Bandung – Humas BRIN. Dalam rangka rangkaian menuju acara Human Capital Summit 2025, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM ESDM) menampilkan peran strategisnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk industri Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sedang berkembang. Berkolaborasi dengan Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung dengan ini mengadakan A to Z Renewable Energy Seminar pada hari Kamis (12/9).
Acara ini menyoroti isu-isu krusial seputar transisi energi di Indonesia khususnya dalam menghadapi tantangan global untuk meningkatkan penggunaan EBT dan kesiapan PEP Bandung dalam menyediakan sumber daya manusia yang kompeten dan siap kerja.
Disampaikan oleh Direktur PEP Bandung, Asep Rohman, bahwa dengan kehadiran A to Z of Renewable Energy Seminar 2024, diharapkan timbul inovasi dan solusi praktis berdasarkan bukti ilmiah untuk mendukung kebijakan energi yang berkelanjutan di Indonesia. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik, khususnya dalam kalangan akademik, industri, dan pemerintah, mengenai pentingnya transisi energi menuju sumber energi baru terbarukan.
Dalam kesempatan ini, Widi Astuti selaku Profesor Riset bidang Metalurgi Proses dari Pusat Riset Teknologi Pertambangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), diundang menjadi salah satu narasumber dan menyampaikan topik tentang “Kesiapan Industri Pengolahan Monasit Sebagai dukungan Industri Energi Nuklir di Tahun 2033”.
Ia memaparkan hasil-hasil riset BRIN tentang pengolahan monasit dari sisa hasil penambangan timah untuk produksi uranium, thorium, dan logam tanah jarang. “Uranium dan thorium sebagai bahan bakar nuklir sangat dibutuhkan dalam mendukung target pemerintah mendirikan industri energi nuklir di tahun 2033,” ucapnya.
Widi mengungkapkan bahwa BRIN telah melakukan riset tentang hasil riset pengolahan monasit selama 30 tahun dan telah menghasilkan teknologi kunci pengolahan monasit yang memproduksi uranium, thorium, dan logam tanah jarang yang siap diimplementasikan pada industri ekstraksi bahan radioaktif berbasis monasit Indonesia.
“Kesiapan teknologi ini harus didukung oleh pemerintah dan perlu kolaborasi industri khususnya industri pengolahan timah karena monasit selalu berasosiasi dengan tambang timah supaya dapat terwujud pendirian industri pengolahan monasit sebagai dukungan industri energi nuklir sesuai target Pemerintah,” pungkasnya. (wa, flv/ ed: adl)
Tautan: