Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Peneliti BRIN Lakukan Analisis Korosi dan Kegagalan Mekanik Guna Cegah Degradasi Material

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Korosi dan kegagalan mekanik merupakan penyebab umum menurunnya umur pakai material dan degradasi material, terutama logam dan paduan. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan umur pakai material, mulai dari pemilihan bahan yang benar, optimasi desain mempertimbangkan aspek metalurgi mekanik, modifikasi permukaan, pelapisan (coating), hingga penggunaan inhibitor.

Dalam rangka diseminasi hasil penelitian mengenai korosi dan analisis kegagalan mekanik, serta sebagai sarana untuk berdiskusi mengenai berbagai kasus dan permasalahan korosi dan kegagalan mekanik antara para praktisi dan peneliti, Pusat Riset Metalurgi (PRM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan workshop Metalurgi secara daring untuk berbagai kalangan, diantaranya industri manufaktur, akademisi, universitas, lembaga penelitian, dan mahasiswa, pada Jumat (18/11).

Kepala Pusat Riset Metalurgi (PRM), Ika Kartika menyampaikan, target dari workshop dengan topik Degradasi Material: Korosi, Kegagalan Mekanik, dan Mitigasi, agar para pemangku kepentingan dapat memahami apa itu korosi, karakteristik dan mitigasinya, serta pengetahuan mengenai kegagalan mekanik pada material komponen.

“Bahasan workshop kali ini meliputi berbagai aspek metalurgi pada degradasi material, khususnya pada logam dan paduan, yang terdiri dari pemilihan material, penilaian korosi pada berbagai lingkungan, prediksi umur pakai material dari perspektif korosi dan metalurgi mekanik, berbagai fenomena korosi dan teknik proteksi korosi dan mitigasi kegagalan mekanik material,” tuturnya.

Peneliti PRM, Siti Musabikha menjelaskan bahwa korosi sangat penting untuk dipelajari, karena korosi dapat menimbulkan kecelakaan atau kehilangan jiwa, sehingga perlu dilakukan bagaimana cara mengontrolnya. “Pada prinsip dasar, korosi terdiri dari 3 elemen, yaitu metal, elektro kimia potensial dan elektrolit, sedangkan korosi itu sendiri dapat diidentifikasi dengan kasat mata, dengan menggunakan alat inspeksi spesial, dan dapat juga dengan alat seperti mikroskop,” ujarnya.

Lebih lanjut Siti menerangkan secara detail bahwa korosi itu ada beberapa jenis diantaranya korosi seragam (uniform corrosion), korosi sumuran (pitting corrosion), korosi celah (crevice corrosion), korosi metalik (galvanic corrosion), korosi erosi (erotion corrosion), korosi kavitasi (carvitation corrosion), korosi gesekan (freeting corrosion), korosi intergranular (intergranular corrosion), korosi terkelupas (exfoliation corrosion), dealloying, korosi stres-retak (stress corrosion cracking), korosi kelelahan (fatigue corrosion), dan korosi MIC (microbiological induced corrosion).

“Cara atau metode untuk mitigasi korosi diantaranya dengan seleksi material, memilih desain, menggunakan inhibitor, proteksi katodik, dan terakhir dengan menggunakan coating atau cat,” terang Siti.

Ditambahkan olehnya, memahami mekanisme korosi dan kegagalan mekanik merupakan hal penting dalam meningkatkan umur pakai satu bahan, meningkatkan keamanan, dan mencegah potensi kecelakaan yang terjadi tiba-tiba akibat kegagalan material,  mendesain strategi inspeksi,  dan melakukan perawatan komponen yang efektif dan efisien,”  urainya.

Menurutnya, beberapa penyebab umum mekanisme kegagalan mekanik yang sering ditemui yakni korosi karena pengaruh lingkungan, deformasi mekanik karena pembebanan berulang, retakan yang merambat, perubahan struktur mikro dan komposisi.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti PRM lainnya, M. Satrio Utomo, memaparkan topik riset tentang Finite Element Analysis for Failure Analysis. “Finite Element Analysis (FEA) untuk analisis kegagalan adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan isu mekanik dan isu teknikal menggunakan konsep matematika numerik,” ucapnya.

