Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Tingkatkan Kapasitas SDM melalui Kolaborasi Riset Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kolaborasi riset global. Salah satu strateginya adalah dengan mendorong SDM periset untuk bersekolah tinggi hingga pascadoktoral di universitas luar negeri, yang memiliki kerja sama dengan BRIN.

Pada acara hari kedua BRIN-Victoria Scientific Forum, Rabu (22/02), perwakilan dari manajemen dan periset BRIN serta perwakilan universitas dari negara bagian (state) Victoria Australia, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, dan The University of Melbourne, membahas riset energi, engineering, manufaktur, nanoteknologi, serta antariksa.

Direktur Manajemen Talenta BRIN, Arthur Ario Lelono menyampaikan bahwa BRIN melakukan strategi eksplorasi untuk menggaet negara bagian Victoria yang memiliki beberapa kampus. “Kita coba targetkan. Contoh kemarin dari Monash University serta Deakin University. Biasanya kita dengan kampus satu per satu, sekarang melakukan strategi menggaet pemerintah Victoria State untuk support beberapa kampus,” ungkapnya.

“Pada dasarnya, rencana kita untuk mengeksplorasi, tetapi tidak hanya mencari mahasiswa S2-S3, tetapi lebih banyak cenderung kolaborasi riset jangka panjang,” imbuh Arthur.

Menurutnya, kelima kampus di Victoria, yakni RMIT University, Swinburne University of Technology, The University of Melbourne, Deakin University, dan Monash University, memiliki keunggulan keilmuan masing-masing.

“Saat ini di antara yang lima universitas, baru dimulai Swinburne University of Technology, ada delapan mahasiswa BRIN yang sudah kita kirim ke sana dan sudah beberapa yang publikasi. Swinburne University of Technology sekarang menyiapkan pembaharuan MoU dengan BRIN. Termasuk ditambah empat kampus ini,” ulas Arthur.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Koordinator Rumah Program ORNM, Agus Sukarto Wismogroho, mewakili Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN. Ia menyampaikan bahwa acara ini bisa menjadi kolaborasi antara BRIN, terutama di ORNM dengan negara bagian Victoria untuk bekerja sama terkait bidang ilmiah. “Kerja sama terkait scientific bisa melalui sekolah dengan pengiriman peneliti-peneliti baru yang belum S2-S3 untuk bersekolah ke sana, serta joint research,” ujar Agus.

Dirinya menjelaskan untuk anggaran dapat diperoleh melalui program seperti DBR dari Direktorat Manajemen Talenta BRIN. “Siapa pun baik ASN maupun non ASN dari kelompok riset atau pun mahasiswa bisa mendaftar. Bagi peminat dapat bersekolah di Victoria State dengan satu pembimbing dari sini (Indonesia) dan satu pembimbing dari sana (Victoria State) hingga selesai,” kata periset dari Pusat Riset Material Maju ini.

“Tema-temanya berkaitan dengan kebutuhan periset di Indonesia (ORNM), seperti bidang material terkait solar sel, atau simulasi, dan sebagainya tinggal disesuaikan dengan yang di sana (Victoria State),” ucapnya.

Dalam acara yang sama, salah satu peserta dari dari Pusat Riset Fotonik,  Jalu Ahmad Prakosa mengungkapkan bahwa forum ini sangat menarik karena mempertemukan para periset BRIN dengan para ahli dan profesor dari universitas di Victoria.

“Saya ingin mencari supervisor untuk melanjutkan program S3 saya, yaitu di negara Australia, karena kualitas pendidikannya bagus, untuk melanjutkan karier saya, untuk meningkatkan kolaborasi internasional, yaitu Australia dengan BRIN,” terang Jalu.

Baginya, kegiatan ini sangat baik dalam membantu link and match antara periset dan profesor yang sesuai. “Kalau kita sendiri sebagai periset cari info di website kemudian kirim e-mail itu lebih sulit direspon. Tetapi di atas payung institusi BRIN ini, bisa mempermudah serta bisa langsung saling berkomunikasi dengan para profesor dari Universitas Victoria di Australia,” lanjut Koordinator Kelompok Riset Kontrol dan Pengukuran Presisi.

