Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan The 6th International Seminar on Metallurgy and Materials (ISMM 2025) yang dirangkaikan dengan BRIN–ISIS International Neutron and Muon Workshop, pada 4–6 November 2025 di Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong.
Kegiatan ini mempertemukan para peneliti, akademisi, pelaku industri, dan pemangku kepentingan nasional maupun internasional untuk membahas perkembangan riset di bidang metalurgi, material, dan energi berkelanjutan. Forum ini menjadi momentum penting dalam memperkuat jejaring riset global dan memperluas kolaborasi antara dunia akademik, industri, dan pemerintah.
Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan bahwa ISMM 2025 tidak hanya menjadi forum ilmiah, tetapi juga ruang pembelajaran bagi generasi muda peneliti di bidang material dan metalurgi.
“Kami percaya masa depan inovasi material berada di tangan generasi muda. Melalui ISMM, kita membangun ruang belajar, berjejaring, dan berkontribusi nyata. Forum ini adalah tempat bagi kita untuk saling menginspirasi,” ujar Ratno.
Partisipasi internasional tahun ini semakin meningkat dengan hadirnya pembicara dari Jepang, Inggris, Australia, dan Indonesia, serta peserta dari Rusia, Swedia, Malaysia, India, dan berbagai negara lainnya. Total peserta mencapai 314 orang, terdiri dari 72 peserta reguler ISMM, 184 mahasiswa degree by research (DBR), dan 58 peserta Muon Workshop.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, M. Fauzan Adziman, menekankan bahwa riset material dan metalurgi merupakan fondasi utama industri manufaktur bernilai tambah tinggi di Indonesia.
Menurutnya, penguatan ekosistem riset nasional harus berlandaskan empat pilar utama: peningkatan kapasitas SDM, penguatan riset berkelas dunia, kemitraan dengan industri, serta kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy).
“Melalui seminar ini, kita tidak hanya memahami tantangan global, tetapi juga merumuskan persoalan lokal yang nyata. Kita ingin memastikan riset yang dilakukan relevan, berdampak, dan terhubung langsung dengan industri, pasar, dan kebijakan,” ujar Fauzan.
Sementara itu, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa BRIN merupakan rumah bersama bagi seluruh peneliti Indonesia. Melalui berbagai skema kolaborasi dan akses infrastruktur riset, BRIN membuka ruang bagi akademisi, pelaku industri, maupun mitra internasional untuk mempercepat hilirisasi inovasi.
“BRIN bukan hanya milik peneliti BRIN, tetapi milik seluruh komunitas sains di Indonesia dan mitra global. Riset memang berbiaya dan berisiko tinggi, namun risiko itu dapat dikelola melalui kolaborasi dan pemanfaatan infrastruktur riset bersama,” jelas Handoko.
Dalam kesempatan tersebut, BRIN juga meluncurkan Large-Scale Facility Community (LarFa), yaitu komunitas fasilitas riset berskala besar sebagai platform kolaborasi lintas institusi untuk pemanfaatan infrastruktur riset nasional.
Selama tiga hari penyelenggaraan, ISMM 2025 menampilkan sesi pleno bersama pembicara internasional, workshop pra-konferensi, serta presentasi paralel dan poster hasil riset unggulan dari berbagai institusi. Selain itu, kegiatan juga diisi dengan sesi jejaring untuk memperkuat kemitraan antara akademisi, industri, dan pemerintah.
Melalui penyelenggaraan ISMM 2025, BRIN menegaskan komitmennya untuk menjadikan riset dan kolaborasi sebagai kunci menuju kemandirian teknologi dan inovasi berkelanjutan di Indonesia.(adl/ ed. aj,trs)
Tautan:
