Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kupas Kiat-kiat Memperoleh Pendanaan Riset

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam proses penguatan ekosistem riset  dan inovasi,  terdapat  tiga hal penting. Pertama adalah pengembangan SDM (periset), kedua yaitu infrastruktur, dan ketiga adalah pendanaan atau anggaran. Kegiatan pencarian kebaruan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, membutuhkan dukungan pendanaan riset. Dengan pendanaan itu, diharapkan jumlah invensi hasil riset akan semakin meningkat. Selain itu, kualitas kompetensi sumber daya manusia iptek akan semakin meningkat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), dalam mendukung program pendanaan eksternal, mengadakan webinar dengan tema “Webinar Pendanaan Eksternal: Penjelasan dan Kiat-Kiat Memperolehnya untuk Fungsional Periset”, pada Rabu (31/05).

Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan bahwa esensi dari webinar ini adalah untuk pendanaan eksternal, baik dari BRIN maupun dari yang lain. “Di ORNM ingin meningkatkan pendanaan eksternal tahun ini. Sehingga kegiatan ini sebagai salah satu ikhtiar kita, sehingga periset bisa punya semangat untuk membuat proposal riset,” ujar Ratno.

Menurutnya, agar kegiatan di kelompok riset (KR) dapat berjalan baik, harus memiliki tiga komponen yang teroptimalkan. “Ketiga poin tersebut adalah pengembangan SDM, penyediaan infrastruktur, dan pendanaan,” ungkapnya.

Ketika membuat proposal riset, periset didorong untuk berkolaborasi dengan mitra industri, universitas, baik dalam negeri dan negeri.

“Nanti kepala pusat riset juga ikut memberikan masukan, sehingga kualitas proposal yang diajukan bisa bagus, dan peluang untuk mendapatkan pendanaan lebih besar. Harapannya proposal riset benar-benar dibahas dalam ruang lingkup KR dan mitra yang akan menjadi anggota,” harap Ratno.

Juhartono dari Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi  menyampaikan jenis pendanaan di BRIN. “Ada dua tipe pendanaan di BRIN, yaitu pendanaan dari RIIM (Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju) BRIN dan pendanaan dengan imbal balik dana abadi penelitian – LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan),” sebutnya.

Ia menambahkan info tentang skema pendanaan dari luar negeri ada dua model. Seperti kerja sama dengan lembaga riset asal Jepang NEDO (New Energy and Industrial Technology Organization), sifatnya join riset. “Ini pendanaaanya dari masing masing negara. Jadi peneliti Indonesia dapat dana penelitian dari Indonesia. Peneliti luar negeri dari negara asalnya,” katanya.

Selanjutnya Juhartono menguraikan skema pendanaan di BRIN. “Pertama RIIM Ekspedisi untuk mencari koleksi ilmiah atau data di lapangan, targetnya mendapat koleksi ilmiah. Kedua, riset dan inovasi untuk Indonesia maju untuk penemuan novelty atau kebaruan. Ketiga, pengujian produk inovasi untuk produk inovasi kesehatan, produk inovasi pertanian dan produk inovasi teknologi. Keempat yaitu startup riset dengan fasilitas perusahaan pemula berbasis riset, pra inkubasi proses inkubasi, dan pasca inkubasi,” urainya.

Selanjutnya, untuk RIIM kompetisi, targetnya adalah mendapatkan novelty atau kebaruan teknologi dan hasil riset lainnya, dengan hasil karya tulis ilmiah , jurnal internasional, serta HKI (hak kekayaan intelektual) seperti paten atau sejenisnya.

“Jadi pendanaan hanya untuk riset kebaruan teknologi, cakupannya pada proses pencarian kebaruan, jumlah sampel seusai kebutuhan, pelaksanaan tidak jauh dari lokasi kedudukan, mengoptimalkan mitra untuk lokasi yang berbeda,” ulasnya.

Membuat Proposal Riset yang Layak dari Kacamata Reviewer

Terkait pendanaan, banyak skema yang bisa dimanfaatkan oleh periset, namun harus melalui tahapan-tahapan seleksi. Kelompok-kelompok riset saling bersaing dari segi isi atau substansi proposal riset, agar layak menurut kacamata penelaah (reviewer).

Tampil sebagai pembicara, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kimia Maju BRIN, Anny Sulaswaty, memberikan kiat-kiat, bagaimana sebuah proposal  penelitian  layak didanai. 

Menurut Anny yang sudah berpengalaman puluhan tahun malang melintang sebagai reviewer usulan penelitian di berbagai program pendanaan ini,  penting  untuk memahami  proposal penelitian dan mengenali kekuatan proposal. Reviewer akan bersemangat bila menjumpai topik riset yang menarik perhatian (eye catching) dan isunya ‘sexy’ .

“Penting untuk diperhatikan, bahwa  proposal penelitian tidak boleh lepas dari panduan dan patuhi aturan penulisan yang ditetapkan, fokus pada jenis tipe pendanaan (grant) yang dituju,” jelas profesor bidang kimia ini.

“Kedua aspek ini yang dipegang reviewer untuk melihat apakah sebuah proposal layak  lanjut ketahap berikut, diperlukan perbaikan, atau ditolak,” tutur Anny,  yang pernah menjabat sebagai Asisten Deputi Menristek Bidang  MIPA ini. 

“Dari sisi reviewer, poin utama yang dilihat adalah indikator kinerja yang dijanjikan, apa yang dijanjikan itu yang ditagih. Pengusul diharapkan lebih cermat untuk menuliskan indikator  yang akan dijanjikan pada saat mengusulkan proposal, tidak perlu muluk-muluk. Misal untuk usulan tata kelola, bagaimana penerapannya, kalau usulan tentang  kebijakan, bagaimana kebijakan itu dapat diterapkan,” papar periset pada Kelompok Riset Teknologi Proses Biomassa dan Thermokimia serta Rekayasa Terapan dan Senyawa Kimia Adi.

Kesalahan umum yang  terjadi pada proposal yang ditemui Anny, biasanya terdapat  terdapat pada cara pemilihan dan  penulisan judul , abstrak panjang dan tidak efisien, pendahuluan  yang panjang lebar, serta  pemilihan metode.

Hal-hal lain yang jadi daya tarik reviewer adalah proposal yang menarik, tampilan yang  tidak menarik akan mengurangi minat reviewer, karena tampilan yang mengesankan akan  mempermudah reviewer untuk melihat, menilai dan mengambil keputusan.

“Peneliti sebaiknya berorientasi pada produk target, apapun produk targetnya  tapi jelas, kemudian metode penelitiannya, dan indiator kinerja, topik yang kekinian (up to date) , sesuai bidang keahlian peneliti,” jelas Anny yang menjadi salah satu Dewan Pakar PPI Cabang Tangerang Selatan ini.

Kerja Sama Riset yang sesuai Harapan Mitra

Pada kesempatan yang sama, perwakilan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang berkerja sama dengan BRIN, memaparkan tentang “Penyatuan Pandangan Periset dan Harapan Mitra”.

DSNG sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan industri kertas, turut berkomitmen untuk menghadapi tantangan global. DSNG mengambil berbagai inisiatif untuk memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam operasinya. Seperti program penghijauan dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.

