Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Aktivitas Tambang Nikel di Morowali, Periset BRIN Kaji Dampaknya terhadap Kualitas Air Sungai

image alt

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti Kelompok Riset Eksplorasi Pertambangan, Pusat Riset Teknologi Pertambangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Razzaaq Al Ghiffari mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan pada area pertambangan nikel, ditinjau dari aspek hidrologi, di Morowali, Sulawesi Tengah.

Menurut Ghiffari, adanya pembukaan lahan karena perkebunan, longsoran, maupun aktivitas tambang menyebabkan reaksi kimia yang memengaruhi kualitas air sungai. Maka, diperlukan pemantauan kualitas air secara berkelanjutan, karena dapat berdampak terhadap masyarakat yang memanfaatkan air tersebut.

Dalam forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT seri 34, secara daring, Selasa (5/9), Ghiffari menjelaskan, dia bersama tim memetakan rona awal dari sisi geologi dan hidrologinya, kemudian dampak apa yang ditimbulkan akibat aktivitas tambang karena adanya perubahan jenis tutupan lahan.

Tentunya, dengan adanya aktivitas tambang, lahan menjadi terbuka dan memengaruhi kondisi hidrologi.

“Metode yang digunakan yaitu observasi geologi dan hidrologi, mencakup pemetaan geologi, analisis curah hujan, perhitungan neraca air, pengukuran debit, serta analisis fisika dan kimia air, baik secara in situ di lapangan maupun di lab,” urainya.

Ghiffari mengatakan, area kajian yang berlokasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah ini terdiri dari bentuk lahan dataran dan juga perbukitan, yang sebagian besar tersusun batuan ultrabasa.

“Area kajian (observasi hidrologi) terdiri dari empat sungai utama, yaitu sungai Bahomotefe, Bahopenila, Lamasara, dan Dampala. Namun, dilihat dari pola aliran sungainya, area kajian ini terbentuk menjadi enam Sub-Daerah Aliran Sungai (SubDAS), yaitu SubDAS Bahomotefe 1,  SubDAS Bahomotefe 2, SubDAS Bahopenila, SubDAS Lamasara, SubDAS Dampala 1,  dan SubDAS Dampala 2,” terangnya.

Berdasarkan analisis klimatologi, sebut dia, curah hujan maksimum berada pada Mei hingga Juli. Sementara, musim kemarau pada September hingga November.

“Intensitas curah hujan di area kajian ini dapat mencapai 75 mm/jam pada kala ulang 100 tahunan,” jelasnya.

Kemudian untuk perhitungan neraca air mengacu pada siklus hidrologi, yaitu air akan mengalami penguapan, lalu pembentukan awan, dan turunlah air hujan.

“Air hujan yang turun sebagian akan mengalami proses evapotranspirasi dan sebagian lagi akan jatuh ke permukaan tanah. Dengan kondisi tutupan lahan saat ini, hasil perhitungan neraca air menunjukkan volume air yang meresap lebih besar dibandingkan volume limpasan air permukaan (runoff),” beber dia.

Selain itu, Ghiffari dan tim juga melakukan pengukuran debit dan kualitas air sungai. “Kami juga melakukan penelurusan dan pengukuran debit air sungai. Secara umum, debit air sungai akan membesar ke arah hilir, hal ini karena adanya suplai dari air tanah ke air sungai,” tambahnya.

Begitu pun untuk nilai derajat keasaman (pH) yang secara umum mengalami peningkatan dari arah hulu ke hilir sungai. Hal ini disebabkan area kajian didominasi oleh batuan ultrabasa.

Kemudian adanya interaksi antara air dan batuan, sehingga menyebabkan nilai pH meningkat. Nilai pH air sungai di area kajian memiliki rentang 6-9.

Sementara, simulasi perhitungan neraca air dengan area bukaan lahan tambang, memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai Cro (koefisien runoff) dan debit limpasan permukaan (runoff).

Perhitungan neraca air dapat memberikan gambaran perbedaan kondisi hidrologi sebelum dan setelah aktivitas tambang.

“Peningkatan debit runoff mencapai 23 persen adalah sebuah perubahan yang signifikan dalam aliran air di wilayah tersebut. Ini bisa memiliki berbagai dampak, terutama jika tidak dikelola dengan baik,” ulas periset muda BRIN ini.

Nikel menjadi salah satu komponen utama untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini berdampak pada perkembangan pertambangan nikel, termasuk perluasan area eksplorasi dan eksploitasinya.

Namun, dengan berjalannya aktivitas tambang tersebut, perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. (hrd/ed: adl, tnt)

Sumber :

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/aktivitas-tambang-nikel-di-morowali-periset-brin-kaji-dampaknya-terhadap-kualitas-air-sungai-1

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Rain Garden System, Solusi Keberlanjutan Lingkungan dan Ekonomi Sirkular

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti dari Kelompok Riset Kimia Analitik, Pusat Riset Kimia Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hafiizh Prasetia mengembangkan konsep sistem Rain Garden untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular. 

Sistem Rain Garden adalah sebuah hamparan alami seperti sebuah taman, yang terdiri dari kombinasi tanah, serasah daun, dan tanaman. Rain garden disebut juga sebagai daerah bioretensi, didesain untuk menampung sementara air hujan, melakukan penyaringan, dan membantu proses infiltrasi dan evaporasi.

Penelitian ini berangkat dari masalah pencemaran lingkungan, yang diakibatkan masuknya bahan pencemar atau polutan, dapat berupa gas maupun bahan-bahan terlarut dan partikulat. 

“Pencemaran air dapat melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off), ataupun limbah domestik dan industri,” ungkap Hafiizh, pada webinar ORNAMAT ke-33, Selasa (22/8).

Pada penelitian ini,  pertama, Hafiizh dan tim mengembangkan konsep sistem Rain Garden aliran bawah permukaan horizontal. Bagaimana potensi tanaman purun tikus untuk mengatasi pencemaran logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn) pada limpasan air hujan. 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentasi logam beratnya hampir lumayan bagus, yaitu 70 persenan. Jadi walaupun lebih rendah dari beberapa penelitian yang lain, namun ini sudah bisa dipastikan memiliki potensi lumayan besar,” terangnya.

