Rahasia Atasi GERD dan Karang Gigi untuk Hidup Lebih Berkualitas

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi bekerja sama dengan Perhimpunah Periset Indonesia Tangerang Selatan (PPI Tangsel) menggelar webinar “Atasi GERD dan Karang Gigi, Tampil Percaya Diri Setiap Hari”, Rabu (4/12). 

Dalam sambutannya, Ketua PPI Tangsel, Agus Sukarto, menjelaskan misi webinar ini adalah memperkenalkan kepakaran dokter-dokter kepada para periset untuk membongkar strategi untuk mengatasi dua masalah kesehatan yang sering terabaikan, yakni GERD dan karang gigi, yang dapat berdampak menurunkan kualitas hidup periset.

Agus menekankan pentingnya kesadaran akan kesehatan di kalangan periset yang kerap terjebak rutinitas laboratorium. “Kita sering terlalu sibuk dan jarang bergerak. Padahal, kesehatan adalah investasi terpenting,” tegasnya.

Dokter Artati Murwaningrum, menjelaskan bahwa GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat katup lambung yang tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya tidak hanya terbatas pada rasa panas di dada, tetapi juga bisa berupa batuk kronis, suara serak, dan bahkan sinusitis. Yang mengejutkan, survei menunjukkan bahwa bahkan 27,4% dokter mengalami GERD.

Jika dibiarkan, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius seperti Barrett’s esophagus yang meningkatkan risiko kanker. “GERD adalah sinyal tubuh bahwa gaya hidup kita perlu diubah,” ucap Artati.

“Jaga pola makan, kelola stres, dan lakukan aktivitas fisik secara rutin. Bahkan langkah kecil seperti berjalan 5.000-6.000 langkah per hari dapat membantu mencegah GERD,” pesan dokter spesialis penyakit dalam ini.

Sementara itu, dokter gigi Frida Yunisca mengingatkan kita bahwa kesehatan mulut adalah cerminan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Karang gigi yang terbentuk dari sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan benar dapat memicu berbagai penyakit periodontal.

“Proses pembentukan karang gigi cukup cepat. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan berubah menjadi plak dalam waktu 24-72 jam, dan jika tidak dibersihkan, plak akan mengeras menjadi karang gigi,” jelas Frida.

Ia pun memperingatkan bahwa kondisi ini dapat memicu gingivitis, peradangan gusi yang ditandai dengan warna merah, pembengkakan, dan mudah berdarah. Jika dibiarkan, hal ini dapat berkembang menjadi periodontitis yang merusak jaringan periodontal dan tulang rahang.

Pencegahan, menurutnya, sederhana namun membutuhkan konsistensi, yakni sikat gigi dua kali sehari selama 2-3 menit, gunakan dental floss, ganti sikat gigi setiap 2-3 bulan, dan kurangi konsumsi makanan mengandung sukrosa tinggi.

Frida menegaskan bahwa jangan meremehkan karang gigi, karena kesehatan mulut adalah cermin kesehatan tubuh. “Bagi yang sudah mengalami penumpukan karang gigi, solusinya adalah scaling dan root planning oleh profesional gigi. Segera periksa ke dokter gigi jika menemukan gejala awal,” pungkasnya. (hrd/ ed: adl)