“Semoga di tahun selanjutnya, terus diperkuat sehingga critical mass dari para periset BRIN bisa meningkat, dengan lebih banyak yang doktoral sehinga capaian BRIN akan semakin meningkat dan kolaborasi internasional semakin kuat ke depannya,” pungkasnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan UPSI Malaysia Wujudkan Kolaborasi Riset Dua Negara

Tangerang Selatan – Humas BRINSebagai institusi riset pemerintah di Indonesia, nama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bergaung juga ke negeri seberang. Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia, pada Senin dan Selasa (13-14/02), mendatangi KST BJ Habibie BRIN Serpong untuk  menjajaki peluang kerja sama riset dengan BRIN, khususnya Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) serta Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM).

Direktur Manajemen Talenta – Kedeputian Sumber Daya Manajemen Iptek (SDMI) BRIN, Arthur Ario Lelono, yang turut hadir pada acara tersebut, mengatakan bahwa BRIN mempunyai program-program yang selaras dengan UPSI. “BRIN membuka selebar-lebarnya kerja sama khususnya dengan kampus negeri ataupun swasta baik di dalam maupun dari luar negeri, periset atau penggiat riset dari komunitas dan industri, untuk mensinergikan kegiatan riset di Indonesia, sekaligus membangun SDM,” ungkapnya.

Salah satu kerja sama yang paling potensial menurutnya adalah peningkatan kompetensi periset. “Tentunya kami di Kedeputian SDMI BRIN, mempunyai tugas ataupun kewajiban yang sama dengan teman-teman dari perguruan tinggi, bagaimana menyiapkan SDM unggul,” tegas Arthur.

Kolaborasi peningkatan kompetensi periset BRIN dan UPSI antara lain melalui program mobilitas periset dan post doctoral, yang sejalan dengan program manajemen talenta BRIN. Oleh karena itu, pada agenda kali ini, UPSI dan BRIN merealisasikan penandatanganan Letter of Intent (LoI). 

Deputy Vice Chancellor Research & Innovation UPSI, Suriani Abu Bakar, menyampaikan bahwa BRIN dipandang sebagai lembaga riset yang prestisius. “UPSI memberikan kesempatan kepada periset-periset dari Indonesia termasuk BRIN untuk berkolaborasi membangun komunitas periset dan peningkatan SDM yang relevan,” jelasnya.

Sementara Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi menyatakan keinginannya agar kerja sama antara BRIN dan UPSI bisa berjalan. “Kerja sama ini akan segera diwujudkan dengan komunikasi yang lebih intens, dan diharapkan pada awal Maret 2023 sudah bisa terealisasi,” ujarnya.

Selama dua hari, tim UPSI berkesempatan untuk mengunjungi fasilitas laboratorium di KST BJ Habibie dan bediskusi dengan kelompok riset di Pusat Riset Teknologi Polimer, Pusat Riset Fotonik, Pusat Riset Material Maju, Pusat Riset Metalurgi, serta Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi.

Dari diskusi yang berlangsung antara BRIN dengan UPSI, dicapai kesepakatan awal yang akan ditindaklanjuti, yakni untuk kegiatan riset dengan topik Graphene-based Conductive Ink, Microplastic, Biopolymer, dan Sensor.

Sebagai informasi, universitas yang baru saja merayakan 100 tahun berdirinya ini, adalah salah satu universitas negeri terkemuka di Malaysia. Kampus  ini menawarkan 100 program sarjana, pascasarjana, doktoral dan jenjang spesial. UPSI masuk dalam daftar universitas terbaik di Malaysia. Universitas ini memiliki beberapa fakultas di antaranya bahasa, seni dan musik, ilmu kognitif dan pengembangan manusia, sains dan teknologi, teknologi informasi dan komunikasi, bisnis dan ekonomi, ilmu olahraga, serta ilmu sosial dan humaniora. (jp/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN bersama PPI Belgia Sosialiasikan Program Manajemen Talenta Riset dan Inovasi

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang bertalenta dan berdaya saing secara global, pada 10 Desember 2021, dibentuklah Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 21 Tahun 2021 tentang Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional. Manajemen talenta nasional mempunyai tiga fokus bidang yakni riset dan inovasi, seni budaya, dan olah raga.

