Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Pakar dari Prancis : Foam Polymer Berfungsi sebagai Peredam Getaran

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Pusat Riset Teknologi Polimer Badan Riset dan Inovasi Nasional (PR TP – BRIN) mengadakan kuliah tamu bidang Kimia Polimer, pada Rabu (1/3), Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie. Kuliah ini menghadirkan Profesor Gilles Ausias dari Universit de Bretagne Sud, Prancis. 

Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) yang diwakili oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer (PRTP), Joddy Arya Laksmono menyampaikan, Prof. Ausias memiliki kompetensi di bidang polimer. “Bidang khususnya yaitu di bidang reologi non-Newtonian. Kemudian beliau melakukan penelitian dengan melakukan berbagai pencocokan data antara hasil penelitian dan model matematika adalah keahliannya,” ujarnya.

Joddy berharap, Prof. Ausias dapat memberikan ilmunya melalui forum kuliah tamu ini. “Dengan acara kuliah tamu ini. semoga dapat membangun ekosistem riset, khususnya menjalin kerja sama riset yang baik antara lembaganya dengan BRIN, khususnya di bidang yang berkaitan dengan polimer,” harapnya.

Ausias menyampaikan tema mengenai Polymer foam processing, dengan sub tema yaitu foam poliuretan termoplastik yang diproduksi dengan fluida superkritis yang diproses menggunakan injection molding, foam elastomer termoplastik tervulkanisir yang diproduksi dengan mikrokapsul yang dapat mengembang ketika dipanaskan, dan 3D printing untuk foam polimer.

“Foam poliuretan termoplastik digunakan untuk bumper pada mesin yang berfungsi sebagai peredam getaran. Produk ini diproduksi menggunakan injection molding, dengan fluida superkritik yang dimasukkan ke dalam screw bersama material poliuretan. Fluida superkritik memiliki temperatur, tekanan, dan densitas yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan gelembung di dalam foam yang diproduksi,” jelasnya.

Ia menerangkan bahwa di awal riset, gas membuat gelembung (bubble) yang sangat besar dengan ukuran larutan dan difusi gas dalam termoplastik. “Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengukuran konsentrasi maksimum gas dalam polimer dengan menggunakan timbangan. Pengendalian ukuran gelembung dilakukan dengan mengubah parameter proses,” ucapnya.

Studi yang dilakukan Prof. Ausias berikutnya adalah foam dari elastomer termoplastik EPDM (ethylene propylene diene monomer) tervulkanisir yang digunakan untuk sealing otomotif.

“Foam ini diproduksi menggunakan mikrokapsul yang berisi fluida hidrokarbon. Mikrokapsul (diameter 10 mikron, ketebalan dinding 2 mikron) dicampurkan dengan EPDM. Pada temperatur tertentu, mikrokapsul pecah dan fluida hidrokarbon memuai sehingga membentuk gelembung,” katanya.

“Pengendalian ukuran gelembung dalam foam yg dibuat dengan fluida superkritik sangat sulit, sehingga kami menggunakan mikrokapsul berisi hidrokarbon untuk membuat busa pada riset berikutnya,” terangnya.

Topik riset berikutnya yang dipaparkan Prof. Ausias adalah pencetakan busa menggunakan 3D printer. Material yang digunakan adalah elastomer termoplastik dan mikrokapsul berisi fluida hidrokarbon. Produksi foam dengan 3D printer dilakukan melalui beberapa tahap.

“Pertama, material elastomer dan mikrokapsul dicampur menggunakan twin screw extruder lalu dijadikan pellet. Kemudian pellet diproses menggunakan ekstrusi untuk menghasilkan filamen. Selanjutnya filamen dicetak menjadi produk menggunakan 3D printer,” paparnya.

Pada pemrosesan tahap pertama dan kedua dilakukan pada temperatur yang relatif rendah supaya mikrokapsul tidak pecah. “Pemrosesan tahap ketiga dilakukan pada temperatur tinggi supaya mikrokapsul pecah, fluida hidrokarbon memuai, sehingga gelembung dapat terbentuk,” imbuhnya.

Menurutnya, perubahan temperatur pada 3D print menghasilkan ekspansi yang berbeda. Semakin temperatur tinggi, ekspansi semakin besar.