Penelitian kedua aplikasi rain garden system di wilayah perkotaan sebagai solusi penanggulangan limpasan air hujan dan proteksi sumber daya air. Kebanyakan, di kota-kota besar, khususnya di perumahan, air hujan tidak bisa langsung masuk ke dalam tanah otomatis, dan ini akan menjadi masalah, seperti aliran permukaan. 

“Aliran permukaan ini apabila membawa polutan-polutan akan sangat berbahaya sekali bagi lingkungan,” ucap Hafiizh. 

Solusi dari menggunakan rain garden, dengan campuran karbon aktif dari sekam padi atau arang aktif sekam padi. Sehingga mampu menghilangkan kekeruhan dan bakteri, khususnya E. coli. 

“Dari sini kita amati bahwa hampir sekitar 90 dan 95 persen bisa diserap,” sebutnya.

Ada juga penelitian lain yang digunakan, yakni desain multifungsi rain garden di laboratorium, mampu menurunkan kekeruhan lebih dari 70 persen dengan beberapa tahapan. “Hasil pengujian menunjukkan, nilai efisiensi penurunan kekeruhan kolom rain garden berkisar antara 49 sampai 81 persen ketika ditambahkan arang aktif. Dengan ketebalan 11 sentimeter, arang aktif sekam padi mampu menurunkan kekeruhan sungai dengan efisiensi 81 persen,” ungkapnya.  

“Aplikasi karbon aktif dari ampas tebu untuk abstrak chemical oxygen demand (COD) pada limbah sasirangan hasilnya juga bagus, ini mencapai 95,37 persen, yaitu dapat menurunkan kandungan COD, didapatkan pada kondisi PH 5 dalam waktu kontak 90 menit,” jelasnya.

Dirinya menyatakan, inovasi green product atau produk ramah lingkungan yang merupakan interaksi antara inovasi teknologi dan keberlanjutan, harus selalu diterapkan dalam keilmuan dan juga industri.

“Titik berat inovasi ini adalah adanya pemanfaatan limbah biomassa menjadi material adsorben yang dipadukan dengan sistem rain garden,” tegasnya.

“Dengan pemanfaatan limbah biomassa yang jumlahnya melimpah di alam sebagai bahan baku adsorben, maka secara langsung dapat menerapkan aspek ekonomi sirkular dan keberlanjutan,” pungkasnya.

Lebih lanjut Hafiizh menjelaskan, masalah lingkungan disebabkan beberapa faktor yang bisa diidentifikasi. “Pertama, pertumbuhan populasi atau penduduk yang sangat pesat, kedua penggunaan sumber daya yang boros dan tidak ramah lingkungan,” ungkapnya.

“Kemudian, adanya kemiskinan dan kegagalan untuk memasukkan biaya lingkungan dari barang dan jasa ke dalam harga pasar, serta terlalu sedikit pengetahuan tentang bagaimana alam itu bekerja atau alam mampu bekerja untuk memperbaiki dirinya sendiri,” urainya.

Dia pun menerangkan polutan dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni polutan tak toksik yang berasal dari bahan-bahan alami, dan polutan toksik seperti logam berat, senyawa organik (pestisida organoklorin, herbisida), gas (klorin dan amonia), anion (sianida, florida, dan sulfat), serta asam dan alkali.

“Polutan toksik ini sangat berbahaya sekali dan harus kita tangani lebih jauh. Polutan yang tidak toksik juga bisa menyebabkan pencemaran dan berbahaya bagi lingkungan jika jumlahnya melebihi baku mutu,” ujar Hafiizh.

Hafiizh menegaskan pentingnya penelitian ini untuk mendukung implementasi dari ekonomi sirkular, karena ekonomi sirkular bukan hanya sekedar pengolahan limbah yang baik, tapi mencakup rangkaian intervensi holistik dari hulu hingga hilir.

“Hal ini akan mendongkrak efisiensi penggunaan sumber daya, di mana kedudukan dari hasil penelitian dapat memanfaatkan lagi lebih panjang,” ulasnya. (esw/ ed: adl, tnt)

Sumber:

https://www.brin.go.id/news/114512/rain-garden-system-solusi-keberlanjutan-lingkungan-dan-ekonomi-sirkular

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Material Seng Oksida (ZnO) sebagai Katalis Energi Ramah Lingkungan

image alt

Gambar Material Seng Oksida (ZnO) sebagai Katalis Energi Ramah Lingkungan

Tangerang Selatan-Humas BRIN. Semakin menipisnya bahan bakar fosil dan meningkatnya pencemaran lingkungan menjadi permasalahan global. Oleh karena itu, pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan sangat diperlukan. 

Pemanfaatan energi matahari mempunyai potensi kekuatan  yang besar dan sifatnya yang ramah lingkungan. Selain itu, seng oksida atau zinc oxide (ZnO) yang melimpah di Indonesia dan ramah lingkungan, menjadi dasar pemilihan material ini untuk dimanfaatkan sebagai katalis penghasil hidrogen dari air.

Peneliti dari Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indah Primadona menyampaikan hasil riset dan pengalamannya tentang material yang dapat menghasilkan senyawa hidrogen, pada forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT seri 32, Selasa (08/08) secara daring.

Dengan judul 3D ZnO nanostructures modified with carbon-based materials for efficient photoelectrochemical water-splitting, Indah menyampaikan perkembangan risetnya mengenai produksi hidrogen menggunakan metode fotoelektrokimia dengan pemecahan air atau photoelectrochemical (PEC) water-splitting. Dengan metode ini, senyawa hidrogen dan oksigen dapat diproduksi dengan bantuan radiasi sinar matahari. 

Indah mengatakan, senyawa ini berperan penting sebagai alternatif sumber bahan bakar atau sumber energi bersih, yang seluruh pembakarannya hanya menghasilkan air dan energi. 

“Produksi gas hidrogen akan menggunakan radiasi sinar matahari yang begitu melimpah yaitu 173.000 terawatt. Oleh karena itu, bahan bakar alternatif pengganti fosil ini disebut juga sebagai bahan bakar yang terbarukan dan eco-energy,” ujarnya.

Lebih lanjut, Indah menjelaskan bahwa untuk merealisasikan produksi hidrogen dengan bantuan sinar matahari ini, beberapa bahan semikonduktor seperti titanium dioksida (TiO2) atau seng oksida (ZnO), dapat digunakan untuk menyuplai elektron yang dibutuhkan pada saat pemisahan senyawa air (elektrolisis H20). 

