Saatnya Para Profesor Riset Tingkatkan Kontribusi kepada Negara Melalui Penguasaan Iptek

Bertambah lagi jumlah periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memperoleh gelar Profesor Riset. Kali ini sebanyak empat periset akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset di bidangnya masing-masing. Pengukuhan gelar Profesor Riset ini akan diselenggarakan pada Jumat, 25 November 2022 mulai pukul 08.30 WIB secara hybrid. Secara daring kegiatan ini dapat diikuti melalui https://linktr.ee/orasiprof.brin 

Jakarta, 23 November 2022,Para periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan talenta unggul kebanggaan Indonesia, perlu meningkatkan kontribusi kepada bangsa dan negara melalui penguasaan iptek di berbagai bidang. Pesan ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelang pengukuhan empat periset BRIN menjadi Profesor Riset.

“Salah satu yang sedang dilakukan BRIN adalah dengan melahirkan ahli dan pakar di berbagai bidang untuk dapat lebih berkontribusi memajukan iptek Indonesia,” ujar Handoko.

Capaian yang diperoleh empat periset yang akan dikukuhkan menjadi Profesor Riset kali ini, lanjut Handoko menjadi gelar tertinggi yang dicapai seseorang yang berkarir sebagai periset. Kendati Profesor Riset ini bukan gelar secara kepegawaian Aparatur Sipil Negara (ASN), namun gelar ini memberikan amanah tambahan yang tidak ringan bagi yang menyandangnya.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun tanggung jawab sebagai Profesor Riset untuk memberikan teladan bagi periset lainnya,” lanjutnya.

Secara urutan nasional, keempat periset yang akan dikukuhkan sebagai Profesor Riset yakni Prof. Augy Syahailatua (646) dari Pusat Riset Oseanografi, Prof. Yenny Meliana (647) dari Pusat Riset Kimia Maju, Prof. Bambang Sunarko (648) dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Prof. Widya Fatriasari (649) dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk. Namun untuk lingkungan BRIN, secara urutan sejak BRIN berdiri pada 2021, keempatnya menduduki urutan ke 23, 24, 25, dan 26.

Kepada keempat Profesor Riset yang baru, Handoko merasa bangga atas capaian ini, dan menjadi bukti bahwa periset Indonesia mampu menghasilkan karya yang berkualitas internasional. “Tentunya hal ini dapat menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.

Dalam orasi pengukuhannya, Prof. Dr. Augy Syahailatua, M.Sc pakar bidang Oseanogeografi menyampaikan terkait riset iktioplankton di Indonesia tercatat 6 spesies larva ikan sidat tropis yang teridentifikasi dan terkonfirmasi melalui analisis genetika (DNA). Selanjutnya, agar riset iktioplankton dapat terus berkembang di Indonesia, maka perlu dibangun sistem basis data telur dan larva ikan yang lebih baik, dan didukung oleh fasilitas penyimpanan koleksi iktioplankton yang memadai, sehingga dapat dijadikan sumber rujukkan iktioplankton nasional. Tentunya penggunaan fasilitas Kapal Riset dan laboratorium riset akan sangat mendukung riset iktioplankton.

Prof. Dr. Yenny Meliana, M.Si pakar bidang Teknologi Kimia menyampaikan orasi tentang nanoemulsi yang dapat meningkatkan penyerapan melalui kulit sehingga memberikan hasil yang efektif karena memiliki sifat sensoris yang baik dengan penetrasi yang cepat dan memiliki tetesan (droplet) yang kecil serta memiliki kemampuan dalam mengurangi kehilangan air dari kulit. Hasil temuan tentang berbagai aplikasi nanoemulsi untuk kosmetik seperti untuk firming agent, anti-aging, solid perfume, dan lainnya sangat berpeluang untuk diproduksi dalam skala industri di bidang kosmetik yang mengedepankan teknologi nanoteknologi.

Prof. Dr. Bambang Sunarko pakar Bidang Mikrobiologi, dalam orasi nya menyampaikan hasil kegiatan bioprospeksi sumberdaya mikroba Indonesia dalam mentransformasikan senyawa nitril dan sianida, dan potensi pemanfaatannya sebagai biokatalis untuk mensintesis berbagai senyawa kimia dan farmasetika, serta untuk mendetoksifikasi senyawa nitril yang toksik di lingkungan. Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk pengembangan dan penerapan proses bersih (green chemistry).

Sedangkan Prof. Dr. Widya Fatriasari pakar bidang Teknologi Bioproses menyampaikan orasi tentang penelitian teknologi kilang hayati yang efektif terus tumbuh yang bertujuan untuk meningkatkan rendemen, penciptaan teknologi lebih ramah lingkungan dan penurunan aspek biaya. Tahapan penting dalam proses konversi biomassa menjadi bio produk berbasis selulosa dan lignin adalah fraksionasi/praperlakuan, hidrolisis, fermentasi dan peningkatan mutu. Teknologi yang dikembangkan berkontribusi dalam penerapan konsep kilang hayati dalam penyediaan energi terbarukan dan biomaterial berkelanjutan secara ekonomis.

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/110903/saatnya-para-profesor-riset-tingkatkan-kontribusi-kepada-negara-melalui-penguasaan-iptek