“Dengan 3D printing bisa dibuat sandwich composite dengan densitas yang berbeda dari bawah ke atas, dengan mengubah temperatur proses. Untuk bagian skin yang memiliki densitas tinggi, dilakukan 3D printing pada temperatur yang relatif rendah,” jabarnya.

“Sedangkan untuk memperoleh core dengan densitas rendah, dilakukan 3D printing pada temperatur tinggi. Untuk mendapatkan ketebalan lapisan yang sama antar lapisan, perlu dilakukan perubahan parameter, karena dengan kenaikan temperatur, laju alir meningkat. Hardness menurun dengan kenaikan diameter bubble akibat kenaikan temperatur,” ulas Profesor dari Institut de Recherche Dupuy de Lome. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Profesor Riset BRIN Temukan Formulasi Kosmetik Berbasis Teknologi Nanoemulsi Berbahan Herbal

Jakarta – Humas BRIN. Pemanfaatan sumber daya herbal Indonesia menjadi potensi yang sangat penting dalam pembuatan kosmetik untuk memberikan keamanan dan kenyamanan yang tinggi bagi konsumen. Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yenny Meliana mengatakan saat ini penggunaan bahan baku berbasis bahan alam herbal Indonesia seperti pegagan, jahe, lidah buaya, alga, kulit buah manggis, minyak atsiri, dan lain-lain telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan produk kosmetik yang bermutu tinggi.

Di sisi lain, kata Yenny, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di pasaran. Hal ini yang mendasarinya untuk melakukan penelitian mengenai Peran Teknologi Nanoemulsi Untuk Pengembangan Mutu Kosmetik Dari Herbal Asli Indonesia. Yenny pun berhasil menemukan beberapa formulasi kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi seperti: anti-selulit dari ekstrak pegagan dan jahe, serta anti-aging dari ekstrak pegagan dan kulit manggis dan solid perfume.

Yenny menjelaskan teknologi nanoemulsi sangat memungkinkan untuk diaplikasikan pada bidang kosmetik. Aplikasi teknologi nanoemulsi ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi. Sifat-sifat dari formulasi nanoemulsi ini memiliki keunggulan yaitu kestabilan yang baik, pelepasan bahan aktif yang terkontrol dan juga tertarget. 

“Dalam pengembangan kosmetik membutuhkan sistem penghantaran kosmetik yang baik, salah satunya adalah nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan sistem yang sangat menjanjikan dalam peningkatan mutu kosmetik, karena dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif,” jelas Yenny dalam orasi pengukuhan profesor riset bidang teknik kimia di Auditorium BRIN Gedung BJ Habibie Jakarta, Jumat (25/11).

Menurutnya, peluang untuk menerapkan hasil penelitiannya terkait nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik di Indonesia sangat besar. Hal ini didukung meningkatnya kebutuhan terhadap kosmetik dan tren yang mulai bergeser ke arah nanoteknologi. Pengembangan teknologi nanoemulsi khususnya bahan herbal asli Indonesia memerlukan kerja sama semua pihak, khususnya kerja sama antar peneliti dan akademisi yang melibatkan mahasiswa serta dunia industri.

“Hasil temuan ini sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri dengan menggandeng perusahaan start-up di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi. Penggunaan teknologi nanoemulsi dapat meningkatkan efikasi dari produknya sehingga memberikan nilai tambah komersial terutama dengan mengedepankan penggunaan herbal asli Indonesia,” ungkap wanita yang meraih gelar S3 bidang Teknik Kimia di National Taiwan University Taipei tahun 2012 itu.

Yenny pun meyakini hasil temuan teknologi nanoemulsi untuk aplikasi kosmetik ini sebagai temuan yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pemanfaaan berbagai bahan herbal Indonesia yang dibalut dengan teknologi nanoemulsi dapat menambah nilai ekonomi. Penemuan aplikasi nanoemulsi ini dapat menjadi pionir kosmetik dengan teknologi nano yang dapat menambah daya saing produk lokal.

Hasil invensi ini memanfaatkan bahan-bahan herbal Indonesia yaitu pegagan dan jahe sebagai anti selulit, kulit manggis sebagai anti aging, minyak atsiri sebagai solid perfume di mana ukuran droplet berkisar antara 50-200 nm yang dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam jaringan kulit sehingga meningkatkan efektifitas efikasinya.

