Pentingnya Periset Menulis di Jurnal Internasional

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Menulis di jurnal internasional sangat penting bagi para periset. Melalui jurnal yang memiliki standar global yang tervalidasi, mampu meningkatkan indikator kompetensi periset dan kualitas risetnya. Publikasi di jurnal internasional pun dapat membuka peluang kolaborasi antar periset dari berbagai negara dan lintas ilmu.

Peneliti muda dari Pusat Riset Metalurgi (PRM) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Riza, memaparkan pentingnya menulis di jurnal internasional untuk kepentingan karir seorang peneliti. “Jika seorang peneliti menulis sebuah jurnal, maka orang lain dapat melihat rekam jejak penelitian yang sudah dikerjakan selama ini. Dan dampak telah dipublikasikannya sebuah jurnal, pembaca dapat melihat impact factor dari jurnal tersebut,” ujarnya dalam webinar ORNAMAT seri ke-30, Selasa (20/06). 

Istilah impact factor (faktor dampak) merupakan salah satu bentuk penilaian yang digunakan, untuk mengetahui seberapa besar dampak publikasi tersebut di dunia akademik dan berbagai bidang kehidupan.

Lebih lanjut, peneliti yang baru bergabung dua tahun di BRIN ini lalu mengemukakan sejumlah alasan, mengapa publikasi harus diterbitkan di jurnal internasional. 

“Pertama, bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang dipahami oleh seluruh dunia, sehingga dapat digunakan untuk berbagi ilmu pengetahuan. Kedua, jika seorang peneliti tidak berhasil mempublikasikan hasil penelitian di jurnal internasional, dapat berdampak pada dicabutnya jabatan fungsional peneliti. Ketiga, yaitu memperoleh pengakuan untuk hasil penelitian yang telah dilakukan. Keempat, hasilnya dikonfirmasi oleh rekan sejawat melalui proses review (penelaahan). Kelima, untuk penulisan dengan reputasi internasional memungkinkan kolaborasi antar beberapa peneliti lintas satuan kerja. Terakhir, untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang  pangkat fungsional peneliti,” ulasnya.

Ditambahkan oleh doktor lulusan tahun 2021 ini, ada beberapa tujuan mengapa harus menerbitkan publikasi di jurnal internasional. “Pertama publikasi langsung berdampak dalam bidang yang ditekuni. Dan yang kedua, proses peer review (penelaahan sejawat) membuat adanya kesempatan untuk meningkatkan kualitas manuskrip,” jelas Budi.

Pada kenyataannya, karena hanya sedikit jurnal yang dapat diterima tanpa revisi, maka revisi dan penolakan merupakan bagian dari proses peer review, yang mesti dijalani oleh penulis. “Supaya mudah diterima, seorang editor jurnal dan reviewer memberi syarat, yaitu harus ada novelty (kebaruan), terutama untuk jurnal yang memiliki high impact, kualitas sains yang baik, ruang lingkup riset, serta  pemakaian bahasa Inggris yang jelas dan ringkas,” ungkap Budi.

Sebuah jurnal, merupakan media komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Maka menurut Budi, untuk terciptanya media komunikasi yang ideal, ada kriteria yang harus dipenuhi. “Pertama harus layak tayang, menarik isi materinya, novelty penelitian, etis, dan relevan. Kedua, mengikuti metodologi riset yang sistematis, yaitu kualitatif, kuantitatif, dan mixed-methods (metode campuran). Ketiga, mengenali riset sebelumnya dalam topik spesifik. Keempat menggunakan data empiris dan pengolahan data analisis. Kelima, memiliki keterulangan yang baik. Keenam menghindari falsifikasi dan fabrikasi data serta plagiarisme,” tuturnya.

Mengenai penyusunan manuskrip publikasi, Budi beranggapan bahwa perlu membuat outline terlebih dahulu yang harus disepakati dengan sesama co-author (penulis bersama). “Struktur manuskrip seperti pendahuluan, metode, hasil, dan kesimpulan dalam menyusun paper (jurnal) yang baik harus fokus menentukan pertanyaan riset, tujuan spesifik, dan apa kesimpulan riset yang diharapkan,” terangnya.

Disarankan oleh pria kelahiran tahun 1986 ini, sebaiknya penulisan manuskrip dilakukan secara bersama-sama dengan co-author untuk mendapatkan feedback (umpan balik) yang cepat. “Setelah draft manuskrip pertama selesai ditulis, selanjutnya harus direvisi oleh penulis berkali-kali supaya tulisannya lebih baik,” katanya.

“Sebelum submit (mendaftar) ke jurnal, manuskrip harus disesuaikan dengan guidelines for author (panduan penulisan) yang spesifik untuk masing-masing jurnal,” tegasnya.

Dalam memilih jurnal yang tepat, ia mengharuskan memperhatikan jenis jurnal, apakah APC (article processing charge) atau bukan. APC merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh penulis jika ingin manuskripnya diterbitkan di sebuah jurnal. “Jurnal ber-APC biasanya proses review cepat, dan untuk jurnal yang non-APC proses review biasanya lebih lama,” ucap Budi.

Pada kesempatan ini, Budi mengingatkan periset untuk memiliki cadangan jurnal yang dituju, bila jurnal pilihan pertama ditolak. “Pada umumnya, manuskrip  tidak selalu diterima dalam first-choice journal, jadi peneliti  harus punya back-up journals lain yang dituju,” pesannya. (mfn/ ed: adl)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/113075/pentingnya-periset-menulis-di-jurnal-internasional