Dikatakan Satrio, FEA adalah prosedur simulasi analisis mekanik material berdasarkan konsep komputasi atau numerik, dalam memecahkan atau menyelidiki masalah teknis. “Fenomena fisika dapat dimodelkan dalam analisis elemen hingga dapat berupa apa saja jika kita memiliki tiga prasyarat, yakni domain komputasi yang terdiri dari node/elemen, kondisi batas, sifat material, parameter ambien, dan seterusnya sebagai input pra-pemrosesan, dan model matematis dan metode komputasi sebagai pemroses. Selama ada 3 komponen ini dapat dilakukan simulasi suatu fenomena yang ada di dunia nyata,” urainya.

Dalam mengembangkan model analisisnya, Satrio menggunakan piranti lunak khusus. “Ada software yang komersial dan ada yang gratis, jika kita ingin melakukan FEA kita harus menentukan modelnya dulu, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi. Untuk 2D lebih mudah memodelkannya dan diubah serta cepat proses analisisnya. Kekurangan 2D adalah desainnya konservatif, tidak dapat mencerminkan kondisi realistis, kurang bisa dimengerti dan tidak bisa lebih detail daripada 3D. Sementara model 3D keuntungannya lebih bisa dimengerti, bisa lebih menggambarkan kondisi riilnya dari segala arah, namun kekurangannya sulit untuk membuat atau mengubah model, ukuran filenya besar, dan membutuhkan waktu lama untuk menganalisis,” papar Satrio. 

Dirinya juga menambahkan sejumlah metode terkait kegagalan FEA. “Kegagalan dari FEA dapat dilakukan dengan dua metode, yakni FMEA (Failure Modes & Effect Analysis) dan Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram). Kemudian untuk pemeliharaan dapat dilakukan dengan 3 model, pertama Breakdown/Reaktif, yaitu jika barang rusak kita perbaiki. Lalu Preventif, yaitu secara berkala diganti komponen yang rusak. Terakhir Prediktif, dengan menggunakan sensor-sensor tertentu untuk mengatasi kerusakan dan berpusat pada keandalan alat tersebut,” pungkas Satrio. (esw, ls, mfn/ ed:adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110888/peneliti-brin-lakukan-analisis-korosi-dan-kegagalan-mekanik-guna-cegah-degradasi-material

Categories
Riset & Inovasi

Cerita Peserta Kegiatan 5 Hari BRIN-LDE Academy

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan tiga univesitas Belanda LDE (Leiden, Delft, dan Erasmus) mengadakan acara yang dilaksanakan selama lima hari (31 Oktober – 4 November 2022), yang terdiri dari kuliah, workshop, field trip, pertemuan, dan diskusi.

Sebagai peserta yang mempunyai ambisi yang tinggi, tentu mempunyai masukan maupun harapan besar ke depannya pada BRIN-LDE Academy. Bagaimana pengalaman mereka, ilmu apa yang didapat, apa yang bisa membantu mereka, apakah ada potensi kerja sama baik dari BRIN atau pun dari akademisi universitas di Indonesia? Berku

Pada kelas Smart Cities and Digital Transitions, peserta Rahman Priyatmoko, Pusat Riset (PR) Kewilayahan – BRIN mengatakan pelaksanaan BRIN-LDE Academy 2022 sudah berjalan dengan baik dengan dijalankan secara mandiri oleh PR Kependudukan. Waktu diskusi dengan para pengajar karena ada beberapa acara yang sifatnya seremonial yang menurutnya kurang perlu. 

“Misalnya di hari ketiga ada audiensi dengan LDE yang memanfaatkan program IPSH, yang waktunya bisa lebih digunakan untuk memaksimalkan diskusi mengenai paper yang kita tulis. Atau ouput yang ingin dicapai harus lebih jelas,” jelasnya. 

“Manajemen waktunya harus perlu diperhatikan, seperti dikurangi acara-acara seremonial pada program Academy lima hari ini,” ujar Priyatmoko atau Moko.

Moko mengungkapkan bahwa ada beberapa peserta yang ingin belajar di luar negeri, baik di Belanda maupun di negara Eropa lainnya. “Untuk itu sangat perlu untuk berlatih bagaimana cara berkomunikasi dengan pengajar dari luar negeri, sehingga jadi mengetahui gaya mereka seperti apa,” kata Moko. 