Namun demikian, terdapat tantangan regulasi untuk mensertifikasi produk kosmetik berbasis nano yang perlu ditindaklanjuti dan dibedakan dengan produk material nano anorganik karena dari segi karakteristik dan kebutuhan kosmetik nano memiliki ciri khas tersendiri. Dengan adanya penyesuaian regulasi khusus kosmetik nano, diharapkan tren kosmetik berbasis nanoteknologi bisa berkembang dan mudah diterima oleh masyarakat.

Menurutnya, aplikasi produk kosmetik berbasis nanomaterial masih belum banyak terdapat di Indonesia. Padahal, lembaga-lembaga internasional seperti The World Health Organization (WHO), European Commission (EC) dan The Food and Drug Administration (FDA) mulai mengembangkan panduan terkait keamanan dan penggunaan produk industri berbasis nanomaterial. “Ke depan arah kebijakan untuk izin edar ditelaah lebih lanjut menyesuaikan karakter khususnya ukuran nanoemulsi kosmetik,” beber wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Kimia Maju BRIN tersebut.

Di sisi lain, Yenny berharap agar kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap sumber daya herbal asli Indonesia dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi serta menjamin pengelolaan potensi kekayaan herbal asli Indonesia dengan lintas sektor agar mempunyai daya saing sebagai sumber ekonomi masyarakat dan mendatangkan devisa negara serta mengantarkan Indonesia untuk menuju kemandirian dalam segala bidang. 

Yenny juga mengatakan perlu membangun sinergi di lintas sektor terkait, sinergi kebijakan nasional dan regulasi sehingga hasil eksplorasi penelitian dapat dihilirisasi atau dikomersialisasikan menjadi produk yang lebih berkualitas, bermutu dan memiliki efikasi yang lebih baik serta memiliki nilai jual tinggi. “Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti untuk bersinergi dengan industri dalam rangka akselerasi proses hilirisasi hasil litbang kosmetik berbasis teknologi nanoemulsi,” pungkasnya. (jml)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Saatnya Para Profesor Riset Tingkatkan Kontribusi kepada Negara Melalui Penguasaan Iptek

Bertambah lagi jumlah periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memperoleh gelar Profesor Riset. Kali ini sebanyak empat periset akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset di bidangnya masing-masing. Pengukuhan gelar Profesor Riset ini akan diselenggarakan pada Jumat, 25 November 2022 mulai pukul 08.30 WIB secara hybrid. Secara daring kegiatan ini dapat diikuti melalui https://linktr.ee/orasiprof.brin 

Jakarta, 23 November 2022,Para periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan talenta unggul kebanggaan Indonesia, perlu meningkatkan kontribusi kepada bangsa dan negara melalui penguasaan iptek di berbagai bidang. Pesan ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelang pengukuhan empat periset BRIN menjadi Profesor Riset.

“Salah satu yang sedang dilakukan BRIN adalah dengan melahirkan ahli dan pakar di berbagai bidang untuk dapat lebih berkontribusi memajukan iptek Indonesia,” ujar Handoko.

Capaian yang diperoleh empat periset yang akan dikukuhkan menjadi Profesor Riset kali ini, lanjut Handoko menjadi gelar tertinggi yang dicapai seseorang yang berkarir sebagai periset. Kendati Profesor Riset ini bukan gelar secara kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN), namun gelar ini memberikan amanah tambahan yang tidak ringan bagi yang menyandangnya.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun tanggung jawab sebagai Profesor Riset untuk memberikan teladan bagi periset lainnya,” lanjutnya.

Secara urutan nasional, keempat periset yang akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset yakni Prof. Augy Syahailatua (646) dari Pusat Riset Oseanografi, Prof. Yenny Meliana (647) dari Pusat Riset Kimia Maju, Prof. Bambang Sunarko (648) dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Prof. Widya Fatriasari (649) dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk. Namun untuk lingkungan BRIN, secara urutan sejak BRIN berdiri pada 2021, keempatnya menduduki urutan ke 23, 24, 25, dan 26.