DSNG telah melakukan kerja sama dengan periset BRIN dalam beberapa penelitian dengan memperhatikan berapa aspek. Penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat, nilai tambah, kebaikan bagi lingkungan, dapat menurunkan biaya, memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, mampu menyelesaikan masalah yang ada, dapat diserap oleh pasar, dan bisa diperbesar skalanya.

Muhammad Surur, Corporate Business Development and Management DSNG menjelaskan kondisi eksisting di industrinya. “Di industri kepala sawit dan kayu saat ini kami sedang menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja. Sehingga kami berusaha bagaimana caranya agar dapat mengatasi hal tersebut. Solusinya adalah kami sedang mengembangkan alat, seperti alat pempukan untuk perkebunan sawit, dan alat ini sudah digunakan untuk mengatasi masalah tersebut,” terangnya. 

Kemudian Surur menyampaikan permasalahan lingkungan yang dihadapi industri sawit. “Masalah kedua adalah isu lingkungan, yakni limbah metan yang dihasilkan oleh kepala sawit. Kita berusaha mengurangi limbah metan dengan cara membangun bio gas power plants dan pengembangan bio-CNG plants,” lanjutnya.

Dirinya menerangkan bahwa saat ini satu pabrik dapat menghasilkan dua juta liter solar. Sehingga dapat mengurangi pembelian solar untuk operasional pabrik. “Melihat hal ini kami berusaha mencari  tracking dari Korea, India, Jepang  hasilnya bagus tetapi tracking dari luar yang menggunakan bahan baku CNG harga sangat mahal. Sehingga kami melakukan kerja sama dengan penelitian BRIN yang menghasilkan suatu kit komputer yang dipasang pada alat kami, dan kit ini dapat meningkatkan nilai dan mengurangi pengunaan solar,” ulas Surur. 

Dijabarkan olehnya, bahwa riset yang diperlukan perusahaan adalah inovasi-inovasi yang berbasis bisnis baru, sumber daya alam, dan perubahan nilai. “Di perusahan DSNG tidak melakukan penelitian dasar, hal ini sesuai dengan visi perusahaan, tetapi apabila dibutuhkan maka akan dilakukan,” jelasnya. (adl,esw,jp,mfn)

tautan :

https://brin.go.id/news/112953/brin-kupas-kiat-kiat-memperoleh-pendanaan-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Mencari Solusi Sirkular Ekonomi untuk Limbah Medis

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Permintaan masyarakat akan Alat Pelindung Diri (APD) pada masa pandemi covid-19 meningkat dan berdampak pada melonjaknya limbah APD medis. Peningkatan limbah medis APD ini menimbulkan isu baru pada lingkungan.  Daur ulang limbah APD medis dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi volume limbah medis.

Kebutuhan APD dan masker pada masa pandemi bertambah dan peningkatan limbah medis ini menimbulkan isu baru yang berdampak pada lingkungan. Sehingga menurutnya, untuk jangka panjang diperlukan manajemen dan kebijakan yang mengatur pengaturan limbah medis di Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Kimia Maju Yenny Meliana, hal itu diperlukan untuk panduan berbagai lapiasan masyarakat, bagi tenaga medis maupun rumah tangga. Yenny yang hadir mewakili Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material berharap hasil riset limbah medis dapat membangkitkan kepedulian terhadap penanganan limbah medis di Indonesia.

Achmad Gunawan Widjaksono, Direktur Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan tentang bahan berbahaya dan beracun (B3). B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. B3 dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah medis termasuk dalam golongan B3 yang ada unsur bahan yang berbahaya. Ia mencontohkan, jarum suntik, obat-obatan, dan lain sebagainya. “Sampah rumah sakit itu harus dikelola dengan aturan yang telah ditentukan oleh pemerintah,” ujar Gunawan kerap disapa.

Sirkular ekonomi sehingga sampah medis dapat memiliki nilai. “Sirkular ekonomi merupakan salah satu model efisiensi sumber daya. Dalam konteks pengelolaan sampah, praktik sirkular ekonomi bisa diwujudkan melalui praktik pengurangan sampah, desain ulang, penggunaan kembali, produksi ulang, dan daur ulang secara langsung.

Dalam sirkular ekonomi limbah tidak memiliki nilai, sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan limbah agar memliiki nilai yang positif. Sirkular ekonomi pada pemanfaatan limbah B3 dapat menggantikan sebagian bahan baku untuk energi.

Limbah rumah sakit dapat berupa gas, cair, maupun padat. Sedangkan limbah padat ada yang bersifat medis maupun non medis. Dalam sirkular ekonomi limbah medis ada yang bisa dimanfaatkan kembali dan ada yang tidak.

Dalam kesempatan yang sama, Anas Ma’ruf, Direktur Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa isu limbah medis selalu menjadi kontroversi. “Pengelolaan limbah perlu penanganan yang baik karena limbah medis berisiko besar, karena limbah tersebut sangat berdampak dan dapat menimbulkan masalah bila tidak dikelola dengan baik,”  ucapnya.

Solusi Pengelolaan Limbah Medis

Anas menerangkan bahwa limbah medis dapat berdampak pada lingkungan dan kesehatan. Dampak lingkungan yang dimaksud di antaranya mencemari tanah, air, udara dan mempengaruhi hasil pangan. Sedangkan dampak kesehatan meliputi gangguan estetika dan kenyamanan (bau, kumuh, kotor), kecelakaan/tertusuk benda tajam (hepatitis, HIV, dan lainnya), dan infeksi silang (pasien ke pasien, pasien ke petugas, atau fasyankes ke masyarakat).

Anas menjelaskan, pengelolaan limbah B3 dari fasyankes di rumah sakit dapat dikelola secara internal dan eksternal. Pengelolaan internal seperti pengurangan, pemilahan, pewadahan, penyimpanan dan pengolahan internal. Dari pengolahan internal selanjutnya dilakukan pengelolaan eksternal, yaitu pengangkutan untuk diolah eksternal dan penimbunan.

Limbah medis fasyankes tersebut dapat dikelola dengan berbasis wilayah seperti skala kecamatan, kota/kabupaten baik pengelolaan internal maupun eksternal. Dengan demikian, limbah B3 akan terkelola dengan baik, efisien dan meningkatkan nilai ekonomi.

Pandemi covid-19 yang melanda dunia, termasuk juga Indonesia, mengharuskan orang menggunakan alat pelindung diri (masker) dan alat-alat kesehatan lainnya, yang memunculkan limbah masker, dengan jumlah limbahnya yang sangat besar. Penelitian membuktikan bahwa limbah masker banyak yang berakhir di muara-muara sungai sehingga menjadi masalah lingkungan baru.

Salah satu bahan utama yang terkandung dalam masker medis dan alat pelindung diri lainnya, termasuk penutup kepala dan baju hazmat, adalah bahan plastik polypropyelene atau polipropilena (PP), yang dengan mudah ditemukan kandungan virgin polimer dan virgin polypropyelene-nya melalui pembuktian dengan metode rekristaliasi.

Profesor Riset bidang Kimia, Agus Haryono menjelaskan, aplikasi polipropilena banyak digunakan dalam keseharian. Ia mencontohkan, untuk kemasan berbagai produk makanan, minuman sampai suku cadang otomotif. Polipropilena termasuk polimer yang bersifat bagus, berat molekul rata-rata cukup tinggi, bersifat nonpolar, isolasi frekuensi yang tinggi, ketahanan panas baik, ketahanan abrasi dan elastisitas yang cukup tinggi sehingga nyaman dipakai sebagai APD. Polipropilena termasuk material yang memiliki kekuatan mekanis yang tidak cepat rusak, kuat terhadap bahan-bahan kimia secara umum.

Akan sangat menarik apabila bahan-bahan tersebut bisa didaur ulang dengan berbagai cara, seperti metode rekristalisasi atau metode komposit yang mencampurkannya dengan biomassa lain, untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, sehingga terjadilah sirkular ekonomi yang dihasilkan dari limbah medis yang bisa dimanfaatkan.

Pada tahap awal, dilakukan sterilisasi limbah masker medis yang berasal dari rumah tangga dan fasilitas layanan kesehatan, kemudian dilajutkan dengan rekristalisasi yang menghasilkan polipropilena murni, dari bijih polipropilena yang dihasilkan berpotensi menghasilkan  produk yang bernilai ekonomi, sehingga terbentuk konsep sirkuler ekonomi dari limbah masker dari berbagai rumah tangga dan fasyankes.

Menurut Agus yang juga sebagai Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN tersebut, metode rekristalisasi mampu mengembalikan polipropilena dari masker medis. Rekristalisasi berhasil mencapai kemurnian tinggi menggunakan anti pelarut etanolbahkan sampai rendemen lebih dari 96 %. Selanjutnya, hasil FTIR anti pelarut etanol mampu memurnikan dengan optimal, terlihat dari keberadaan hampir keseluruhan gugus fungsi polipropilena terlihat.

Dari hasil analisis dengan FTIR dan XRD, didapatkan bahwa polipropilena ini murni, dengan struktur berbentuk kristalin, dan dengan hasil evaluasi ekonomi yang dilakukan bersama tim nya, didapatkan bahwa proses rekristalisasi ini berpotensi untuk di up-scalling menjadi proses yang mempunyai nilai ekonomi, untuk mendapatkan sirkular ekonomi.

“Dengan perhitungan optimis melalui analisa keekonomian, berharap akan muncul penyandang dana, sehingga pengolahan limbah medis terealisasi dan masalah limbahnya juga teratasi, karena bisa dimanfaatkan ulang dan aplikasinya sangat luas,” jelas Agus dalam webinar bertema  “Sirkular Ekonomi dan Kebijakan Pengolahan Limbah Medis, Selasa (24/05).

“Walaupun pandemi covid-19 sudah berakhir dan diperlakukan sebagai endemi, namun kita yakin tantangan pasokan bahan limbah medis untuk memenuhi kapasitas produksi bisa diatasi, dengan kerja sama dengan berbagai fasilitas layanan kesehatan dari seluruh Indonesia,”  tutur Agus di akhir penjelasannya.

Sebagai informasi, riset rekristalisasi diinisiasi oleh almarhum peneliti Sunit Hendrana, yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui Skema Hibah Alumni (Alumni Grant Scheme), yang diadministrasikan oleh Australia Awards in Indonesia tahun 2021. Kemudian kegiatan ini dilanjutkan oleh Agus Haryono. Agus bersama timnya melakukan penelitian rekristalisasi limbah medis dan menggali potensi ekonomi yang menyertainya. (esw,jp,ls,mfn/ed:adl, drs)

tautan:

https://www.brin.go.id/news/112929/mencari-solusi-sirkular-ekonomi-untuk-limbah-medis

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Mikroplastik pada Garam dan Air Minum dalam Kemasan

Tangerang Selatan –  Humas BRIN. Mikroplastik pada garam dan air minum kemasan sekarang sedang ramai menjadi perbincangan. Terutama dengan adanya jurnal yang menyatakan adanya kontaminasi di Indonesia yangg cukup tinggi.

Mikroplastik ini merupakan salah satu komponen yang dapat bermigrasi baik dari kemasan ke dalam media yang bisa dikonsumsi oleh manusia.

Perekayasa dari Pusat Riset Teknologi Polimer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Chandra Liza menjelaskan Mikroplastik pada Garam dan Air Minum dalam Kemasan pada forum pertemuan riset dan inovasi ORNAMAT seri 27, Selasa (11/04).

Chandra Liza mengatakan mikroplasitik adalah partikel dengan ukuran kurang dari 5 mm. “Jadi ada yang disebut dengan mikroplastik primer. Contohnya kosmetik pada microbeads-nya adalah polimer jenis dari polietilena (PE), serat-serat pada pakaian, dan sebagainya,” sebutnya.

“Kemudian mikroplastik sekunder berasal dari produk yang besar contonya botol plastik yang terdegradasi sehingga dia pecah menjadi fragmen,” imbuhnhya.

Ia bersama tim  melakukan identifikasi keberadaan mikroplastik pada garam di pasaran yaitu garam olahan dan garam curah. Selanjutnya pengolahan garam pada pengambilan sampel mulai dari sumber air laut, serta melakukan sampling air minum dalam kemasan yang ada di daerah Banten.

Mikroplastik pada Garam

Chandra Liza mengungkapkan, kandungan mikroplastik ditemukan dalam garam.

“Menurut data di Woha – Nusa Tenggara Barat dan Takalar Lama – Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa kandungan mikrodebris/mikroplastik bertambah selama pengolahan garam tradisional, karena hanya sangat sedikit kandungan mikrodebris/mikroplastik ditemukan di air laut sebagai sumber,” ujar Ica kerap disapa.

“Hasil identifikaasi diketahui, bahwa  sumber air laut itu mengandung hanya satu partikel (mikro plastik dalam garam) dan seiring pengolahan ia bertambah banyak,” tambah Ica.

Hal ini terjadi karena dalam melakukan pengolahan garam menggunakan material dari polimer (berbahan plastik). Dan material ini menjadi alas di dalam membantu proses pengeringan. Sehingga mengakibatkan tumbuhnya partikel semakin banyak

Mikroplastik pada Air Minum Kemasan

Sedangkan, dengan menggunakan sampel air minum kemasan (gelas) 120 ml dari lima merek lokal sebagai sampel. Pada lima merek air minum dalam kemasan yang diidentifikasi menunjukkan tidak adanya kontaminan atau mikroplastik/mikro debris pada air minum dalam kemasan

“Hasil dari Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dari semua brand ini mengandung suspek mikroplastik dengan ukuran yang cukup beragam dalam jenis semua berbentuk 95% fiber dan 5% berbentuk film,” pungkas Ketua Kelompok Riset Polimer Hijau.

Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), yang diwakilkan oleh Joddy Arya Laksmono menyampaikan ORNAMAT ini merupakan salah satu sarana untuk bertukar pikiran, bertukar informasi, sarana berdiskusi, bagi periset, praktisi, akademisi, industri, maupun media.