“Kemudian kita berlatih juga berbicara dalam Bahasa Inggris dan mungkin bahasa asing lainnya. Hal ini menjadi feedback bagi BRIN sendiri untuk program Bahasa Inggris bagi penelitinya,” imbuhnya.

“Kalau kita bekerja sama dengan peneliti dari luar maka proposal dari bisa jadi contoh karena kita belum mempunyai kemampuan yang sama dan kita berbeda tingkatannya antar para peneliti,” tambahnya.

Moko berharap agar program ini terus dilaksanakan secara rutin maka akan lebih bagus. 

Menurutnya, untuk riset tergantung dengan metode yang digunakan, tidak masalah digunakan di Indonesia atau pun di luar negeri. “Metode itu sifatnya universal, mau menggunakan metode A di tempat di mana saja tidak masalah, untuk perbedaan riset tidak ada masalah antara periset Indonesia dengan luar negeri,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa para peserta ikut ke acara Academy dengan membawa paper dan selama di sini peserta harus membentuk tim untuk menyusun proposal. “Dari proposal yang kita susun ini, kerja kelompok itu, berkaitan dengan komunitas atau kelompok khusus dan teknologi selama pandemi kemarin,” jelas Moko.

Sementara pada kelas Health in the City, peserta Nur Aliyah, PR Pendidikan mengatakan BRIN-LDE Academy 2022 menyenangkan. “Karena kita dapat pengetahuan baru dari fasilitator dalam negeri dan luar negeri. Kita bisa menambah jejaring dengan bertemu banyak peneliti dari luar BRIN. selain itu untuk lokasinya dan penjajar sudah bagus,” terangnya.

Baginya, acara selama lima hari untuk proposal writing dirasa kurang, tetapi untuk program pertama kali sudah bagus. “Untuk ke depannya bisa ditingkatkan lagi dan pendalaman yang lebih dalam lagi karena di sini kita diberikan banyak ilmu,” ucap Nur. 

“Di kelas, kami mengerjakan topik tentang Health in the City. Saat ini kami diminta untuk membuat proposal yang rencanakan untuk diajukan ke Rumah Program IPSH (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora) – BRIN. Untuk kerja samanya kita bertemu dengan teman baru dari luar BRIN seperti dari Kementerian, Universitas, dan Universitas dari luar negeri,” tuturnya

Fitri Arlinkasari, Dosen Fakultas Psikologi, Universitas YARSI Jakarta, memiliki kesan sangat positif dengan program Academy karena sekarang trennya di Indonesia sedang sangat berkembang dan juga sedang menggalakkan kolaborasi dengan lintas institusi, lintas disiplin ilmu, sehingga ia merasa kegiatan ini bisa memfasilitasi semua kebutuhan kolaborasi tersebut.

“Menurut saya dalam penyelenggaraan bisa lebih fokus. Panitia bisa lebih membuat pemetaan pada minat-minat yang berpartisipasi di sini, sehingga ketika dikelompokkan dalan satu diskusi sudah bisa lebih jelas dan terarah mau ke mana ide-ide tersebut bisa diartikulasikan dalam bentuk proposal atau pun artikel,” terang Fitri. 

“Dalam riset, kita sama-sama mempunyai target yang kurang lebih mirip, peneliti dari luar pun termotivasi untuk bisa terpublikasi di jurnal-jurnal terindeks Scopus. Kita punya satu goal yang sama untuk bekerja sama berarti goal kita satu. Itu hal yang positif dalam berkolaborasi,” lanjutnya.

Lebih lanjut Fitri menjelaskan bahwa kita sudah pada tahap yang sama baik peneliti dalam negeri maupun penelit luar negeri sama-sama mengapresiasi keunikan lokal masing-masing. “Kita tidak lagi berbicara bahwa good practice dari luar bisa juga diterapkan di Indonesia, tetapi kita juga mempunyai keunikan atau kelebihan masig-masing yng bisa menunjang pengembangan dalam negeri sendiri juga,” ucap Fitri.

“Penelitian tidak ada lagi bahwa negara ini lebih baik dari negara lain, tetapi sudah pada sikap bisa  mengembangkan dengan cara kita sendiri,” tambahnya. 