Kepada keempat Profesor Riset yang baru, Handoko merasa bangga atas capaian ini, dan menjadi bukti bahwa periset Indonesia mampu menghasilkan karya yang berkualitas internasional. “Tentunya hal ini dapat menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Dalam orasi pengukuhannya, Prof. Dr. Augy Syahailatua, M.Sc pakar bidang Oseanogeografi menyampaikan terkait riset iktioplankton di Indonesia tercatat 6 spesies larva ikan sidat tropis yang teridentifikasi dan terkonfirmasi melalui analisis genetika (DNA). Selanjutnya, agar riset iktioplankton dapat terus berkembang di Indonesia, maka perlu dibangun sistem basis data telur dan larva ikan yang lebih baik, dan didukung oleh fasilitas penyimpanan koleksi iktioplankton yang memadai, sehingga dapat dijadikan sumber rujukkan iktioplankton nasional. Tentunya penggunaan fasilitas Kapal Riset dan laboratorium riset akan sangat mendukung riset iktioplankton.

Prof. Dr. Yenny Meliana, M.Si pakar bidang Teknologi Kimia menyampaikan orasi tentang nanoemulsi yang dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif karena memiliki sifat sensoris yang baik dengan penetrasi yang cepat dan memiliki tetesan (droplet) yang kecil serta memiliki kemampuan dalam mengurangi kehilangan air dari kulit. Hasil temuan tentang berbagai aplikasi nanoemulsi untuk kosmetik seperti untuk firming agent, anti-aging, solid perfume, dan lainnya sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi.

Prof. Dr. Bambang Sunarko pakar Bidang Mikrobiologi, dalam orasi nya menyampaikan hasil kegiatan bioprospeksi sumberdaya mikroba Indonesia dalam mentransformasikan senyawa nitril dan sianida, dan potensi pemanfaatannya sebagai biokatalis untuk mensintesis berbagai senyawa kimia dan farmasetika, serta untuk mendetoksifikasi senyawa nitril yang toksik di lingkungan. Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan dan penerapan proses bersih (green chemistry).

Sedangkan Prof. Dr. Widya Fatriasari pakar bidang Teknologi Bioproses menyampaikan orasi tentang penelitian teknologi kilang hayati yang efektif terus tumbuh yang bertujuan untuk meningkatkan rendemen, penciptaan teknologi lebih ramah lingkungan dan penurunan aspek biaya. Tahapan penting dalam proses konversi biomassa menjadi bio produk berbasis selulosa dan lignin adalah fraksionasi/praperlakuan, hidrolisis, fermentasi dan peningkatan mutu. Teknologi yang dikembangkan berkontribusi dalam penerapan konsep kilang hayati dalam penyediaan energi terbarukan dan biomaterial berkelanjutan secara ekonomis.

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/110903/saatnya-para-profesor-riset-tingkatkan-kontribusi-kepada-negara-melalui-penguasaan-iptek

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kini BRIN Resmi Miliki 645 Profesor Riset

Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan empat perisetnya menjadi Profesor Riset dalam orasi yang diselenggarakan di Kantor BRIN Kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (26/10). Keempat dari mereka merupakan periset terbaik BRIN yang telah mengabdikan dirinya dalam dunia riset sesuai dengan bidangnya masing-masing. 

Empat periset yang dikukuhkan yaitu Fariduzzaman, pakar Aerodinamika, dari Direktorat Pengelolaan Laboratorium Fasilitas Riset dan Kawasan Sains, Anugerah Widiyanto, pakar bidang Manajemen Teknologi, dari Direktorat Kebijakan Pembangunan Manusia Kependudukan dan Kebudayaan, Jarot Raharjo, pakar Bidang Teknik Material, dari Pusat Riset Material Maju, dan Rizal Alamsyah, pakar bidang Konversi Biomassa, Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi. Keempat periset BRIN dikukuhkan menjadi Profesor Riset ke 642, 643, 644, dan 645 secara nasional.

Fariduzzaman dalam pengukuhannya, menyampaikan orasi dengan judul “Inovasi Teknologi Pengujian Aerodinamika dan Aeroelastika untuk Rancang Bangun Jembatan Bentang Panjang”. Kontribusi penting untuk inovasi ini adalah penerapan metoda Zimmerman untuk analisis flutter yang lebih cepat dan akurat, serta penggunaan kurva tiga dimensi.

Kegiatan dimulai intensif sejak Uji Model Jembatan Suramadu, dan kini telah berhasil diterapkan untuk pengujian lebih dari 17 model jembatan bentang panjang yang dibangun di Indonesia.

