan BRIN. Termasuk ditambah empat kampus ini,” ulas Arthur.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Koordinator Rumah Program ORNM, Agus Sukarto Wismogroho, mewakili Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN. Ia menyampaikan bahwa acara ini bisa menjadi kolaborasi antara BRIN, terutama di ORNM dengan negara bagian Victoria untuk bekerja sama terkait bidang ilmiah. “Kerja sama terkait scientific bisa melalui sekolah dengan pengiriman peneliti-peneliti baru yang belum S2-S3 untuk bersekolah ke sana, serta joint research,” ujar Agus.

Dirinya menjelaskan untuk anggaran dapat diperoleh melalui program seperti DBR dari Direktorat Manajemen Talenta BRIN. “Siapa pun baik ASN maupun non ASN dari kelompok riset atau pun mahasiswa bisa mendaftar. Bagi peminat dapat bersekolah di Victoria State dengan satu pembimbing dari sini (Indonesia) dan satu pembimbing dari sana (Victoria State) hingga selesai,” kata periset dari Pusat Riset Material Maju ini.

“Tema-temanya berkaitan dengan kebutuhan periset di Indonesia (ORNM), seperti bidang material terkait solar sel, atau simulasi, dan sebagainya tinggal disesuaikan dengan yang di sana (Victoria State),” ucapnya.

Dalam acara yang sama, salah satu peserta dari dari Pusat Riset Fotonik,  Jalu Ahmad Prakosa mengungkapkan bahwa forum ini sangat menarik karena mempertemukan para periset BRIN dengan para ahli dan profesor dari universitas di Victoria.

“Saya ingin mencari supervisor untuk melanjutkan program S3 saya, yaitu di negara Australia, karena kualitas pendidikannya bagus, untuk melanjutkan karier saya, untuk meningkatkan kolaborasi internasional, yaitu Australia dengan BRIN,” terang Jalu.

Baginya, kegiatan ini sangat baik dalam membantu link and match antara periset dan profesor yang sesuai. “Kalau kita sendiri sebagai periset cari info di website kemudian kirim e-mail itu lebih sulit direspon. Tetapi di atas payung institusi BRIN ini, bisa mempermudah serta bisa langsung saling berkomunikasi dengan para profesor dari Universitas Victoria di Australia,” lanjut Koordinator Kelompok Riset Kontrol dan Pengukuran Presisi.

“Semoga di tahun selanjutnya, terus diperkuat sehingga critical mass dari para periset BRIN bisa meningkat, dengan lebih banyak yang doktoral sehinga capaian BRIN akan semakin meningkat dan kolaborasi internasional semakin kuat ke depannya,” pungkasnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan UPSI Malaysia Wujudkan Kolaborasi Riset Dua Negara

Tangerang Selatan – Humas BRINSebagai institusi riset pemerintah di Indonesia, nama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bergaung juga ke negeri seberang. Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia, pada Senin dan Selasa (13-14/02), mendatangi KST BJ Habibie BRIN Serpong untuk  menjajaki peluang kerja sama riset dengan BRIN, khususnya Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) serta Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM).

Direktur Manajemen Talenta – Kedeputian Sumber Daya Manajemen Iptek (SDMI) BRIN, Arthur Ario Lelono, yang turut hadir pada acara tersebut, mengatakan bahwa BRIN mempunyai program-program yang selaras dengan UPSI. “BRIN membuka selebar-lebarnya kerja sama khususnya dengan kampus negeri ataupun swasta baik di dalam maupun dari luar negeri, periset atau penggiat riset dari komunitas dan industri, untuk mensinergikan kegiatan riset di Indonesia, sekaligus membangun SDM,” ungkapnya.

Salah satu kerja sama yang paling potensial menurutnya adalah peningkatan kompetensi periset. “Tentunya kami di Kedeputian SDMI BRIN, mempunyai tugas ataupun kewajiban yang sama dengan teman-teman dari perguruan tinggi, bagaimana menyiapkan SDM unggul,” tegas Arthur.

Kolaborasi peningkatan kompetensi periset BRIN dan UPSI antara lain melalui program mobilitas periset dan post doctoral, yang sejalan dengan program manajemen talenta BRIN. Oleh karena itu, pada agenda kali ini, UPSI dan BRIN merealisasikan penandatanganan Letter of Intent (LoI). 