Dari beberapa bahan semikonduktor yang ada, ZnO merupakan bahan yang paling unggul dan memenuhi persyaratan dalam metode PEC ini. Hal ini disebabkan ZnO memiliki energi band gap yang cukup, sebagai persyaratan sebagai bahan utama PEC water-splitting. 

Selain itu, ZnO adalah bahan yang berlimpah, murah, tidak beracun, serta mobilitas elektron dan kestabilan dalam larutan yang sangat tinggi. 

Berdasarkan hasil penelitian, energi band gap pada ZnO telah melebihi energi yang diperlukan untuk memisahkan senyawa hidrogen dan oksigen, yaitu sebesar 1,23 eV. Namun dari keunggulan-keunggulan ZnO ini, terdapat pula kekurangan yang ada pada ZnO, yakni selektifitas absorbansi cahayanya berada pada spektrum sinar UV serta laju rekombinasi elektron yang sangat tinggi. 

Dengan adanya kekurangan tersebut, optimalisasi untuk memperbaiki performa ZnO perlu dilakukan. Sesuai dengan judulnya, peningkatan perfroma ZnO untuk memproduksi gas hidrogen menggunakan radiasi sinar matahari, dilakukan dengan memodifikasi morfologi tiga dimensi ZnO serta dengan menambahkan beberapa senyawa lainnya. 

“Dari hasil riset terlihat bahwa penggunaan bentuk struktur tiga dimensi (3D) nano pencil (NP) ini dapat meningkatkan radiasi sinar yang datang ke material photocollector serta meminimalisasi refleksi pancaran sinar matahari. Adapun untuk memperbaiki tingginya laju rekombinasi electron dari ZnO 3D NP, dilakukan penambahan beberapa bahan seperti Sulfur-Nitrogen Graphene Quantum Dots (S N-GQDs) yang memiliki mobilitas transfer elektron yang cukup tinggi,” terang periset dari kelompok riset Fotokonversi Energi.

Dengan memberikan doping S N-GQDs pada ZnO 3D NP, terlihat bahwa sifat-sifat optisnya berubah. Perluasan absorbansi radiasi sinar matahari dari UV ke visible area serta pengurangan reflektansi sinar yang datang menuju photocollector ZnO dapat teratasi. 

Jika dibandingkan antara ZnO, NP yang tidak dikompositkan dengan S N-GQDs maupun dengan ZnO NR 1 dimensi, performa dari water-splitting dari material yang telah dikompositkan menggunakan radiasi cahaya tampak menjadi lebih tinggi. Selain itu, komposit tersebut juga memberikan penurunan kecepatan rekombinasi elektron yang dibutuhkan, untuk meningkatkan efisiensi produksi hidrogen menggunakan radiasi sinar matahari. 

Dalam forum ORNAMAT tersebut, Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha  menyatakan pentingnya riset konversi energi. Menurutnya, riset dari Indah Primadona ini bermanfaat karena menggunakan metode memecahkan molekul air berbasis konversi fotoelektrokimia. Selain dapat memecahkan molekul air untuk menghasilkan energi, juga dapat digunakan di berbagai aplikasi lainnya. (hrd, mfn/ ed: adl)

Sumber:

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/material-seng-oksida-zno-sebagai-katalis-energi-ramah-lingkungan

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kembangkan Riset Rubber Air Bag Guna Dukung Industri Maritim

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Produk karet di dunia terus meningkat, 28 % khusus produk Rubber Hose dan Beltin sebagai bahan Rubber Air Bag. Sebagai salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan riset pemanfaatan karet alam sebagai bahan Rubber Air Bag.

“Pengembangan riset dilakukan karena selama ini Rubber Air Bag masih sulit didapat industri dan 100% masih impor, serta kebutuhan per tahunnya mencapai 1.500 buah/tahun. Rubber Air Bag digunakan pada industri perkapalan untuk membantu  proses menaikkan  dan menurunkan kapal di galangan,” jelas Peneliti dari Kelompok Riset Karet Teknologi Tinggi, Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mahendra Anggaravidya pada webinar ORNAMAT, Selasa (23/08).

“BRIN berkolaborasi dengan industri, Kementerian Perindustrian dan Badan Standardisasi Nasional, mengembangkan riset Rubber Air Bag untuk perkembangan teknologi khususnya Tipe Galangan Inovatif. Selain itu, produk Rubber Air Bag ini sangat tepat dalam rangka mendukung program pemerintah guna membangun industri maritim,” kata Mahendra.

Lebih lanjut Mahendra menambahkan bahwa produk Rubber Air Bag diperlukan pengujian, sehingga akan terpenuhi standar. Dalam memenuhi standar tersebut harus dilakukan pengujian-pengujian, guna memperoleh formulasi yang tepat. Setelah mendapat formula yang tepat, secara paralel dilakukan hitungan matematis. 

“Formula dan desain tuntas akan dilakukan, bagaimana melilitkan material tersebut dan dibuatkan material untuk industri. Sedangkan untuk menyerahkan prototipe atau produk kepada industri harus sudah proven,” tuturnya. 

Pada awal tahun kegiatan, menurut Mahendra perlu dilakukan kajian hasil riset, kemudian pembuatan contoh produk dan uji lapangan, setelah itu penyusunan Rencana Standar Nasional Indonesia (RSNI). Tahun kedua pembuatan contoh produk skala industri, uji lapangan dan penyusunan RSNI Tahap 2. Tahun ketiga pendampingan industri dengan produksi massal, dilanjutkan penyusunan dan sosialisasi SNI, lalu diakhiri dengan pembuatan produk massal serta komersialisasi. 

Sebagai informasi pemanfaatan karet alam sebagai bahan baku barang teknik karet dengan spesifikasi khusus, yakni tahan gesekan, tahan cuaca, dan tahan air laut. 

“Saat ini kami sedang menjalin kerja sama dengan beberapa industri,  yang mampu membuat produk Rubber Air Bag sesuai dengan standar dan nilai jual. Formulasi dengan hasil pengujian sesuai dengan standar ISO harus diperhitungkan. Produk Rubber Air Bag  yang mudah dilipat, elastis, tidak mudah pecah,  sehingga diperoleh formulasi standar dan dapat bersaing dengan harga terjangkau,” ungkapnya.