Kemudian dari segi akses database, menurut Fitri pemerintah masih perlu memberikan kemudahan akses bagi para penelitinya untuk akses jurnal berbayar. “Saya sendiri merasakan waktu kuliah di luar ngeri untuk aksesnya luar biasa banyak dan sangat mudah, sehingga kita mau menulis artikel pun juga sangat terfasilitasi dengan akses tersebut,” cakapnya.

Ia pun berpesan mudah-mudahan kedepannya baik BRIN maupun pemerintah secara umum dapat menyediakan akses yang lebih baik.

Pada kelas Urban Diversity, peserta Tatang Rusata, PR Masyarakat dan Budaya – BRIN mengatakan acara ini sangat menarik karena  di acara ini kita terbuka kolaborasi yang tidak hanya peneliti dari BRIN baik berbeda pusat riset, berbeda organisasi riset, kemudian dengan universitas, tetapi juga peneliti-peneliti dari luar negeri, terutama dari negara-negara Eropa karena di LDE Academy ini tidak hanya dari Belanda juga dari negara Eropa lainnya.

Tatang berharap agar acara ini bisa dijadikan suatu acara yang rutin baik satu tahun atau dua tahun sekali. “Acara ini terjadi kolaborasi, juga menambah skill kita dalam hal penelitian, termasuk tema-tema kontemporer yang bisa kita dapatkan dengan adanya interaksi dengan para peneliti Indonesia, dan terutama foreign researcher,” ujarnya.

“Kita bisa berperan di penelitian tingkat global, acara ini terbuka membuat jejaring selain dari dalam negeri juga dengan peneliti-peneliti dari luar negeri,” imbuhnya. 

Dalam acara BRIN-LDE Academy  2022, ada program membuat artikel, sehingga semakin terbuka untuk diterbitkan artikel di jurnal internasional 

Tatang mengusulkan bagaimana keberlanjutan acara ini, karena sudah membuat proposal. “Untuk acara BRIN-LDE Academy 2022, kita tidak diwajibkan untuk membuat proposal, karena untuk membuat proposal masih membutuhkan waktu yang lama,” ungkapnya. 

Tatang pun berharap pelaksanaan BRIN-LDE Academy 2022, terbuka kemungkinan proposal ini akan membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan peneliti lain.

Peserta Hastangka, PR Pendidikan – BRIN mengatakan kegiatan ini penting sekali khususnya karena: Pertama, untuk mengembangkan kapasitas peneliti (SDM Iptek) di Indonesia baik peneliti internal BRIN, di luar BRIN seperti Universitas, peneliti yang sifatnya independen, menjadi proses-proses penting penguatan kapasitas peneliti di Indonesia karena kita belajar atau saling memahami konteks tema-tema riset yang berkembang di negara atau kawasan kita-kita, dan tiga universitas di Belanda: Leiden, Delft, dan Erasmus.

“Kita bisa mempelajari para peneliti Eropa itu seperti apa dalam membangun ide, gagasan, kemudian tema-tema yang dirumuskan, current issue yang diangkat sehingga kita saling belajar dan memahami ,” ungkap Hastangka atau Has.

Kedua adalah kita belajar bagaimana cara menulis artikel akademik yang dapat diterima oleh konsumsi internasional. “Hal ini selalu – terus menerus kita mencoba mempelajari dan melihat tren-tren dan perkembangan penulisan dan karya tulis akademik yang dapat diterima di komunitas internasional itu seperti apa dalam konteks isi, tema, judul, kemudian cara menulisnya,” tegasnya.

Ditambahkan olehnya ada poin bisa mengenal dengan peneliti satu dengan yang lain dari berbagai pusat riset maupun dari berbagai perguruan tinggi, termasuk peneliti dari luar negeri. 

“Nah, ini yang menjadi proses-proses penting bagaimana membangun kolaborasi, tetapi kolaborasi kita tidak hanya nasional juga internasional. Ini menjadi peran penting SDM Iptek kita untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas untuk memajukan pengetahuan dan kualitas riset di Indonesia,” jabarnya. 

“Kami mendapatkan interaksi secara intensif tidak secara umum, tetapi kami bisa mendapatkan diskusi satu per satu dari para peneliti dan kami berinterkasi satu dengan yang lain,” kesan Has.