Deputy Vice Chancellor Research & Innovation UPSI, Suriani Abu Bakar, menyampaikan bahwa BRIN dipandang sebagai lembaga riset yang prestisius. “UPSI memberikan kesempatan kepada periset-periset dari Indonesia termasuk BRIN untuk berkolaborasi membangun komunitas periset dan peningkatan SDM yang relevan,” jelasnya.

Sementara Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan keinginannya agar kerja sama antara BRIN dan UPSI bisa berjalan. “Kerja sama ini akan segera diwujudkan dengan komunikasi yang lebih intens, dan diharapkan pada awal Maret 2023 sudah bisa terealisasi,” ujarnya.

Selama dua hari, tim UPSI berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas laboratorium di KST BJ Habibie dan bediskusi dengan kelompok riset di Pusat Riset Teknologi Polimer, Pusat Riset Fotonik, Pusat Riset Material Maju, Pusat Riset Metalurgi, serta Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi.

Dari diskusi yang berlangsung antara BRIN dengan UPSI, dicapai kesepakatan awal yang akan ditindaklanjuti, yakni untuk kegiatan riset dengan topik Graphene-based Conductive Ink, Microplastic, Biopolymer, dan Sensor.

Sebagai informasi, universitas yang baru saja merayakan 100 tahun berdirinya ini, adalah salah satu universitas negeri terkemuka di Malaysia. Kampus  ini menawarkan 100 program sarjana, pascasarjana, doktoral dan jenjang spesial. UPSI masuk dalam daftar universitas terbaik di Malaysia. Universitas ini memiliki beberapa fakultas di antaranya bahasa, seni dan musik, ilmu kognitif dan pengembangan manusia, sains dan teknologi, teknologi informasi dan komunikasi, bisnis dan ekonomi, ilmu olahraga, serta ilmu sosial dan humaniora. (jp/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan University of Ulsan Korea Sepakat Tingkatkan Kolaborasi Riset

Jakarta – Humas BRIN. Dalam mengembangkan riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, diperlukan strategi kolaborasi riset dari berbagai pemangku kepentingan. Antara lain lembaga riset pemerintah dengan pihak akademisi-industri. Dalam upaya memformalisasi kerja sama legal dua pihak, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Ulsan (UOU) Korea menandatangani Letter of Intent (LoI) di Ruang Jirap, Lt. 3, Gedung BJ Habibie (10/01).

BRIN yang diwakili oleh Kepala Pusat Riset Kimia Maju, Yenny Meliana, menyepakati tiga buah LoI. Yaitu dengan Department of Chemistry University of Ulsan terkait kerja sama di bidang aktivitas riset di bidang kimia, Total-Period Analysis Center for Ulsan Chemical Industry University of Ulsan dalam kerja sama bidang analisis kimia, dan Chemical Industry Research Institute University of Ulsan untuk kerja sama di bidang riset industri kimia.

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN, Haznan Abimanyu, menyampaikan bahwa kerja sama dengan UOU ini sebenarnya sudah diinisiasi sebelumnya.

“Tahun lalu ketika saya berkunjung ke University of Ulsan sekitar bulan Juli, saya bertemu dengan beberapa profesor dan saat ini dilanjutkan dengan postdoc dari BRIN yang ada di sana, sehingga lahirlah kerja sama yang sekarang ini ditandatangani, meskipun bukan kerja sama dalam bentuk perjanjian kerja sama atau MoU, itu menjadi bekal kita untuk melanjutkan kerja sama yang lain,” ungkapnya.

Haznan berharap LoI BRIN dan UOU di bidang kimia ini bisa berlanjut ke depannya. “Harapannya tentu kerja sama ini bukan yang terakhir, tetapi menjadi awal kerja sama dari berbagai bidang, kalau sekarang hanya chemistry atau kimia, tetapi bisa menjadi bidang-bidang lainnya,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Mila Kencana, menerangkan bahwa kerja sama BRIN dengan University of Ulsan, rencana Memorandum of Understanding (MoU) atau payung kerja samanya, akan ditandatangani oleh Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi (PRI) BRIN.

“Kerja sama ini akan memberikan kontribusi untuk kedua belah pihak, diketahui Ulsan cukup leading terkait riset dengan industri atau kimia dan engineering science, karena infonya juga mereka juga pemegang paten Hyundai,” ujar Mila.