Direktur Manajemen Talenta – Kedeputian Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDMI) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Raden Arthur Ario Lelono, menyampaikan BRIN mendapatkan amanah menjadi koordinator talenta di bidang riset dan inovasi, pada acara Mengenal Program BRIN: Skema Mobilitas Periset, Rekrutmen Calon ASN, dan Strategi Pengembangan Riset-Inovasi, Rabu (05/01), bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (Belgia).

Pada kegiatan sosialisasi yang ditujukan untuk pelajar Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Eropa tersebut, Arthur menjelaskan melalui program Manajemen Talenta, BRIN telah menyiapkan skema peningkatan kapasitas SDM yang ditujukan bagi mahasiswa S1, S2, S3, serta siswa SMP dan SMA dalam bentuk science engagement.

Diharapkan melalui program tersebut, peserta mendapatkan pengalaman untuk melakukan kolaborasi riset dengan para periset yang ada di BRIN.

“BRIN bekerja sama dengan puspresnas (pusat prestasi nasional) Kemendikbudristek untuk membina jenjang SMP – SMA melalui kegiatan perkemahan ilmiah dan lomba karya tulis ilmiah,” terangnya.

“Selanjutnya untuk tahap mahasiswa tingkat sarjana (S1), manajemen talenta memiliki program merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) dan research assistant untuk memupuk ketertarikan talenta dalam kegiatan riset dan inovasi,” imbuh Arthur.

Selanjutnya mahasiswa program Magister (S2) dan Doktor (S3) masih ada program research assistant untuk berkolaborasi riset bersama dengan para periset BRIN. “Selain itu kami juga memiliki program unggulan yaitu degree by research (DbR),” terang Arthur.

“Pada program DbR, peserta program S2 maupun S3, akan dapat menjalani program pendidikan magister dan doctor sambil mejalani keg riset bersama di BRIN,” kata Arthur.

Setelah lulus doktor, juga ada program post doctoral dan visiting researcher atau pun visiting profesor. Program ini ditujukan bagi lulusan doktor maupun profesor untuk bersama-sama berkolaborasi riset di BRIN dalam meningkatkan ekosistem riset dan output riset di Indonesia.

“Manjemen Talenta menyiapkan skema-skema untuk menjawab tantangan yang selama ini selalu  disampaikan para periset kita yang masih di luar, karena belum mendapatkan kejelasan untuk berkolaborasi di Indonesia,” tegas Arthur.

“Manajemen Talenta bisa menciptakan ekosistem riset dan inovasi dengan SDM yang sangat memadai, tidak hanya menjadi periset atau akademisi, namun mencetak wirausahawan berbasis riset,” tambahnya.

Selain program BRIN yang mendukung output publikasi ilmiah, Manajemen Talenta juga mendorong untuk meningkatkan kapasitas SDM hingga doktor. “Topik riset yang sudah dikolaborasikan dan berkelanjutan harus menyiapkan mahasiswa master yang bisa naik hingga jenjang doktor dengan program DbR,” ujar Arthur.

“Kita akan menyiapkan program baru yang disebut strategi nasional dengan topik riset yang ditargetkan, bahkan kampusnya pun sudah ditargetkan. Nanti ketika pulang, mereka sudah membangun jaringan. Kemudian bisa menjadi periset di BRIN dengan skema PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kinerja), CASN (Calon Aparatur Sipil Negara) atau pun post-doctoral di BRIN,” ucapnya. (hrd/ ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Mempercepat Akselerasi Riset Nanoteknologi dan Material melalui Peningkatan Kualitas SDM dan Infrastruktur

Serpong, Humas BRIN. Dalam rangka meningkatkan akselerasi riset dan inovasi di bidang nanoteknologi dan material, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, berkoordinasi dengan Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (OR NM) BRIN serta para Kepala Pusat Riset (PR) di bawah OR NM, di Gedung Manajemen, Kawasan Sains dan Teknologi Puspiptek, pada Rabu (11/5).