“Keberlanjutan dari program ini akan seperti apa dan bagaimana kebijakan-kebijakan akan diterapkan, dan interaksi antar peneliti internasional dan nasional itu akan seperti apa model dan formatnya,” pesannya.

Dirinya berharap apa yang peserta tulis harusnya bisa diterbitkan dan dipublikasikan dengan pendampingan tuntas. “Tidak sekedar kami dapat masukan dan komentar yang pernah kami ajukan dan kami tulis, tetapi harus sampai produk akhir publikasi apakah itu dalam bentuk buku, prosiding, artikel jurnal. Ini harus dapat kepastian dari penyelenggara bahwa kita bicara product knowledge harus ada wujud kongkrit dari kegiatan ini, yakni produksi pengetahuan lewat publikasi agar menjadi angkah awal menjadi contoh kepada program-program berikutnya,” urai Has. 

“Tidak sekedar interaksi, tetapi  ada produk yang kongkrit yang nanti para peserta bawa pulang untuk dibaca kembali,” jelasnya.

Pada kelas Sustainable Cities and Energy, peserta Priya Alfarizki Baskara, Arsitektur Universitas Indonesia mengatakan program ini merupakan hal yang menarik dan bukan berangkat dari akademisi karena ini suatu hal yang baru serta peluag yang luar biasa karena untuk biayanya hampir tidak ada. “Mungkin ini suatu langkah dari negara untuk mencoba membuat kolaborasi dari dari tiga universitas di Belanda, yaitu Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University Rotterdam,” ujarnya.

Bagi Priya ini menarik bisa ada kerja sama mendapat perspektif lain dari orang-orang Eropa dalam akademis itu sendiri. 

“BRIN-LDE Academic 2022 merupakan program akademik awal, jadi program ini sudah baik dari segi waktu dan penyelenggaraan,” ujarnya.

“Untuk perwujudan dari hasil kerja sama mungkin tidak hanya berhenti di atas kertas, mungkin bisa diaplikasikan, bisa menjadi saran pemerintah, dan bentuk penyampaian aspirasi ke industri, dan sebagainya,” saran Priya.

Dalam program ini Priya melakukan riset tentang ‘Material Berkelanjutan’ yaitu mencoba menginvestigasi terkait karbon pada material beton itu dengan pendekatan biomimetik. Ia melakukan diskusi dengan meminta feedback atau dari kasusnya. (hrd/ ed. adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Osaka University Gelar Lokakarya Biopolimer dan Material Karbon Berpori dari Biomassa

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) bekerja sama dengan Osaka University menyelenggarakan Workshop on JSPS – BRIN Bilateral Project: Development on Biopolymer and Biomassa-Derived Porous Carbon Material, di Gedung Manajemen 720, KST BJ Habibie, pada Rabu (3/11).

Rike Yudianti, peneliti Pusat Riset Material Maju BRIN, selaku ketua penyelenggara, menyampaikan bahwa Workshop on JSPS – BRIN Bilateral Project merupakan inisiatif dari Hiroshi Uyama dari Osaka University Jepang dan dirinya dari Indonesia. Kegiatan lokakarya ini terkait topik riset pengembangan biopolimer dan material karbon berpori dari biomassa.

“Pada tahun 2018, sebelum terbentuk BRIN, kami berkolaborasi di bawah Memorandum of Understanding antara Indonesian Institute of Sciences dengan Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), untuk membangun kerja sama dari para lulusan Jepang dan melakukan kunjungan penelitian di pusat-pusat penelitian,” terang Rike.

“Kemudian dengan kolaborasi kami telah melakukan bebrapa aktivitas untuk visiting researcher pada Sakura Program pada Japan Science and Technology (JST), dan sekarang tim dari Osaka University Jepang untuk melakukan kegiatan workshop,” imbuhnya.

Rike berharap dengan lokakarya bersama, kedua institusi dapat bertukar pengetahuan, saling mengenal, dan melakukan transfer ide dari para sivitas. “Semoga kegiatan workshop ini dapat mewadahi berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kedua pihak, dengan berbagi pengalaman kolaborasi di Indonesia dalam waktu yang singkat ini,” harap peneliti Pusat Riset Material Maju.

