Mikroplastik pada Garam dan Air Minum dalam Kemasan

Tangerang Selatan –  Humas BRIN. Mikroplastik pada garam dan air minum kemasan sekarang sedang ramai menjadi perbincangan. Terutama dengan adanya jurnal yang menyatakan adanya kontaminasi di Indonesia yangg cukup tinggi.

Mikroplastik ini merupakan salah satu komponen yang dapat bermigrasi baik dari kemasan ke dalam media yang bisa dikonsumsi oleh manusia.

Perekayasa dari Pusat Riset Teknologi Polimer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Chandra Liza menjelaskan Mikroplastik pada Garam dan Air Minum dalam Kemasan pada forum pertemuan riset dan inovasi ORNAMAT seri 27, Selasa (11/04).

Chandra Liza mengatakan mikroplasitik adalah partikel dengan ukuran kurang dari 5 mm. “Jadi ada yang disebut dengan mikroplastik primer. Contohnya kosmetik pada microbeads-nya adalah polimer jenis dari polietilena (PE), serat-serat pada pakaian, dan sebagainya,” sebutnya.

“Kemudian mikroplastik sekunder berasal dari produk yang besar contonya botol plastik yang terdegradasi sehingga dia pecah menjadi fragmen,” imbuhnhya.

Ia bersama tim  melakukan identifikasi keberadaan mikroplastik pada garam di pasaran yaitu garam olahan dan garam curah. Selanjutnya pengolahan garam pada pengambilan sampel mulai dari sumber air laut, serta melakukan sampling air minum dalam kemasan yang ada di daerah Banten.

Mikroplastik pada Garam

Chandra Liza mengungkapkan, kandungan mikroplastik ditemukan dalam garam.

“Menurut data di Woha – Nusa Tenggara Barat dan Takalar Lama – Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa kandungan mikrodebris/mikroplastik bertambah selama pengolahan garam tradisional, karena hanya sangat sedikit kandungan mikrodebris/mikroplastik ditemukan di air laut sebagai sumber,” ujar Ica kerap disapa.

“Hasil identifikaasi diketahui, bahwa  sumber air laut itu mengandung hanya satu partikel (mikro plastik dalam garam) dan seiring pengolahan ia bertambah banyak,” tambah Ica.

Hal ini terjadi karena dalam melakukan pengolahan garam menggunakan material dari polimer (berbahan plastik). Dan material ini menjadi alas di dalam membantu proses pengeringan. Sehingga mengakibatkan tumbuhnya partikel semakin banyak

Mikroplastik pada Air Minum Kemasan

Sedangkan, dengan menggunakan sampel air minum kemasan (gelas) 120 ml dari lima merek lokal sebagai sampel. Pada lima merek air minum dalam kemasan yang diidentifikasi menunjukkan tidak adanya kontaminan atau mikroplastik/mikro debris pada air minum dalam kemasan

“Hasil dari Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dari semua brand ini mengandung suspek mikroplastik dengan ukuran yang cukup beragam dalam jenis semua berbentuk 95% fiber dan 5% berbentuk film,” pungkas Ketua Kelompok Riset Polimer Hijau.

Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), yang diwakilkan oleh Joddy Arya Laksmono menyampaikan ORNAMAT ini merupakan salah satu sarana untuk bertukar pikiran, bertukar informasi, sarana berdiskusi, bagi periset, praktisi, akademisi, industri, maupun media.

“Ada baiknya ke depan para sivitas di setiap kelompok riset bisa memberikan informasi apa saja yang sedang dikerjakan, ujar Joddy.

“Tentunya apa yang diinformasikan dalam ORNAMAT ini barangkali bagian kecil dari yang dilakukan di kelompok riset masing-masing.  Khususnya riset, jika memang mendalam menjadi sebuah puzzle dari potongan kecil-kecil yang kemudian kalau disusun menjadi gambar yang indah,” harap Kepala PRTP – BRIN. (hrd/ed:adl)