“Harapannya penelitian ini dapat mendorong BRIN membuat penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” tandas Mahendra. (ls/ ed: adl,set)

Sumber:

https://brin.go.id/news/114471/brin-kembangkan-riset-rubber-air-bag-guna-dukung-industri-maritim

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Riset Baterai untuk Transisi Energi Menuju Net Zero Emmision

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Material Maju, Evvy Kartini menyampaikan, produksi baterai menjadi kunci tercapainya Net Zero Emmision dengan memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dan kendaraan listrik. “Bicara mengenai baterai, menjadi hal yang utama, dan menjadi kunci dari teknologi untuk menuju NZE (net zero emission),” ujar Evvy dalam acara Forum Presentasi Ilmiah Riset dan Inovasi ORNAMAT #32, Selasa (08/08). 

Pada kesempatan itu, Evvy menyampaikan paparan dengan topik “Future Projection of Battery Electric Vehicles (BEV) Technology in Indonesia based local mineral resources”. Menurutnya, Indonesia kaya dengan sumber daya mineral. Hal ini akan mendukung posisi Indonesia untuk memproduksi baterai. “Kita butuh bukan cuma nikel, kita juga butuh mangan, kita butuh kobalt, dan semua ada di Indonesia,” ucap perempuan yang juga Pendiri National Batteray Research Institute (NBRI) itu optimis.

Profesor Riset BRIN itu menyatakan bahwa peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan elektrik (electric vehicle/EV) memiliki banyak manfaat, terutama dari sisi ekonomi. Selain ramah lingkungan, kendaraan listrik bisa menekan biaya bahan bakar. Kesimpulan ini dapat dari survey yang dilakukan terhadap pengemudi ojek online di Tangerang Selatan. 

Profesor Evvy Kartini bersama timnya, dari Kelompok Riset Baterai Pusat Riset Material Maju melakukan studi potensi energi baterai SWAP melaui program NEDO Batch 1, yang mempelajari bisnis model dan regulasinya. Bagaimana situasi pasarnya di Indonesia, kebijakan, standard, serta kemungkinan untuk melakukan riset engineering untuk sebuah produk, yang membuat baterai SWAP dengan satu sistem. 

Perlu diketahui, sebagai bentuk aksi nyata dalam rangka mengurangi pemanasan global akibat emisi karbon,  Indonesia mencanangkan akselerasi kendaraan berbasis baterai melalui Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2019. Diperkirakan pada tahun 2030 akan ada empat belas juta kendaraan bermotor roda dua dan empat  juta kendaraan bermotor roda empat yang telah berbasis baterai.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha menyampaikan bahwa webinar dengan tema konversi energi ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung penguatan iklim riset, mengakumulasi pengetahuan, dan membuka peluang kolaborasi, khususnya di bidang ilmu nanoteknologi dan material, yang diwakili oleh Kelompok Riset di ORNM.

Ridwan menjelaskan bahwa riset baterai menggunakan mineral lokal Indonesia untuk menunjang teknologi baterai khususnya aplikasi mobil listrik dan baterai. “Dengan materi tersebut diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan teknologi baterai dan riset-riset yang masih hangat tentang baterai dengan beberapa jenis material yang diusulkan oleh peneliti-peneliti Indonesaia dan mudah-mudahan dapat membuka kolaborasi dan mempromosiikan riset-riset di kelompok riset lainnya,” harapnya. (jp,ls/ed:adl,jml)

Sumber:

https://brin.go.id/news/114410/riset-baterai-untuk-transisi-energi-menuju-net-zero-emmision

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Periset BRIN Bagikan Kisah Sukses Program Degree by Research

Tangerang Selatan-Humas BRIN. Dalam membangun ekosistem riset dan inovasi hingga di tahun-tahun mendatang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung peningkatan kompetensi sumber daya manusia periset dan non periset. Adalah program Degree by Research (DBR) yang telah berhasil diluncurkan untuk mencetak program magister dan doktor.

Fajar Nurjaman, periset pada Pusat Riset Teknologi Pertambangan – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material BRIN, membagikan pengalaman suksesnya sebagai penerima manfaat DBR tahun 2019, melalui serial webinar ORNAMAT #31 pada Selasa (25/7) dengan tema ‘Exploring Your Potency: Meningkatkan Karir Riset Melalui Degree By Research BRIN S2/S3′. 

Fajar menerangkan bahwa program DBR adalah program beasiswa studi S2/S3 tanpa meninggalkan tugas kedinasan, yang dapat di tempuh pada berbagai univesitas di dalam dan luar negeri, yang memiliki MoU dengan BRIN. Penerima DBR terbuka untuk umum, baik ASN maupun non ASN. Untuk jenjang S2 lama waktu studi 4 (empat) semester, dan dapat diperpanjang 1 (satu) semester, sedangkan untuk S3 lama waktu studi 6 (enam) semester, dapat diperpanjang 2 (dua) semester.

Peserta program DBR akan mendapatkan hak uang pendaftaran ujian tes masuk, uang pangkal dan uang kuliah tunggal (UKT), serta uang bantuan riset (S2 sebesar Rp 6 juta dan S3 sebesar Rp 9 juta). Sedangkan kewajiban peserta DBR adalah menyelesaikan studi dengan tepat waktu dan mengikuti monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh BRIN.

Peneliti Ahli Madya dengan kepakaran bidang ekstraksi metalurgi tersebut sendiri telah menyelesaikan program DBR S3 di Universitas Indonesia dengan topik disertasi ‘Pengaruh Basisitas dalam Proses Reduksi Selektif Bijih Nikel Laterit (Limonit dan Saprolit)’, dengan nilai 4.00.

Ia membagikan beberapa kiat-kiat sukses menyelesaikan program DBR. Menurutnya, ada enam poin yang harus diperhatikan untuk sukses menyelesaikan program DBR dengan baik, yaitu kepakaran, co-promotor (BRIN), topik dan road map riset, universitas dan promotor, pendanaan riset, serta publikasi.

Fajar menjelaskan, calon peserta DBR harus mengidentifikasi kepakaran dan passion risetnya. “Fokus pada riset yang sedang dikerjakan. Gali potensi untuk mencari kebaruan dari pengembangan riset tersebut. Bagi periset pemula, lakukan riset pendahuluan dengan menggunakan dana riset internal maupun eksternal,” sarannya.