Melalui kerja sama ini ia berharap akan munculnya kolaborasi. “Harapannya kolaborasi ini bisa memberikan manfaat, khususnya untuk peneliti muda di BRIN untuk bisa belajar dengan profesor di Ulsan, juga adanya kolaborasi yang konkrit, baik dari capacity building ataupun join project dengan Ulsan ke depannya,” tuturnya.

Sementara Youngil Lee dari Chemical Industry Research Institute dan Total-Period Analysis Center for Ulsan Chemical Industry University of Ulsan mengucapkan terima kasih atas inisiasi BRIN yang telah mengundang pihaknya untuk kerja sama. Apalagi kampusnya sudah berpengalaman di Korea memiliki program kerja sama antara akademisi dan industri.

“Kami sangat senang atas kolaborasi ini. Semoga kolaborasi ini bisa dilanjutkan lebih lanjut dalam bentuk kerja sama legal lebih lanjut, agar ada benefit yang bisa dirasakan kedua belah pihak,” ucap Lee.

Senada dengan hal tersebut, Sangkook Woo dari Department of Chemistry UOU sangat terbuka dengan program yang ingin diajukan oleh pihak BRIN, karena sebelumnya sudah ada inisiasi dari BRIN seperti simposium internasional dari alumni UOU dan visitasi riset.

Woo menawarkan apabila pihak BRIN ingin melakukan kegiatan bersama dengan mahasiswa Indonesia diaspora yang ada di UOU. “Silahkan jika BRIN ingin melakukan promosi kepada mahasiswa di sana agar nantinya mereka bisa juga berkarir di BRIN,” katanya.

Selain acara penandatanganan LoI tersebut, diadakan sesi presentasi antara BRIN dan UOU. Ada pula sesi diskusi terkait skema kolaborasi riset BRIN atau Ulsan, seperti program doktoral, pasca doktoral, visitasi riset, ataupun pendanaan riset. Hadir dalam acara tersebut periset BRIN yang berasal dari PR Kimia Maju – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), PR Teknologi Hidrodinamika – OREM, PR Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (OREM), serta  Pusat Riset Mekatronika Cerdas – OR Elektonika dan Informatika (OREI). (adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Dukung Mitra Industri Luncurkan Produk Inovasi Baja Ringan Zinium Diverson

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan dukungan terhadap perkembangn industri baja di Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko pada acara peluncuran produk zinium diverson di main hall Garuda-Heritage ICE BSD City, Rabu (16/11).

“BRIN turut mendukung penyediaan produk bahan baja ringan. Kami berharap keberadaan laboratorium teknik pengujian BRIN dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak industri,” kata Handoko.

Dalam kesempatan tersebut Handoko memberikan sertifikat dukungan produk inovasi zinium diverson kepada Direktur Utama PT Sunrise Steel. Sementara Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayanto memberikan pemaparan capain hasil pengujian produk uji dari BRIN.

Pada acara peluncuran produk tersebut, juga dilakukan penandatanganan kerja sama dalam bentuk Letter of Intent (LoI) antara PT Sunrise Steel dengan  BRIN. Penandatanganan kerja sama LoI tersebut diwakili oleh Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Ratno Nuryadi dan  Direktur Utama PT Sunrise Steel Henry Setiawan selaku.

Direktur utama PT Sunrise Steel, Henry Setiawan mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan peluncuran produk bahan baja ringan pertama dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah. “Sejak perusahaan berdiri di tahun 1978, kami berupaya memasarkan lapisan alumunium seng dengan harga terjangkau dan  memiliki masa pakai lebih panjang,” ungkap Henry.

Turut pula hadir dari Osman Semesta Susilo, Wakil Direktur MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia), yang memberikan penganugerahan MURI kepada PT Sunrise Steel atas rekor yang dipecahkan, yakni perusahaan pertama yang memproduksi bahan baja ringan dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah.                                               

Sebagai tanda peluncuran produk, dilakukan pemukulan gong yang oleh Direktur Utama PT Sunrise Steel didampingi Kepala BRIN menandakan produk zinium diverson resmi dipasarkan. (mfn/ ed: adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110885/brin-dukung-mitra-industri-luncurkan-produk-inovasi-baja-ringan-zinium-diverson