“Ada baiknya ke depan para sivitas di setiap kelompok riset bisa memberikan informasi apa saja yang sedang dikerjakan, ujar Joddy.

“Tentunya apa yang diinformasikan dalam ORNAMAT ini barangkali bagian kecil dari yang dilakukan di kelompok riset masing-masing.  Khususnya riset, jika memang mendalam menjadi sebuah puzzle dari potongan kecil-kecil yang kemudian kalau disusun menjadi gambar yang indah,” harap Kepala PRTP – BRIN. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Isolasi Selulosa Asetat dari Lignoselulosa melalui Pendekatan yang Ramah Lingkungan

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Indonesia merupakan negara agraris terdapat perkebunan yang sangat luas, baik perkebunan sawit, tebu, maupun kayu putih, yang menghasilkan biomassa yang dapat diolah kembali menjadi selulosa asetat yang ramah lingkungan. Selulosa asetat yang kelola dari biomassa ini akan mengalami degradasi kembali dan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk untuk tanaman.

Selulosa Asetat berupa suatu ester selulosa yaitu selulosa sederhana asetat. Kebutuhannya saat ini masih tinggi dan tergantung terhadap impor. Di lain pihak, Indonesia kaya akan potensi biomassa berupa limbah perkebunan yang saat ini pemanfaatannya belum optimal.

Penggunaan selulosa asetat digunakan pada film/fotografi, LCD screen, dapat juga digunakan untuk tekstil, membran untuk penyaring air atau berbagai aplikasi sebagai frame kaca mata, kosmetik, dan lain-lain.

Roni Maryana dari Pusat Riset Kimia Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada sesi forum presentasi Ilmiah ORNAMAT seri ke-27 pada Selasa (11/04) menyampaikan, “Saat ini di Indonesia memiliki luasan perkebunan kepala sawit seluas 16 juta hektar dan potensi tanda kosong kepala sawit 26 jt ton/thn, dan ranting kayu putih sekitar 32.500-65.000 ton/tahun. Potensi biomassa inilah yang nantinya akan diolah menjadi selulosa asetat”.

“Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki ekstraksi selulosa asetat (CA) dari ranting kayu putih (Melaleuca leucadendron) dan ampas tebu (Saccharum officinarum) menggunakan metode yang ramah lingkungan,” tambah Roni.

Roni juga menjelaskan, “Pada awalnya, selulosa diekstraksi dari ranting kayu putih (CT) dan ampas tebu (SB) melalui prehidrolisis diikuti dengan pembuatan pulp soda (NaOH) dan pemutihan unsur bebas klorin (ECF). Kemudian, selulosa yang diekstraksi diasetilasi menggunakan yodium (I) sebagai katalis. Dari hasil penenlitian dapat dilihat serabut kelapa berpotensi untuk menjadi bahan baku pembuatan selulosa asetat karena mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu 28,89%”.

“Isolasi selulosa telah dilakukan dengan metode pulping dan bleaching untuk menghilangkan lignin dan residual lignin. Agen pulping dan bleaching yang digunakan adalah NaOH dan NaClO2 – H2O2. Selulosa asetat telah disintesi melalui reaksi esterifikasi selulosa menggunakan asam asetat glasial, asam asetat anhibrida, dan katalis asam sulfat pekat,” imbuh Roni.

Pada kesempatan ini, Joddy Arya Laksmono, Kepala PR Teknologi Polimer mewakili kepala ORNM menyampaikan, “ORNAMAT salah satu sarana untuk bertukar informasi dan berdiskusi. Ada baiknya ke depan para sivitas bisa memberikan informasi yang sedang bekerja di kelompok riset masing-masing,” ungkapnya.

“Proses isolasi selulosa ada beberapa macam, karena biasanya digunakan bahan kimia, agar limbahnya terbuang dengan aman periset melakukan pendekatan dengan pelarut atau bahan kimia yang ramah lingkungan,” ujar Joddy. (esw/ed:adl)

Categories
Perhimpunan Periset Indonesia

Periset Tangsel Ikuti Sosialisasi Permenpan RB No 1 Tahun 2023

https://www.instagram.com/reel/CqUtFYrI5FC/?utm_source=ig_web_copy_link

Tangerang Selatan – Humas PPI. Dalam rangka Implikasi Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun 2023 Terhadap Jabatan Fungsional, Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan Sosialisasi Peraturan PermenPAN No. 1 Tahun 2023, pada Jumat (24/03). Pada webinar ini disampaikan oleh Rahma Lina dari Direktorat Pembinaan Jabatan Fungsional (JF) dan Pengembangan Profesi Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Ketua PPI Kota Tangsel, Agus Sukarto Wismogroho dalam sambutannya mengatakan narasumber pada acara ini menyampaikan hal yang sangat krusial buat para pemangku jabatan fungsional. “Semoga sosialisasi PermenPAN RB 1 Tahun 2023 menjadi awalan dan sosialisasi untuk kita semua dan bisa memberikan pemahaman akan jabatan fungsional kita ke depan,” harapnya.

Pembicara Rahma Lina mengatakan, selama ini mengacu pada PermenPAN RB Nomor 13 Tahun 2019 berkaitan dengan pembinaan JF, pengusulan jabatan fungsional baru, perubahan jabatan fungsional baru, dan sebagainya. “Secara umum, PermenPAN RB Nomor 13 Tahun 2019 tidak hanya mengatur tentang kinerja jabatan fungsional, tetapi sebagai rujukan dalam tata kelola pembinaan jabatan fungsional,” ujar Lina.

Lebih lanjut dikatakan Lina, menjelang implementasi penuh PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023, peralihan PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023 ini, ada klausul penyesuaian angka kredit kumulatif.

“Penyesuaian angka kredit kumulatif menyesuaikan dengan PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023, jabatan-jabatan fungsional yang perhitungan angka kredit (PAK) masih konvesional, harus sudah menyesuaikan paling lambat 31 Desember 2023,” kata Plt. Direktur Pembinaan Jabatan Fungsional dan Pengembangan Profesi SDM Iptek – BRIN.

“Termasuk hasil kerja yang belum dapat nilai. Oleh sebab itu harus melakukan penilaian dulu yaitu paling lambat Juni,” tambahnya.

Lina menyampaikan, ada 7 hal yang menjadi mandat dari BKN. Tujuh peraturan teknis tersebut masih menunggu sebagai juklak dari PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023 yaitu Konversi Angka Kredit (AK), AK Perpindahan Jabatan Antar Jabatan, AK Penyetaraan Jabatan, Mekanisme Kenaikan Jenjang JF dan Tata Cara Penghitungan AK Kumulatif Kenaikan Jenjang JF, Tata Cara Penghitungan Konversi Predikat Kinerja ke dalam AK, Tata Cara Penghitungan AK untuk Kenaikan Pangkat, serta Penyesuaian AK Kumulatif.

Mengacu pada PermenPAN RB Nomor 6 Tahun 2022, 1 Januari 2023, terkait dengan penilaian kinerja, sudah memakai konversi predikat kinerja, walau pun PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023, mulai berlaku nanti Bulan Juli 2023.