Kriteria co-promotor yang tepat, adalah yang in-line dengan kepakaran. Memiliki track record kegiatan riset dan publikasi yang baik. “Manfaatkan keahlian co-promotor anda untuk membantu anda,” ucap Fajar.

Kemudian peserta DBR wajib melakukan diskusi mendalam dengan co-promotor terkait topik riset yang akan/telah dipilih. “Sebaiknya yang mengandung unsur kebaruan (novelty),” tegasnya.

Lebih lanjut, peserta DBR harus mengenali kampus/universitas yang menjadi tujuannya dan prodi yang sesuai dengan kepakaran. Lengkapi informasi-informasi administratif sebagai syarat pendukung. Kualifikasi promotor juga harus menjadi perhatian, apakah memiliki gelar profesor, track record publikasi, komunikasi yang baik (good chemistry) serta road map riset yang jelas.

Sebagai calon peserta DBR, juga harus rajin memantau jadwal pembukaan program, syarat – syarat dan sumber  pendanaan. Untuk publikasi hasil penelitian, umumnya univesitas mengijinkan mahasiswa DBR BRIN untuk menggunakan double afiliasi  (kampus dan BRIN). 

“Sedangkan untuk publikasi internasional, perhatikan scope jurnal yang dituju, jangan takut ditolak, karena umumnya penolakan disertai dengan masukan dari reviewer. Manfaatkan fasilitas Publication Support (Turnitin dan Grammarly) yang disediakan BRIN atau kampus,” tutur Fajar.

Pada pertemuan yang sama, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, mengungkapkan bahwa dengan mengikuti program DBR, periset ASN dan non ASN di ORNM akan mampu meningkatkan kualitas riset dan inovasi bidang ilmiah dan teknologi.

Ratno menjabarkan bahwa ORNM dalam pencapaian tujuan akan menempuh beberapa tahap. “Pada tahun 2023 dengan target awal yaitu meningkatkan kompetensi periset dengan pengembangan SDM melalui program studi S2 dan S3. Diharapkan dengan meningkatnya kompetensi periset, maka pada tahun 2025 akan terbangun kepercayaan diri periset dan lebih mudah untuk bermobilitas, serta dapat mewujudkan kinerja periset  seperti reputasi, ekosistem dan inovasi  periset pada tahun 2027,” urai Ratno.

Ratno berharap dapat memperkuat sektor riset dan inovasi di Indonesia dengan mendukung pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang ilmiah dan teknologi. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang bidang studi tertentu dan berkontribusi pada penemuan pengetahuan baru yang dapat berdampak positif bagi kemajuan bangsa.

Acara webinar ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah ASN dan SDM BRIN dari periset maupun non periset di ORNM dengan kualifikasi pendidikan S2 dan S3, yang sejalan dengan peningkatan kompetensinya dalam melaksanakan penelitian, pengembangan dan pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi. (jp, ls/ ed: adl, aps)

Sumber :

Artikel di web BRIN :

https://www.brin.go.id/news/113761/periset-brin-bagikan-kisah-sukses-program-degree-by-research

Youtube BRIN Indonesia ORNAMAT #31 :

https://www.youtube.com/watch?v=Xu7sc0yfngs

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Program Degree by Research Dukung Sivitas BRIN Lanjutkan Studi di Universitas

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meluncurkan program Degree by Research (DBR). DBR merupakan program peningkatan kompetensi sivitas BRIN, melalui pendidikan formal jenjang S2 dan S3 yang berbasis kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa meninggalkan tugas kedinasan.

Febrianti Susana Rosa dari Direktorat Manajemen Talenta BRIN mengatakan, program DBR BRIN bertujuan menciptakan talenta unggul di bidang riset dan inovasi, meningkatkan kapasitas talenta riset dan inovasi, kolaborasi dan publikasi bersama.

“Selain itu, DBR bertujuan meningkatkan kegiatan litbangjirap dengan perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri, jumlah proporsi SDM tingkat pendidikan program Magister dan Doktor, indeks kompetitif SDM global, dan kebutuhan pengembangan kompetensi SDM,” jelasnya dalam Webinar Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNAMAT) seri ke-31, bertema “Exploring Your Potency: Meningkatkan Karir Riset melalui Degree by Research BRIN S2/S3”, Selasa (25/07).

Pada program DBR ini, jelas Febrianti, peserta diberikan biaya pendidikan berupa uang kuliah tunggal dan dana bantuan riset selama masa perkuliahan dengan syarat yang telah ditetapkan BRIN.

“Biaya pendidikan yang diberikan program DBR yakni uang kuliah tunggal jenjang master (S2) empat semester dan dapat diperpanjang satu semester. Sementara untuk jenjang doktor (S3) selama enam semester dan perpanjangan dua semeter. Perpanjangan ini dilakukan dengan catatan melihat hasil monev yang dilakukan oleh tim,” jelasnya.

“BRIN juga memberikan bantuan riset kepada seluruh peserta DBR, dengan syarat sudah menyelesaikan mata kuliah proposal riset tanpa harus diseleksi, dengan melampirkan transkip nilai. Nilai bantuan ini sebesar Rp6 juta untuk S2 dan S3 sebesar Rp9 juta,” imbuh Febrianti.

Dikatakannya, BRIN saat ini memiliki lima mitra universitas luar negeri dan 13 universitas dalam negeri dengan status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), yakni setiap universitas memiliki hak otonom untuk menyusun program DBR sendiri. Untuk 18 universitas ini sudah dilakukan perjanjian kerja sama dengan BRIN.

Persyaratan

Persyaratan peserta DBR dijabarkan Febrianti, yaitu PNS dan non ASN/SDM lainnya, yang sudah melakukan kolaborasi dengan periset BRIN dan wajib mengikuti penelitian di BRIN. Lulus seleksi perguruan tinggi S2/S3, rekomendasi Kepala Unit Kerja, persetujuan proposal riset dimana wajib disetujui dan ditandatanggani Kepala Pusat Riset maupun pihak promotor kampus dan co-promotor BRIN, serta mendaftar melalui https://byresearch.brin.go.id/.