Pada pertemuan yang sama, pihak Osaka University diwakili oleh Yu-I Hsu, menyatakan bahwa kunjungan pertama ke BRIN merupakan kesempatan baginya dan tim, untuk melakukan kolaborasi riset dan melaksanakan workshop bersama BRIN.

“Saya mewakili Hiroshi Uyama berkunjung ke BRIN bersama tim kami dari Osaka Universiy. Kegiatan ini

memberi kesempatan bagi kami untuk presentasi kepada teman-teman dari BRIN, serta menukar ilmu pengetahuan,” terang Hsu.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala ORNM – BRIN Ratno Nuryadi menceritakan bahwa BRIN terbentuk sejak April 2021 lalu. “Kami mewakili BRIN sangat terbuka untuk kolaborasi dengan Jepang, di BRIN pun banyak periset yang merupakan lulusan dari Universitas di Jepang,” tuturnya.

Menurutnya, BRIN menyiapkan banyak skema untuk mendukung kolaborasi khususnya dengan universitas. “BRIN mempunyai skema antara lain lecture, asisten professor, post doctoral, degree by research, dan visiting researcher,” sebut Ratno.

Ratno berpendapat, kegiatan ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi BRIN setelah dua tahun lebih pandemi. “Tahun ini kita bisa langsung bertemu secara tatap muka, sehingga dengan kegiatan workshop kita bisa mengeksplorasi kolaborasi yang potensial antara BRIN dan Osaka University,” jelasnya.

Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi topik-topik riset dari para sivitas BRIN maupun Osaka University, yaitu:

  1. Akhide Sugawara: Mechanical Response of Functionl Hy Incorporating Host-Guest Complex as Sacrificial Bonds
  2. Isnaeni: Introduction to Research Center for Photonics BRIN and Research on Laser-based Synthesis of Optical Nanoparticles
  3. Kaita Kikuchi: High-performance of starch based marine-biodegradable bioplastics
  4. Athaanasia Amanda Septevani: The Value of Biomass Waste: Nanocellulose as a Building Block for Advanced materials
  5. Motoi Oda: Polyhydroxyalkanoate using (R)-3-hydroxybutyrate modified cellulose as filler with high mechanical strength
  6. Indriyati: Utilization and Modification of Bacterial Nanocellulose and its Application’s Biofilm
  7. Kazuki Shibasaki: Development of physical properties of poly (lactic acid) thermoplastic starch composites using oligo (lactic acid) grafted starch
  8. Yuyun Irmawati: Development of noble metal-free oxygen electrocatalysts for rechargable zinc-air batteries with neutral electrolyte
  9. Yu-I Hsu: Development of biomaterials and eco-friendly materials using biogegradable
  10. Wahyu Bambang: Synthesis of carbon microsphere from pine resin using spray pyrolysis method
  11. Jun Maruyama: Functional carbon materials with developed pores and doped metals
  12. Riyanti Tri Yulianti: Hierarchy porous structure of self SiO2-doped carbon derived from empty fruits buches (EFBs) for high-performance hybrid supercapasitors
  13. Koki Tsujita: Hydrogel electrodes with conductive wrinkle surface

Kepala ORNM mengucapkan selamat atas presentasi hasil riset dari kedua belah pihak. “Kita saling mengetahui satu sama lain tentang topik ini, baik dari Osaka University maupun dari BRIN. Sebenarnya kita bisa mengeksplorasi dan mendorong untuk kolaborasi di masa mendatang, dan banyak proyek kolaborasi yang bisa kita coba,” urainya.

Di samping itu, Ratno berharap bisa mengudang periset dari Jepang untuk datang ke Indonesia untuk bekerja bersama dengan periset BRIN sebagai visiting professor. “Ini kesempatan bagi kita dan tentunya kegiatan workshop bisa menjadi jembatan berbagai ilmu pengetahuan dalam mengeksplorasi kolaborasi,” katanya.

“BRIN mengucapkan terima kasih kepada Rike Yudianti beserta tim yang mengakomodir pelaksanaan workshop, dan semoga kegiatan ini bisa dilaksanakan secara rutin,” tutup Ratno. (hrd/ ed: adl)

Sumber: https://brin.go.id/news/110811/brin-dan-osaka-university-gelar-lokakarya-biopolimer-dan-material-karbon-berpori-dari-biomassa