Sedangkan kaitannya dengan masih berlakunya peraturan pelaksanaan JF masing-masing atau juknis masih berlaku selama tidak bertentangan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang 6 hal perubahan pokok tata kelola JF pasca PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023. Pertama, pada PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023 berbasis pada ruang lingkup tugas pada setiap jenjang jabatan dan menyesuaikan dengan ekpektasi kinerja. 

Kedua, sekarang perpindahan dapat dilaksanakan lintas rumpun untuk memudahkan talent mobility. “Perubahannya itu tidak hanya perpindahan dalam jabatan seperti perpindahan dari jabatan fungsional ke jabatan administrasi atau struktural, tetapi juga perpindahan antar rumpun dan perpindahan dalam satu rumpun,” terang Lina.

Ketiga, di PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023, sebelumnya target angka kredit yang besarannya 12,5; 25; 37,5; 50 itu, menjadi target jumlah yang dalam capaian. “Nanti jumlah-jumlah tersebut, justru sebagai pengali. Pengali pada saat nanti penentuan predikat kinerja, dan predikat evaluasi kinerja diakhir tahun,” lanjutnya. 

Keempat, evaluasi berdasarkan hasil penilaian pemenuhan ekspektasi kinerja. “Pada PermenPAN RB Nomor 1 Tahun 2023 ini juga ada pengaturan berkaitan dengan ruang lingkup. Ruang lingkup yang sebenarnya masih memberikan pengaturannya kepada otoritas instansi pembina,” paparnya.

Kelima, kaitannya dengan ketentuan kenaikan pangkat istimewa untuk JF. “Ada kenaikan pangkat istimewa untuk jabatan fungsional, namun tetap masih mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan,” sambungnya. 

Keenam, instansi pembina nanti sebagai regulator, kaitannya dengan penyusunan regulasi-regulasi perangkat kaitannya dengan pembinaan jabatan fungsional, kemudian terkait dengan pengembangan kompetensi dan sebagainya.

“Jadi kita tidak usah lagi memikirkan butir-butir yang banyak dan bingung. Nanti setelah melalkukan revisi, mungkin juknis itu hanya 20 lembaran. Tidak seperti sekarang bisa mencapai 100 bahkan 200 halaman,” jelas Lina. (hrd/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Teknologi Rekristalisasi, Solusi Limbah Medis

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Pada masa pandemi, kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) semakin meningkat dan berdampak pada melonjaknya limbah APD. Peningkatan limbah medis APD ini menimbulkan isu baru pada lingkungan. Asia Development Bank (ADB) memprediksi Jakarta dapat menghasilkan tambahan 12.720 ton limbah medis berupa sarung tangan, baju APD, masker, dan kantong infus selama 60 hari pada masa pandemi.

Penanganan limbah medis saat ini masih berbasis insinerasi. Namun, cara ini akan meningkatkan produksi abu, gas, serta ultrafine particles (partikel skala nano) dari sisa pembakaran limbah. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas udara dan ozon. Beberapa limbah APD medis dapat didaur ulang karena berbasis polimer termoplastik seperti polipropilen (PP) dan polietilen (PE). APD jenis ini diantaranya adalah masker dan kantong infus.

Beberapa metode dapat dilakukan untuk daur ulang limbah medis ini. Metode yang dikembangkan dikenal dengan metode rekristalisasi untuk masker medis. Untuk teknologi pengelolaan masker medis ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Alumni Grant Scheme (AGS), Austalia Awards in Indonesia menyelenggarakan webinar series dengan tema “Teknologi Pengolahan Limbah Medis”, secara daring pada Rabu (15/03).

Kepala Pusat Riset Kimia Maju (PRKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yenny Meliana menyampaikan, kegiatan pengolahan limbah medis dengan kristalisasi ini, sebelumnya diinisiasi oleh salah satu periset di Pusat Riset Kimia Maju yaitu Sunit Hendara (almarhum) sebagai ahli polimerisasi. “Riset ini dilanjutkan oleh periset muda dan terus dikembangkan sampai saat ini, harapannya riset ini dapat berguna untuk masyarakat secara umum,” jelasnya.

Lebih lanjut Yenny menerangkan, PRKM terdiri dari beberapa kelompok riset, salah satunya yang menangani pengolahan limbah medis. “Tahun 2019 awal pandemi kemudian 2020 virus covid ini mulai mendunia, sementara di Indonesia limbah medis terus meningkat dan diperlukan pengolahan yang efektif,” katanya.

Menurutnya, terdapat beberapa jenis limbah medis. “Ada limbah bahan tajam seperti jarum suntik, limbah farmasi dari obat dan vaksin kadaluarsa, limbah patologi dari jaringan tubuh,  limbah kimia seperti pelarut laboratorium dan disinfektan, limbah radioaktif, limbah infeksius yang terkontaminasi cairan tubuh manusia, serta limbah non-klinik yang tidak berpotensi bahaya biologi, kimia, dan radioaktif,” urai Yenny.

“Dalam pengolahan limbah medis dapat dilakukan dengan beberapa proses seperti proses termal, proses kimia, proses iradiasi dan proses lainnya, sementara dalam metode kimia kelebihannya dapat mengurangi volume, efisiensi waktu, dan menghilangkan bau limbah,” ungkapnya.

Metode Rekristalisasi untuk Limbah Masker Medis

Peneliti bidang polimer Joddy Arya Laksmono menjelaskan, hasil riset dan data empiris yang telah dihasilkan, sebagai validasi bahwa metode rekristalisasi membuat polimer yang ada di limbah medis bisa diperoleh.

“Ada suatu potensi dalam proses daur ulang dari limbah medis, bahwa kita bisa memperoleh dan mengurangi beban lingkungan dari limbah medis, seperti masker. Kemudian mengenai aspek ekonomi sirkular akan kami bahas pada webinar berikutnya,” ucapnya.

Joddy mengungkapkan bahwa limbah di Indonesia jumlah limbah masker sejak 2020 hingga April 2021, telah mencapai 21 ton. Limbah ini menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan penanggulangan berupa daur ulang limbah masker.

“Dengan adanya pandemi 2020-2022, ternyata meningkatkan limbah medis. Penggunaan masker medis menjadi penting dalam kebutuhan sehari-hari. Waktu penggunaannya juga terhitung sering berganti, sehingga ini meningkatkan limbah medis,” terangnya.

“Dengan menggunakan metode rekristalisasi dapat menghasilkan polimer penyusun bahan masker. Metode ini merupakan salah satu alternatif yang kami pilih karena memiliki efisiensi. Walaupun metode ini lebih banyak menggunakan pelarut organik kimia, baik polar maupun non polar. Namun dengan teknologi, pelarut tersebut bisa di-recovery, sehingga pelarut organik yang digunakan menjadi kecil dan untuk segi lingkungan aman, tidak ada yang dibuang ke lingkungan,” jelasnya

Joddy dan tim berasumsi dengan metode rekristalisasi memiliki keuntungan. “Dari proses ini akan mendapatkan polimer polipropilen (PP) murni dan tidak terjadi terdeformasi akibat proses termomekanik,” ulasnya.

Kemudian Joddy menuturkan tahapan metode rekristalisasi yang dilakukan. “Limbah dengan rekristalisasi pertama dapat dilakukan pencacahan sampel masker, kemudian pelarutan dengan menggunakan toluene dan xylene, rekristalisasi dengan metanol, penyaringan vacuum, dan terakhir pengeringan,” kata Joddy.

Tahapan yang juga penting dalam riset adalah solvent recovery, untuk xylene dan metanol. “Kami berupaya mengoptimalkan agar bahan pelarut kimia yang sifatnya berbahaya ini tetap aman, karena jumlah pelarut ini banyak, dan bisa digunakan dalam tahapan berikutnya,” terangnya.

Selain itu, berikutnya yang tak kalah penting adalah proses dekolorisasi. “Dalam produk masker terdapat warna yang ditambahkan. Kami menggunakan metode adsorpsi dengan karbon aktif untuk menyerap warna. Setelah kami coba dengan berbagai variasi konsentrasi, akan menghasilkan polipropilen yang hampir mirip dengan warna originnya,” pungkas Joddy. (ls, adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Tingkatkan Kolaborasi Internasional Riset Nanoteknologi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Berdasarkan hasil studi, kolaborasi internasional mengambil peran penting dalam mengembangkan nanoteknologi. Data kolaborasi internasional menunjukkan bahwa hasil paten nanoteknologi meningkat. Seperti di negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa, ada yang membuka kolaborasi dengan terbuka ataupun secara selektif.

Perwakilan dari Departemen Farmakologi/Toksikologi, Universitas Ilmu Kedokteran Tehran, Iran Mahmoud Ghazi-Khansari, menjabarkan alasan keselamatan dijadikan pertimbahan dalam penyusunan peraturan, baik secara nasional maupun internasional. “Jika Anda melakukan pencarian di salah satu mesin pencari Anda seperti google, sampai dengan kemarin Anda dapat menemukannya lebih dari 200 juta situs data nanoteknologi, dan dari ini sekitar 62 situs utama yang terkait dengan keamanan nanoteknologi dan jika anda melihatnya secara global investasi pada teknologi ini semakin tinggi dan diperkirakan mencapai 228 miliar,” kata Mahmoud pada Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications secara virtual, Kamis (23/02)..

“Saat ini publikasi tentang keamanan ada sekitar 28 publikasi, sebanyak 60% peduli dengan kesehatan manusia dan kemudian 12% tentang lingkungan. Sebenarnya setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekhawatirannya dan di sini temui kemungkinan masalah, untuk itu diperlukan standarisasi.  Saat ini Indonesia  dan saya telah menjadi anggota tim di ITC 229, ke depannya akan diatur kolaborasi dalam hal seperti yang saya sebutkan 10% dari standar ISO telah dikembangkan,” imbuh Mahmoud.

Kepala Pusat Fotonik BRIN, Isnaeni, menyampaikan topik penting yang perlu diangkat dalam workshop  yaitu  pemanfaatan laser untuk membuat berbagai jenis partikel nano. “Dengan menggunakan bantuan laser, maka proses sintesis partikel nano menjadi sangat mudah, cepat dan tidak membutuhkan banyak bahan kimia seperti pada proses sintesis yang lain. Partikel nano yang sudah dicoba dibuat dengan teknik laser ablasi dan ion reduksi ion antara lain partikel nano emas, perak, zinc, quantum dot, karbon dot dan masih banyak lagi,” ungkap Isnaeni.

Ia menambahkan bahwa fasilitas laser ini terbuka untuk kolaborasi. “Fasilitas laser yang tersedia di BRIN adalah laser pulsa Nd:YAG dan laser pulsa femto detik yang merupakan satu-satunya laser femto detik yang ada di Indonesia. Semua fasilitas laser ini terbuka untuk umum melalui jalur kolaborasi riset,” ucap Isnaeni.

Kemudian Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, menjelaskan sumber daya peneliti yang eksis serta berbagai riset yang tersedia di pusat risetnya. “Kelompok riset kami ada Theoritical High-Energy Physics, Experimental High-Energy Physics, Quantum Metter Theory, Quantum Simulation, dan Quantum Devices and Technology,” sebutnya.

“Pada pusat riset fisika kuantum, minat riset awal yaitu fisika yang bersifat  teori dan komputasi, perhitungan ab inisi, struktur elektronik, termoelektrik, sifat optik, interaksi materi cahaya, dan spektroskopi,” terangnya.

“Jika menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum, kita dapat memprediksi, menjelaskan, dan mensimulasikan sifat-sifat nanomaterial yang menjadi penopang dari berbagai teknologi kuantum di masa depan, seperti komputer kuantum hingga kriptografi,” ulas Ahmad Ridwan dalam paparannya tentang Efficient Simulation of Quantum Many-Particle System Using Classical Computers.

Dalam acara yang sama, Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN, Anggoro Tri Mursito, menyampaikan bagaimana pengembangan juga kesiapan industri pertambangan dalam negeri, khususnya pada riset dan inovasi.

Anggoro mengatakan, PR Teknologi Pertambangan terdiri dari 6 kelompok riset antara lain eksplorasi pertambangan, teknologi praktik pertambangan, pengelolaan dampak pertambangan, pengolahan mineral, logam dasar dan logam mulia, serta pengolahan mineral bukan logam, batuan dan batubara. “Dari enam kelompok riset, khususnya pada keahlian geologi, geofisik, teknik pertambangan, maupun lingkungan dan juga teknik kimia, dan masih banyak lagi,” ujar Anggoro.

Teknologi pertambangan juga ada beberapa kegiatan pengolahan sumber sekunder antara lain e-waste, limbah industri pertambangan, pertambangan perkotaan. “Kami telah menggunakan mineral processing technology dalam produk prekursor senyawa logam berharga, untuk bahan baku baterai kendaraan listrik, magnet, sensor, fortifikasi makanan, dan material canggih lainnya,” kata Anggoro.

Teknologi Pertambangan juga mempunyai teknologi untuk pengolahan nikel laterit menjadi nikel pig iron (NPI) dengan memanfaatkan host blast temperature. “Dan satu lagi, beberapa mahasiwa juga sukses untuk produk nano iron yang sebagian besar dari nano ion serta nano nikel yang berasal dari laterit. “Ada beberapa aplikasi dari produk semacam ini, maka pada masa mendatang beberapa riset pada beberapa mahasiswa juga akan terus berlanjut,” ujarnya. (hrd,mfn,esw/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Peneliti BRIN Bahas Riset Pemanfaatan Material Nikel dan Baja

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kembali menyelenggarakan forum pertemuan ilmiah riset ORNAMAT, dalam upaya mendukung penguatan iklim riset, akumulasi pengetahuan, dan sarana membuka peluang kolaborasi bagi mitra, baik internal maupun eksternal BRIN, secara daring, pada Selasa (24/01).

Kepala ORNM BRIN yang diwakili oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer, Joddy Arya Laksmono menyampaikan bahwa webinar kali ini menghadirkan dua peneliti BRIN, yang keduanya akan menjelaskan tentang perkembangan risetnya terkait pemanfaatan sumber daya logam nikel di Indonesia dengan perspektif masing-masing.