Selain peserta DBR, pembimbing pendamping juga harus memenuhi persyaratan. Di antaranya kualifikasi S3, berasal dari kelompok riset BRIN yang sebaiknya satu pusat riset dengan peserta sehingga memudahkan komunikasi, memiliki kesesuaian bidang dengan peserta, menjamin keberlangsungan kegiatan riset baik dari sisi pembiayaan maupun dari risetnya, persetujuan proposal riset, memiliki publikasi internasional dan Scopus dengan H-index minimal 3 serta mendapatkan persetujuan dari pembimbing utama.

“Co-promotor  wajib memiliki syarat Scopus dengan H-index minimal 3 karena untuk output program DBR ini lebih tinggi dari pada yang reguler. Diharapkan co-promotor dapat membimbing bagaimana menyusun strategi ataupun proposal/jurnal riset untuk peserta DBR,” jelasnya.

“Untuk peserta DBR dari SDM manajemen, co-promotornya boleh dua, salah satunya boleh H-indexnya 2. Mungkin tidak sama persis kepakarannya tetapi masih dalam lingkup yang sama,” ujar Febrianti.

Peserta juga harus menyiapkan dokumen persyaratan pendaftaran diantaranya KTP, dokumen bukti kelulusan (LOA), surat pengantar dari Kepala Unit Kerja, surat rekomendasi dari Kepala Unit Kerja, surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing utama (promotor), surat pernyataan kesediaan menjadi pembimbing pendamping (co-promotor), surat pernyataan kesediaan menyelesaikan studi tepat waktu, meng-uploadproposal riset, form isian biodata, form isian biodata pembimbing utama dan pendamping serta ijazah dan transkip nilai.

DBR memiliki jadwal pelaksanaan yang dibagi menjadi dua gelombang (batch). Batch pertama dilaksanakan pada semester ganjil yakni dari tanggal 2 Januari hingga 15 Juli, untuk pendaftaran di aplikasi dan pengumuman hasil seleksi pada minggu ke 4 Juli. Sementara untuk batch kedua dilaksanakan pendaftaran melalui aplikasi pada tanggal 16 juli sampai 15 Desember dan pengumuman hasil seleksi pada minggu keempat Desember.

“Untuk saat ini kami sudah berusaha untuk mengsinkronkan jadwal dengan pihak kampus. Kami menyarankan bapak/ibu yang berminat dapat mendaftar di gelombang awal sehingga pengumumannya lebih awal dan tidak ada kendala untuk memperoleh pendanaan,” kata Febrianti.

Dalam kesempatan ini, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan, program DBR dapat memberikan pencerahan bagi periset, bagaimana melanjutkan studi lebih baik, khususnya program S2 dan S3.

“Sebagai periset harus mempunyai peran dan kontribusi kepada institusi, di antaranya untuk menghasilkan invensi di bidang masing-masing. Kemudian meningkatkan kualitas dan keunggulan institusi sehingga tercapai apa yang menjadi tujuan strategis institusi,” katanya.

Ratno berharap secara nasional periset dapat berkolaborasi, sehingga dapat membantu menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, meningkatkan kemandirian bangsa, dan daya saing secara nasional. Serta berperan dalam komunitas periset berupa kontribusi ilmiah dan pengembangan iptek. (esw, ls/ed: adl, tnt)

Sumber:

Artikel di web BRIN :

https://www.brin.go.id/news/113762/program-degree-by-research-dukung-sivitas-brin-lanjutkan-studi-di-universitas

Youtube BRIN Indonesia Webinar ORNAMAT #31 : https://www.youtube.com/watch?v=Xu7sc0yf

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Pentingnya Periset Menulis di Jurnal Internasional

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Menulis di jurnal internasional sangat penting bagi para periset. Melalui jurnal yang memiliki standar global yang tervalidasi, mampu meningkatkan indikator kompetensi periset dan kualitas risetnya. Publikasi di jurnal internasional pun dapat membuka peluang kolaborasi antar periset dari berbagai negara dan lintas ilmu.

Peneliti muda dari Pusat Riset Metalurgi (PRM) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Riza, memaparkan pentingnya menulis di jurnal internasional untuk kepentingan karir seorang peneliti. “Jika seorang peneliti menulis sebuah jurnal, maka orang lain dapat melihat rekam jejak penelitian yang sudah dikerjakan selama ini. Dan dampak telah dipublikasikannya sebuah jurnal, pembaca dapat melihat impact factor dari jurnal tersebut,” ujarnya dalam webinar ORNAMAT seri ke-30, Selasa (20/06). 

Istilah impact factor (faktor dampak) merupakan salah satu bentuk penilaian yang digunakan, untuk mengetahui seberapa besar dampak publikasi tersebut di dunia akademik dan berbagai bidang kehidupan.

Lebih lanjut, peneliti yang baru bergabung dua tahun di BRIN ini lalu mengemukakan sejumlah alasan, mengapa publikasi harus diterbitkan di jurnal internasional. 

“Pertama, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dipahami oleh seluruh dunia, sehingga dapat digunakan untuk berbagi ilmu pengetahuan. Kedua, jika seorang peneliti tidak berhasil mempublikasikan hasil penelitian di jurnal internasional, dapat berdampak pada dicabutnya jabatan fungsional peneliti. Ketiga, yaitu memperoleh pengakuan untuk hasil penelitian yang telah dilakukan. Keempat, hasilnya dikonfirmasi oleh rekan sejawat melalui proses review (penelaahan). Kelima, untuk penulisan dengan reputasi internasional memungkinkan kolaborasi antar beberapa peneliti lintas satuan kerja. Terakhir, untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang  pangkat fungsional peneliti,” ulasnya.

Ditambahkan oleh doktor lulusan tahun 2021 ini, ada beberapa tujuan mengapa harus menerbitkan publikasi di jurnal internasional. “Pertama publikasi langsung berdampak dalam bidang yang ditekuni. Dan yang kedua, proses peer review (penelaahan sejawat) membuat adanya kesempatan untuk meningkatkan kualitas manuskrip,” jelas Budi.