Di hadapan peserta rapat, Handoko menyampaikan bahwa OR NM sudah memiliki modal awal yang cukup, yakni sumber daya periset. “OR NM sudah dimodali sumber daya manusia yang berasal dari dalam negeri dan diaspora. Saya tidak pesimis karena bibitnya cukup bagus, bisa mempercepat critical mass SDM unggul di BRIN,” terangnya.

Menurutnya, kondisi satker saat ini OR NM ada yang belum ideal, masih menjadi tantangan dalam hal kualifikasi SDM. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan skema program yang ada di BRIN. “Mungkin ada di satker yang perlu ditingkatkan SDM-nya,” jelasnya.

Kemudian jumlah periset di satker OR NM berbeda-beda, ada yang jumlahnya sedikit dan ada yang banyak. bukan merupakan masalah. “Justru rasio output bisa lebih baik bila satker dengan jumlah periset tidak terlalu besar namun jumlah publikasi besar,” imbuhnya.

Handoko cukup optimis dengan potensi tambahan SDM untuk OR NM. “Saya yakin, tidak terlalu pesimis, untuk bisa merekrut periset lain. Bidang material ini cukup mudah untuk mendapatkan talenta baru, baik dalam negeri maupun diaspora,” ungkapnya

Dalam kesempatan tersebut, Kepala OR NM, Ratno Nuryadi menayangkan profil OR NM. Baik dari PR Teknologi Pertambangan, PR Metalurgi, PR Material Maju, PR Kimia Maju, PR Teknologi Polimer, PR Fisika Kuantum, dan PR Fotonik. “Saat ini secara keseluruhan, jumlah SDM OR NM dengan jenjang S3 ada 36 persen dan S2 39 persen,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Handoko menegaskan pentingnya periset melanjutkan pendidikan hingga strata-3. “Di pusat riset, yang S1 dan S2 harus dimotivasi oleh kepala pusat untuk S3. Periset yang sudah S3, harus menjadi pembimbingnya. Karena sudah ada skema atau platformnya. Seperti program degree by research yang ada di BRIN. Asalkan ada sekolah yang mau menerima, bisa. Tidak ada diskriminasi umur. Jadi tidak ada alasan untuk tidak sekolah,” tegasnya.

Langkah awal yang bisa dilakukan OR NM adalah membuat program sekolah untuk sasaran kinerja pegawai (SKP) bagi perisetnya. “Buat SKP sekolah, jadi tiga tahun selesai. Selesaikan masalah di periode ini, jangan mewariskan masalah ke periode berikutnya. Agar kepala PR berikutnya bisa memikirkan permasalahan yang lebih jauh,” pesan Kepala BRIN.

Sejalan dengan peningkatan kualitas SDM perlu juga Handoko mengharapkan OR NM memiliki program pasca doktoralnya. “Pilih topik-topik apa yang sesuai. Agar alat-alat laboratorium yang dimiliki oleh kedeputian infrastruktur, bisa teruji dengan baik. Kemudian buat strategi visiting professor. Kunjungan ke laboratorium yang juga pakai alat itu. Jadi meski alatnya yang dipesan belum datang, kita sudah siap,” jelasnya.

Mengenai pusat riset yang terdiri berbagai jabatan fungsional, Handoko menerangkan bahwa dari apa pun jabatan fungsionalnya, semua akan sama hasil kerja minimal (hkm) periset. Baik itu peneliti, perekayasa, pranata nuklir, atau lainnya yang ada di pusat riset. Jadi mungkin ada pegawai BRIN yang ingin beralih jabatan fungsionalnya peneliti.

“Jabatan fungsional itu urusan pribadi, tetapi penugasan terkait dengan tugas kantor. Kalau mau disinkronkan boleh saja. Namun bukan pekerjaan kantor untuk memfasilitasi angka kredit. Tugas ASN adalah untuk melayani masyarakat. Kalau mau pindah jabatan fungsional ke peneliti basisnya output, bukan basis proses atau dokumen. Misal paten, publikasi, dan lisensi,” urai Handoko.

Terkait dengan bagaimana dengan ada sivitas pusat riset yang belum bisa melakukan riset. Handoko memberikan alternatif program magang industri sesuai keahlian periset. “Bisa magang ke industri skala kecil. Jika ada permintaan dari industri yang perlu bantuan. nanti setelah magang yang lamanya misalkan satu bulan, bisa bawa masalahnya ke PR, diselesaikan bersama. Output-nya bisa paten,” terangnya.