Fariduzzaman menyatakan bahwa, analisis aerodinamika dan aeroelastika rancangan jembatan bentang panjang adalah suatu keharusan untuk dilakukan perancang dan pengembang jembatan sebelum konstruksi. “Teknologi pengujian aerodinamika dan aeroelastika jembatan bentang panjang, akan terus berkembang di masa depan, dengan semakin berkembangnya teknologi rancang bangun, adanya teknologi kecerdasan buatan, Artificial Intelegence (AI) dan Internet of Things (IoT),” ungkapnya.

Kemudian, Anugerah Widiyanto, menyampaikan orasi dengan judul “Kontribusi Metode Life Cycle Assessment Biomassa untuk Agroindustri Berkelanjutan”. Anugerah menyampaikan Inovasi metode life cycle assessment (LCA) yang dikembangkan untuk sistem pemanfaatan biomassa sesuai dengan karakteristik area target, berkelanjutan, dan tetap mempertahankan keunikannya.

Tantangan kedepannya adalah masalah transparansi data, yang perlu mendapat perhatian untuk peningkatan kualitas penelitian LCA. “LCA memiliki potensi sebagai perangkat/alat untuk analisis lingkungan, dan kemungkinan aplikasinya untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia, khususnya daya saing di bidang agro-industri Indonesia,” jelasnya.

Selanjutnya, Jarot Raharjo menyampaikan orasi dengan judul “Pengembangan Keramik Maju Berbasis Logam Tanah Jarang untuk Fuel Cell dan Baterai sebagai Energi yang Ramah Lingkungan”.  Menurut Jarot, Indonesia memiliki mineral Logam Tanah Jarang (LTJ) yang belum dimanfaatkan optimal. LTJ digunakan sebagai bahan keramik maju untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) dan teknologi energi bersih.

Keramik maju adalah keramik berkinerja tinggi, yang mengoombinasikan pengendalian kimiawi dan sengaja dirancang mikrostrukturnya sehingga dihasilkan bahan yang memiliki sifat yang unik.

“Kegiatan riset material SOFC dan baterai yang dilakukan memiliki kontribusi signifikan dalam menjawab tantangan penguasaan teknologi maju berbasis LTJ dalam menghasilkan material keramik maju yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan LTJ yang diolah di dalam negeri (LTJ Indonesia), sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara ber­tahap seperti pada aplikasi SOFC dan baterai,” ungkapnya.

Jarot juga menyatakan bahwa Pengembangan teknologi aplikasi LTJ ini diharapkan juga dapat mendukung program pemerintah dalam memenuhi net zero emission pada tahun 2060 melalui penerapan teknologi energi bersih.

Terakhir, Rizal Alamsyah menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Inovasi Teknologi Pemrosesan Biomassa Menjadi Biofuel untuk Mendukung Penerapan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)”. Rizal mengungkapkan bahwa kebaruan-kebaruan dalam proses pembuatan EBT terus dikembangkan.

“Inovasi reaktor static mixer dan proses pencucian kering biodisel menghasilkan efisiensi energi proses transesterifikasi dan penurunan biaya pengolahan biodisel,” jelasnya. 

Kebaruan teknologi reaktor static mixer dan pencucian kering ini juga dapat menyingkat waktu pengolahan biodiesel dan proses pencuciannya tanpa menggunakan air panas. Pembuatan pelet dari biomassa hasil pertanian dan perkebunan menjadikan bahan bakar padat yang mudah dikemas, ramah lingkungan, serta bisa dikonversi menjadi gas sintetis yang bisa digunakan untuk pemasakan dan pengeringan. 

Inovasi reaktor separasi MCT, adalah inovasi proses yang mampu memisahkan asam lemak rantai menengah dari minyak kelapa atau sawit menjadi produk yang bernilai tambah, yaitu senyawa olein dan stearin secara sempurna.

Reaktor static mixer-proses pencucian kering biodiesel menghasilkan efisiensi energi, dan waktu proses. Pelet biomassa mudah dikemas dan bisa dikonversi menjadi syngas. Reaktor MCT menghasilkan asam lemak MCT untuk produk kesehatan dan non-MCT untuk feedstock biodiesel/bioavtur.

Kepala BRIN, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Ratno Nuryadi, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan material mengatakan, gelar Profesor Riset merupakan gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. Kendati gelar ini bukan gelar secara kepegawaian sebagai ASN, namun gelar ini memberikan amanah tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun tanggung jawab sebagai Profesor Riset memberikan teladan bagi periset lainnya.” ungkap Handoko.