Pada kenyataannya, karena hanya sedikit jurnal yang dapat diterima tanpa revisi, maka revisi dan penolakan merupakan bagian dari proses peer review, yang mesti dijalani oleh penulis. “Supaya mudah diterima, seorang editor jurnal dan reviewer memberi syarat, yaitu harus ada novelty (kebaruan), terutama untuk jurnal yang memiliki high impact, kualitas sains yang baik, ruang lingkup riset, serta  pemakaian bahasa Inggris yang jelas dan ringkas,” ungkap Budi.

Sebuah jurnal, merupakan media komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Maka menurut Budi, untuk terciptanya media komunikasi yang ideal, ada kriteria yang harus dipenuhi. “Pertama harus layak tayang, menarik isi materinya, novelty penelitian, etis, dan relevan. Kedua, mengikuti metodologi riset yang sistematis, yaitu kualitatif, kuantitatif, dan mixed-methods (metode campuran). Ketiga, mengenali riset sebelumnya dalam topik spesifik. Keempat menggunakan data empiris dan pengolahan data analisis. Kelima, memiliki keterulangan yang baik. Keenam menghindari falsifikasi dan fabrikasi data serta plagiarisme,” tuturnya.

Mengenai penyusunan manuskrip publikasi, Budi beranggapan bahwa perlu membuat outline terlebih dahulu yang harus disepakati dengan sesama co-author (penulis bersama). “Struktur manuskrip seperti pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan dalam menyusun paper (jurnal) yang baik harus fokus menentukan pertanyaan riset, tujuan spesifik, dan apa kesimpulan riset yang diharapkan,” terangnya.

Disarankan oleh pria kelahiran tahun 1986 ini, sebaiknya penulisan manuskrip dilakukan secara bersama-sama dengan co-author untuk mendapatkan feedback (umpan balik) yang cepat. “Setelah draft manuskrip pertama selesai ditulis, selanjutnya harus direvisi oleh penulis berkali-kali supaya tulisannya lebih baik,” katanya.

“Sebelum submit (mendaftar) ke jurnal, manuskrip harus disesuaikan dengan guidelines for author (panduan penulisan) yang spesifik untuk masing-masing jurnal,” tegasnya.

Dalam memilih jurnal yang tepat, ia mengharuskan memperhatikan jenis jurnal, apakah APC (article processing charge) atau bukan. APC merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh penulis jika ingin manuskripnya diterbitkan di sebuah jurnal. “Jurnal ber-APC biasanya proses review cepat, dan untuk jurnal yang non-APC proses review biasanya lebih lama,” ucap Budi.

Pada kesempatan ini, Budi mengingatkan periset untuk memiliki cadangan jurnal yang dituju, bila jurnal pilihan pertama ditolak. “Pada umumnya, manuskrip  tidak selalu diterima dalam first-choice journal, jadi peneliti  harus punya back-up journals lain yang dituju,” pesannya. (mfn/ ed: adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/113075/pentingnya-periset-menulis-di-jurnal-internasional

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Strategi Membangun Portofolio Riset yang Kompetitif

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam dunia penelitian yang kompetitif, manajemen produktivitas menjadi kunci sukses bagi para periset yang ingin mencapai prestasi yang gemilang. Menyadari hal ini, para periset di seluruh dunia semakin fokus pada pengembangan strategi produktivitas yang efektif untuk meningkatkan portofolio mereka dan meningkatkan publikasi ilmiah mereka. 

Dalam rangka memberikan motivasi kepada para periset, Widya Fatriasari dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan materi tentang “Manajemen Produktivitas Periset: Portofolio dan Publikasi”, pada webinar ORNAMAT ke-30, Selasa (20/06).

Menurut profesor riset ini, membangun portofolio periset dan tim sehingga dikenal, merupakan modal penting untuk berkolaborasi dengan pihak lain. Diperlukan juga sikap menjaga berkomitmen dengan mitra sehingga selalu terjalin kerjasama yang baik. 

“Membangun portofolio periset dan kelompok riset yang kompetitif sangatlah penting, dengan melihat peluang yang ada dan memanfaatkannya, sehingga dapat membuat perubahan terhadap riset yang dilakukan,” jelasnya. 

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa motivasi merupakan motor pengerak dalam membentuk portofolio yang baik. Selain itu, periset juga tetap harus meningkatkan pengetahuan di bidang sains, dan berinovasi dengan stategi yang tepat.

“Untuk membangun kelompok riset yang kompetitif diperlukan membuat roadmap SDM dengan program yang sudah ada, fokus terhadap kompetensi kelompok riset, sehingga masing-masing periset dapat berkembang sesuai dengan desain arah kelompok risetnya, periset juga aktif menjalin jejaring kolaborasi dan branding untuk mengait pendanaan yang bersumber dari baik BRIN maupun dari luar,” tutur Widya. 

Kemudian, Widya menerangkan bagaimana cara membuat publikasi. Menurutnya, publikasi merupakan seni dalam keahlian merancang riset, mengambil data, presentasi data yang menarik, menuangkan pikiran secara integratif, dan mengelaborasi pemikiran yang didukung oleh referensi. 

“Jika memiliki waktu luang,  periset dapat menerima permintaan me-review artikel ataupun belajar dari media massa untuk menambah wawasan,” ucap salah satu peraih penghargaan Periset Berprestasi BRIN ini. 

Tips membuat publikasi dari Widya berikutnya adalah menulis hasil riset yang diperoleh secara bertahap, tanpa harus menunggu semua riset selesai. “Seperti bahan dan metode, serta data dalam bentuk gambar atau tabel,” katanya. 

“Selain itu, periset juga harus tetap melakukan pelatihan berkelanjutan untuk perbaikan tulisan,” pesannya.

Widya juga menjelaskan tips membuat tulisan agar layak untuk publikasi. Hal itu dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya berbagi ilmu pengetahuan dan belajar. 

“Dalam membangun ide dapat ditemukan dengan cara membaca literatur, menganalisis data baik grafik atau gambar, dan komunikasi dengan teman. Sementara untuk menulis desain penelitian dengan cara melakukan kerangka tulisan, selalu dibaca dengan teliti sampai layak tayang, serta melakukan riset,” urainya.  

Bagaimana mewujudkan ide penelitian yang diperoleh tersebut, tentu diperlukan dukungan yang tepat. “Untuk manajemen ide penelitian diperlukan beberapa aspek, yakni menjaring pendanaan untuk mewujudkan ide, mapping tim penelitian yang dapat mendukung keberhasilan penelitian, dan publikasi,” terangnya. 

Pertimbangan lainnya untuk menunjang keberhasilan riset adalah memanfaatkan fasilitas laboratorium dan fasilitas pendukung serta kerja sama. “Membangun dan memanfaatkan jejaring kerja sama meningkatkan kemungkinan keberhasilan kegiatan. Ditambah dengan alokasi waktu diri sendiri dan tim untuk kemungkinan menyelesaikan penelitian serta prospek kerja sama dengan mahasiswa research assistant, post doc, maupun visiting scholar,” pungkas Widya. (esw/ed: adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/113076/strategi-membangun-portofolio-riset-yang-kompetitif

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Dorong Hasil Riset Direkognisi Global Melalui KTI

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Salah satu Rencana Strategis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tahun 2021-2024 adalah mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan kompetitif. Oleh karena itu, karya SDM yang berkaitan dengan teknologi dan inovasi hasil riset harus terus diupayakan agar mampu direkognisi dalam standar global.

Riset merupakan cara berkomunikasi sains. Saat ini ekosistem riset di BRIN dalam semua aktivitasnya (seperti pendanaan riset dan manajemen talenta), mendorong pembuatan KTI sebagai output dari masing-masing kegiatan. Hal ini menjadikan KTI sangat krusial bagi siapapun, terutama para periset.

Rike Yudianti, profesor riset dari Pusat Riset Material Maju – Organisasi Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN menyampaikan pada Peraturan BRIN Nomor 1 Tahun 2023 semua SDM iptek, tidak hanya peneliti, tetapi siapa pun sebagai pelaku riset invensi dan inovasi, mempunyai tugas menghasilkan KTI dan paten yang harus dipenuhi setiap tahun.

“Jadi bagaimana hasil dari lembaga litbang ini ditulis dan memenuhi standar global, tentunya ini menjadi PR kita semua,” ujar Rike dalam acara Webinar ORNAMAT ke-30, Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal Internasional, Selasa (20/06).

Pengertian karya tulis ilmiah menurutnya adalah ungkapan ide atau hasil analisis, yang dituangkan dalam bentuk tulisan secara sistematis yang bisa dimengerti oleh pembaca, dan logis. Peneliti bidang material tersebut menjelaskan bagaimana menuangkan ide dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami oleh pembaca.  

Pertama, Rike mengungkapkan alasan menulis KTI bagi peneliti di antaranya adalah visibilitas dan kredibilitas. Rike menjabarkan bahwa KTI merupakan kebutuhan, kepuasan, dan keuntungan.  “Keuntungan bagi penulis adalah visibility, karena  orang lain ingin tahu apa yang kita lakukan, katakan, dan siapa diri kita. Sementara credibility lebih banyak terkait trust (kepercayaan) terkait apa yang kita lakukan dan kita akan lakukan,” ungkapnya.

Secara dinamis, dalam suatu penulisan KTI, kadang-kadang terjadi accepted (diterima) dan rejected (ditolak). “Ini sesuatu yang biasa, karena siapa pun yang bereputasi tinggi, pernah ditolak atau rejected oleh reviewer, itu perlu latihan, termasuk saya sendiri,”  tegasnya.

Tahapan Menulis KTI

Dalam menulis karya tulis ilmiah tentu ada hal yang menjadi motivasi. “KTI menjadi syarat administratif sebagai SKP (sasaran kerja pegawai). Kemudian juga bisa menjadi kepuasan, apabila KTI kita diterima dan disitasi. Lalu KTI bisa menjadi keuntungan untuk peluang kolaborasi, promosi, dan naik pangkat. Ini menjadi motivasi kita semua,” ungkap Rike.

Self motivation atau memotivasi diri sendiri versi Dawid Hanak dapat dibangun melalui perencanaan jadwal untuk menulis. “Tidak harus sempurna, dalam KTI ada kerangka abstrak, metode, hasil, dan diskusi. Itu ditulis dulu apa yang mau kita bahas, agar alurnya mengalir dan aspek yang penting dalam riset tidak lupa ditulis. Riset perlu dikerjakan bersamaan dengan menulis, agar tidak kehilangan momen,” pesan Rike.

Sebelum mendaftarkan jurnal, Rike mengingatkan agar para penulis bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut. “Apakah kita mengerjakan sesuatu yang baru? Apakah ada yang menantang dalam pekerjaan kita? Apakah hasil memberikan dampak atau pengetahuan untuk pembaca? Dan apakah kita memberikan solusi dari permasalahan?” tuturnya.

Agar mengurangi masalah yang umum terjadi dalam KTI, seperti kesalahan tata bahasa, pengulangan kata, dan kurangnya daftar pustaka, lulusan doktor dari Kyoto University Jepang ini menyatakan perlunya sesama penulis (author) saling membaca KTI-nya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai peer review atau penelaahan oleh pakar dalam bidang yang sesuai. “Proses ini adalah tahapan agar riset sesuai standar komunitas akademik. Dimulai dari mendaftar (submit) menyesuaikan petunjuk penulisan (author guideline). Kemudian editor in chief memeriksa orisinalitas, kebaruan dan ruang lingkupnya, apabila tidak sesuai maka artikel langsung ditolak. Jika sesuai, akan diteruskan ke associate editor yang mengawal secara teknis dan mencari reviewer yang tepat. Kemudian dilakukan tahapan review untuk feedback (umpan balik), hingga jurnal terbit,” ulasnya.

Editor in chief ‘Building and Environment’ Elsevier, Bert Blocken, dikutip oleh Rike, berpendapat ada 9 kriteria publikasi yang buruk. Pertama penulis tidak membaca literatur publikasi sebelumnya. Dua, banyaknya plagiasi. Tiga, mengabaikan kebaruan di dalam artikel. Empat, disrespek dengan publikasi sebelumnya. Lima, klaim berlebihan data yang dihasilkan. Enam, ambigu dan tidak konsisten untuk istilah pada obyek yang sama. Tujuh, salah dalam mereferensi publikasi yang lain. Delapan, subyektif dalam menilai. Dan sembilan, tidak memerhatikan tata bahasa, gambar, dan tabel. (adl/ed:aps)

Tautan:

https://brin.go.id/news/113067/brin-dorong-hasil-riset-direkognisi-global-melalui-kti