Joddy menyampaikan bahwa peneliti dari Pusat Riset (PR) Metalurgi BRIN, Moch Syaiful Anwar, menampilkan materi ‘Karakteristik Deformasi Creep Baja Tahan Panas Austenitik untuk Pipa Boiler PLTU Ultra Super Kritis’, dan Sudiyarmanto dari PR Kimia Maju membawakan materi ‘Sintesis dan Karakterisasi Film Tipis Berbasis Nikel yang Dipreparasi Menggunakan Teknik Deposisi Fluida Superkritik’.

“Jadi sebagaimana kita ketahui bahwa di setiap PLTU terdapat boiler sebagai sumber penghasilan uap panas untuk menggerakan turbin, dimana kondisi uap panas yang dihasilkan tergantung pada kebutuhan tenaga untuk menggerakan turbin,” ucapnya.

“Bisa jadi uap panas itu berada pada kondisi ultra super kritis secara termodinamika, sehingga diperlukan suatu material khusus yang bisa menjaga agar PLTU itu bisa terus beroperasi, dengan baja tahan panas austenitik,” sambungnya.

Kemudian Joddy menerangkan metode deposisi menggunakan fluida pada kondisi super kritis, menjadi perhatian di kalangan periset, khususnya di dalam pengembangan bahan baja padat. Jadi nikel merupakan unsur kimia metalik, yang termasuk ke dalam logam transisi,” jelas Joddy.

Ditambahkan olehnya, nikel memiliki sifat keras dan ulet, memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan khas untuk berbagai aplikasi seperti katalis. “Tentunya didukung oleh karakterisasi yang dapat menjelaskan fenomena pembentukan film dan aplikasinya, ini akan menjadi sangat menarik manakala dalam pembentukan lapisan film tipisnya, menggunakan metode fluida,” tambah Joddy.

Dalam kesempatan tersebut, peneliti dari Kelompok Riset Baja, Pusat Riset Metalurgi BRIN, Moch Syaiful Anwar, menjelaskan bahwa boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu PLTU Sub Kritis (dibawah titik kritis air 540°C dan 17-22 MPa, efisiensi operasi kurang dari 38%), kemudian PLTU Superkritis/SC ( diatas titik kritis air 600/615°C dan 25 MPa, efisiensi operasi kurang dari 42%) selanjutnya PLTU Ultra-Superkritis/ USC (diatas titik kritis air 620°C dan 30 MPa, efisiensi operasi kurang dari 42-46 %) serta PLTU Advance Ultra-Superkritis /A-USC (diatas titik kritis air 700-760°C dan 35 MPa, efisiensi operasi lebih dari 50 %).

“Di Indonesia, saat ini melalui PT PLN telah mengoperasikan PLTU Jawa 7 menggunakan teknologi boiler ultra super kritis (USC), yang diyakini dapat meningkatkan efisiensi pembangkit hingga 15 % lebih tinggi dibandingkan dengan no-USC serta teknologi USC membuat emisi yang dihasilkan lebih ramah lingkungan,” ungkapnya.

Selain memberikan pemahaman tentang teknologi boiler USC, Syaiful meyampaikan potensi baja boiler mengalami deformasi creep akibat beban tetap dan panas yang tinggi. “Creep adalah deformasi plastis tergantung waktu pada beban atau tegangan konstan. Creep merupakan fenomena temperatur tinggi T > 0,4 Temperatur metric yang terjadi secara signifikan,” terangnya.

Dalam penelitiannya tentang creep, Syaiful menggunakan material pipa baja tahan panas 253 MA dengan diameter luar 60.33 mm, tebal 3.9 mm, panjang 200 mm, dengan nilai kekerasan awal 191 HV. Material baja tersebut kemudian dilakukan proses, antara lain, preparasi, pembuatan spesimen, uji creep rupture, uji tarik, proses perlakuan panas, proses pendinginan, hingga pengukuran struktur butir mikro baja dengan alat karakterisasi.

Dari kesimpulan risetnya, uji creep rupture bertujuan untuk mengetahui ketahanan logam terhadap beban dan atau suhu tinggi yang konstan hingga logam tersebut terdeformasi. “Uji creep rupture yang dilakukan pada 700°C dengan beban 150 MPa menunjukkan hasil korelasi antara ukuran butir, sifat mekanik, dan waktu,” ulas Syaiful.

Riset Film Tipis Nikel dengan Fluida Superkritik

Kemudian peneliti dari Pusat Riset Kimia Maju BRIN, Sudiyarmanto, memaparkan bahwa fluida superkritik atau super critic fluid (SCF) merupakan suatu keadaan zat yang dibentuk pada kondisi di atas titik kritisnya yaitu di atas temperatur kritis (T) dan tekanan kritis (P). “Di sinilah dua fasa yang tadinya terpisah yaitu cairan dan gas, di fasa superkritik ini terlihat tidak ada pembedanya atau tidak ada pemisahnya,” ujarnya.

Menurutnya, SCF memiliki beberapa keunggulan. “Diantaranya mempunyai daya larut yang tinggi, mudah disesuaikan temperatur dan tekanan, sifat hybrid properties, bisa secara intensitas lebih mirip ke air dan secara difusitas lebih mirip ke gas, tegangan permukaan nol, dan dapat didaur ulang,” urainya.

Mengenai aplikasi SCF, sangat banyak digunakan di berbagai bidang diantaranya pangan dan farmasi, serta energi dan lingkungan. “Sekarang ini, untuk SCF banyak terbit paper, yaitu aplikasi SCF di bidang nano dan material, terutama yang berkaitan dengan surface chemistry atau kimia permukaan,” terangnya.

Dalam risetnya, Sudiyarmanto berfokus ke bidang film tipis (thin film), namun tidak menutup kemungkinan SCF bisa digunakan di bentuk-bentuk nanomaterial yang lainnya, seperti di nano partikel, kawat nano dan seterusnya.

Fluida yang digunakan oleh Sudiyarmanto berupa karbodioksida (CO2) yang memiliki banyak keunggulan. “Fluida CO2 paling banyak digunakan untuk SCF, yang mempunyai keunggulan dari setting temperatur (T) dan tekanan (P) mempunyai kondisi titik kritis ringan. Kemudian CO2 tidak beracun dan tidak mudah terbakar, CO2 juga bisa diartikan sebagai inert, dan sebagai kategori solvent yang ramah lingkungan,” kata peneliti Kelompok Riset Katalis.

Beberapa produk film lapis tipis berhasil disintesis dan dikarakterisasi oleh Sudiyarmanto dan tim melalui metode SCF berbasis nikel, menggunakan nikel (Ni), platinum (Pt), dan tembaga (Cu). Baik film tipis Ni-Pt alloy (paduan nikel dan platinum) dan Ni-Cu alloy (paduan nikel dan tembaga). (esw/jp/ls/hrd/adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN bersama PPI Belgia Sosialiasikan Program Manajemen Talenta Riset dan Inovasi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang bertalenta dan berdaya saing secara global, pada 10 Desember 2021, dibentuklah Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 21 Tahun 2021 tentang Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional. Manajemen talenta nasional mempunyai tiga fokus bidang yakni riset dan inovasi, seni budaya, dan olah raga.