Menurut Handoko, Periset BRIN perlu memiliki semangat berkolaborasi yang dapat meningkatkan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. Bertepatan dengan Indonesia menjadi Presidensi G20, pengukuhan ini menjadi momentum penting sebagai wujud peran aktif BRIN di bidang riset dan inovasi.

“Empat Profesor Riset yang baru merupakan kebanggaan bagi kita semua, ini bukti bahwa Periset-periset Indonesia, khususnya BRIN dapat menghasilkan karya-karya penelitian yang berkualitas Internasional. Tentunya dapat menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan,” tambahnya (igp, yul, gws/ ed: tnt).

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110624/kini-brin-resmi-miliki-645-profesor-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

SIARAN PERS

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

NO: 021/SP/HM/BKPUK/III/2022

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

Bertambahnya Profesor Riset di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan memperkuat SDM riset BRIN. Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru menjadi bukti bahwa BRIN memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional.

Jakarta, 9 Maret 2022. Majelis Profesor Riset mengukuhkan empat orang profesor di lingkungan BRIN di Jakarta, Kamis (10/03). Keempat profesor riset yakni Prof. Ratih Dewanti, urutan ke-634, Prof. Ganewati Wuryandari, urutan ke-635, Prof. Widjajanti, urutan ke-636, dan Prof. Rike Yudianti, urutan ke-637.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, Gelar Profesor Riset adalah gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. “Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang diberikan secara melekat, namun yang lebih daripada itu, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan,” kata Handoko.

Handoko menegaskan, Profesor Riset juga memiliki tanggungjawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya, karena itulah tanggung jawab menjadi Profesor Riset.

Berdirinya BRIN sebagai lembaga riset merupakan bagian dari milestone perubahan besar dalam kelembagaan riset di Indonesia. Untuk mewujudkan milestone ini tentunya tidak mudah, mengingat SDM BRIN berasal dari berbagai macam entitas yang berbeda yang bergabung menjadi satu. 

“Saya yakin dengan adanya SDM dan talenta yang kita miliki, termasuk empat Profesor Riset yang baru dikukuhkan, kita dapat melakukan percepatan untuk mewujudkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” tambah Handoko.

Yang terpenting dari semua itu lanjut Handoko, sesuai dengan tugas fungsi dan tujuan berdirinya, BRIN harus fokus dalam melakukan aktivitas riset, untuk memberikan yang terbaik memajukan riset dan inovasi di Indonesia. Ditambah lagi dengan bergabungnya para periset dari Kementerian/Lembaga yang dimulai dari awal tahun, menjadi modal dasar untuk membudayakan ekosistem riset dengan memberdayakan talenta-talenta riset dan inovasi ini.

Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru, membuktikan bahwa BRIN pada khususnya memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional. “Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para peneliti lainnya, agar kaderisasi kompetensi tetap terjaga dan berkesinambungan,” harap Handoko. 

Menurut Handoko, kaderisasi peneliti ini penting untuk terus menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, harapannya BRIN selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk membantu Indonesia melalui hasil-hasil riset yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Keempat profesor riset tersebut akan memaparkan orasi dibidangnya masing-masing yakni, Prof. Ratih Dewanti pakar Bidang Penginderaan Jauh menyampaikan model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi dalam mendukung pemantauan mangrove. Model tersebut apabila diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir akan memberi bobot yang lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.

Prof. Ganewati Wuryandari pakar Bidang Hubungan Internasional, dalam orasinya tentang Politik Luar Negeri Era Reformasinya,  ia menyampaikan perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional. Indonesia diharapkan dapat memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Di samping itu, pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri kedepannya.

Prof. Widjajanti pakar Bidang Sosiologi Gender, menyampaikan orasi yang berisi sebuah perjalanan, pembelajaran dan pengalaman. Orasi yang disampaikan mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya. 

Prof. Rike Yudianti pakar Bidang Teknik Material,  memaparkan orasi terkait dengan pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional. Perkembangan iptek dan potensi nanoselulosa dan nanokarbon, pengembangan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon, dan peluang pemanfaatan nanoselulosa dan nano karbon  di Indonesia.

Sumber : https://www.brin.go.id/news/100516/4-perempuan-peneliti-brin-dikukuhkan-sebagai-profesor-riset