Direktur Manajemen Talenta – Kedeputian Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDMI) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Raden Arthur Ario Lelono, menyampaikan BRIN mendapatkan amanah menjadi koordinator talenta di bidang riset dan inovasi, pada acara Mengenal Program BRIN: Skema Mobilitas Periset, Rekrutmen Calon ASN, dan Strategi Pengembangan Riset-Inovasi, Rabu (05/01), bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (Belgia).

Pada kegiatan sosialisasi yang ditujukan untuk pelajar Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Eropa tersebut, Arthur menjelaskan melalui program Manajemen Talenta, BRIN telah menyiapkan skema peningkatan kapasitas SDM yang ditujukan bagi mahasiswa S1, S2, S3, serta siswa SMP dan SMA dalam bentuk science engagement.

Diharapkan melalui program tersebut, peserta mendapatkan pengalaman untuk melakukan kolaborasi riset dengan para periset yang ada di BRIN.

“BRIN bekerja sama dengan puspresnas (pusat prestasi nasional) Kemendikbudristek untuk membina jenjang SMP – SMA melalui kegiatan perkemahan ilmiah dan lomba karya tulis ilmiah,” terangnya.

“Selanjutnya untuk tahap mahasiswa tingkat sarjana (S1), manajemen talenta memiliki program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) dan research assistant untuk memupuk ketertarikan talenta dalam kegiatan riset dan inovasi,” imbuh Arthur.

Selanjutnya mahasiswa program Magister (S2) dan Doktor (S3) masih ada program research assistant untuk berkolaborasi riset bersama dengan para periset BRIN. “Selain itu kami juga memiliki program unggulan yaitu degree by research (DbR),” terang Arthur.

“Pada program DbR, peserta program S2 maupun S3, akan dapat menjalani program pendidikan magister dan doctor sambil mejalani keg riset bersama di BRIN,” kata Arthur.

Setelah lulus doktor, juga ada program post doctoral dan visiting researcher atau pun visiting profesor. Program ini ditujukan bagi lulusan doktor maupun profesor untuk bersama-sama berkolaborasi riset di BRIN dalam meningkatkan ekosistem riset dan output riset di Indonesia.

“Manjemen Talenta menyiapkan skema-skema untuk menjawab tantangan yang selama ini selalu  disampaikan para periset kita yang masih di luar, karena belum mendapatkan kejelasan untuk berkolaborasi di Indonesia,” tegas Arthur.

“Manajemen Talenta bisa menciptakan ekosistem riset dan inovasi dengan SDM yang sangat memadai, tidak hanya menjadi periset atau akademisi, namun mencetak wirausahawan berbasis riset,” tambahnya.

Selain program BRIN yang mendukung output publikasi ilmiah, Manajemen Talenta juga mendorong untuk meningkatkan kapasitas SDM hingga doktor. “Topik riset yang sudah dikolaborasikan dan berkelanjutan harus menyiapkan mahasiswa master yang bisa naik hingga jenjang doktor dengan program DbR,” ujar Arthur.

“Kita akan menyiapkan program baru yang disebut strategi nasional dengan topik riset yang ditargetkan, bahkan kampusnya pun sudah ditargetkan. Nanti ketika pulang, mereka sudah membangun jaringan. Kemudian bisa menjadi periset di BRIN dengan skema PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja), CASN (Calon Aparatur Sipil Negara) atau pun post-doctoral di BRIN,” ucapnya. (hrd/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material

TEM Talos F200X untuk Analisis Nanopartikel dan Material Berketahanan Tinggi

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Penggunaan alat karakterisasi Transmission Electron Microscope (TEM) di Indonesia memasuki babak baru dengan hadirnya S/TEM Talos F200X. Memperkenalkan kepada seluruh periset dan calon pengguna TEM di Indonesia, bahwa BRIN telah memiliki alat TEM, yang akan mulai aktif dioperasikan awal tahun 2023. 

Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kembali menghadirkan narasumber untuk memaparkan dua topik utama, yaitu TEM untuk Analisa Nanopartikel dan TEM Analisis untuk Material Berketahanan Tinggi, pada Webinar Ornamat ke-19 Edisi Khusus TEM, Selasa (13/12). 

Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi dalam pembukaan menginformasikan bahwa webinar khusus ini untuk memberikan refreshment dan penguatan kepada periset, baik dari sisi pengetahuan-pengetahuan dasar  sampai aplikatif, termasuk pembinaan. 

“Mudah-mudah dengan informasi ini, dapat menjadi bekal bagi periset untuk menggunakan alat karakterisasi yang andal dan ampuh, karena TEM bisa melihat struktur yang sangat kecil hingga struktur atom,” harapnya.

Dalam rangka memaksimalkan penggunaan TEM, Ratno menyampaikan akan berkolaborasi dengan berbagai pihak. “Kami akan berkolaborasi dengan dalam maupun luar negeri (Jerman, India dan Malaysia), sehingga bisa mempertajam fokus penelitian serta mengirimkan periset untuk studi lanjut mendalami TEM dengan berbagai skema yang ada, baik Degree by Research (DBR) maupun program reguler,” terangnya. 

Pada sesi pemaparan, Riza Iskandar dari Thermo Fisher Scientific menyampaikan  bahwa pada tahun ini BRIN menginstalasi peralatan TEM dengan tipe Talos F200X yang memiliki keunggulan untuk melakukan analisis sampai ke struktur atom. 

“Dengan menggunakan TEM, kita bisa mendapatkan atau memperbesar obyek gambar yang ingin kita lihat dengan ukuran yang sangat besar. Obyek tersebut yang mungkin ukurannya kurang dari satu nanometer atau pun sangat kecil, yang tidak dapat kita lihat dengan mata kita, yang tidak bisa kita lihat dengan mikroskopik, tetapi kita melihat dengan menggunakan TEM ini,” ucap Riza.

“Keunggulan TEM berikutnya adalah juga bisa dipergunakan untuk mendapatkan informasi terkait dengan struktur, yang dalam hal ini tidak hanya kita tahu bagaimana obyek diperbesar dan bisa kita tahu apa yang ada di dalam obyek tersebut,” tambahnya.

Riza mengatakan, dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan yang lebih mendalam, maka alat TEM yang ada di pasaran saat ini tidak hanya berhenti dalam komposisi konvensional saja, tetapi hampir semua sudah memiliki fungsi yang disebut Scanning TEM (STEM). 

Menurutnya, kemampuan dari Scanning TEM (STEM) itu merupakan fitur yang paling utama menjadikan Talos F200 X berada dalam kondisi di depan dibandingkan dengan kompetitor yang lain. Ia berharap kondisi ini tidak perlu dijadikan suatu persaingan. 

“Beberapa laboratorium yang memiliki alat TEM yang tidak memiliki fungsi tertentu ketika melakukan penelitian, bisa melakukan kolaborasi dengan laboratorium lain yang memiliki kemampuan yang lain juga,” ulasnya. (hrd,jp/ed:adl)