Dalam forum pimpinan tersebut, sejumlah pertanyaan mewakili periset diutarakan oleh para kepala PR. Seperti terkait pengadaan alat, lokasi co-working space (CWS), dan laboratorium untuk bekerja. Menjawab hal itu, Handoko bersama Kedeputian dan Biro di BRIN mengupayakan strategi pengadaan alat baru, pengelolaan CWS, dan laboratorium berdasarkan kategori karakter pekerjaannya.

“Kita akan atur ulang infrastruktur, tidak melihat OR atau PR-nya. Contohnya komputasi fisika akan digabung dengan elektronika dan informatika. Bisa disatukan juga laboratorium baterai yang ada di berbagai eks-LPNK. Akan banyak moving area tanpa sekat-sekat,” ungkap Handoko.

Infrastruktur inilah yang menjadi kunci dalam mendukung kualitas SDM di BRIN. “Ini memang proses yang tidak mudah, kantor dan laboratorium ada pengelolanya sendiri. Sesuai pengalaman saya di negara luar, tidak ada pusat riset yang memiliki laboratorium sendiri. Ada direktorat tersendiri untuk pemeliharaannya. Semoga penataan laboratorium segera selesai. Antar OR dan PR dapat saling paham tidak saling bersinggungan,” pungkas Handoko. (adl)

Sumber : https://www.brin.go.id/press-release/103861/mempercepat-akselerasi-riset-nanoteknologi-dan-material-melalui-peningkatan-kualitas-sdm-dan-infrastruktur

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

SIARAN PERS

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

NO: 021/SP/HM/BKPUK/III/2022

4 Perempuan Peneliti BRIN Dikukuhkan Sebagai Profesor Riset

Bertambahnya Profesor Riset di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan memperkuat SDM riset BRIN. Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru menjadi bukti bahwa BRIN memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional.

Jakarta, 9 Maret 2022. Majelis Profesor Riset mengukuhkan empat orang profesor di lingkungan BRIN di Jakarta, Kamis (10/03). Keempat profesor riset yakni Prof. Ratih Dewanti, urutan ke-634, Prof. Ganewati Wuryandari, urutan ke-635, Prof. Widjajanti, urutan ke-636, dan Prof. Rike Yudianti, urutan ke-637.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, Gelar Profesor Riset adalah gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam karirnya sebagai periset. “Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang diberikan secara melekat, namun yang lebih daripada itu, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan kepada yang telah dikukuhkan,” kata Handoko.

Handoko menegaskan, Profesor Riset juga memiliki tanggungjawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya, karena itulah tanggung jawab menjadi Profesor Riset.

Berdirinya BRIN sebagai lembaga riset merupakan bagian dari milestone perubahan besar dalam kelembagaan riset di Indonesia. Untuk mewujudkan milestone ini tentunya tidak mudah, mengingat SDM BRIN berasal dari berbagai macam entitas yang berbeda yang bergabung menjadi satu. 

“Saya yakin dengan adanya SDM dan talenta yang kita miliki, termasuk empat Profesor Riset yang baru dikukuhkan, kita dapat melakukan percepatan untuk mewujudkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” tambah Handoko.

Yang terpenting dari semua itu lanjut Handoko, sesuai dengan tugas fungsi dan tujuan berdirinya, BRIN harus fokus dalam melakukan aktivitas riset, untuk memberikan yang terbaik memajukan riset dan inovasi di Indonesia. Ditambah lagi dengan bergabungnya para periset dari Kementerian/Lembaga yang dimulai dari awal tahun, menjadi modal dasar untuk membudayakan ekosistem riset dengan memberdayakan talenta-talenta riset dan inovasi ini.

Pengukuhan empat Profesor Riset yang baru, membuktikan bahwa BRIN pada khususnya memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karya penelitian berkualitas internasional. “Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para peneliti lainnya, agar kaderisasi kompetensi tetap terjaga dan berkesinambungan,” harap Handoko. 

Menurut Handoko, kaderisasi peneliti ini penting untuk terus menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas untuk terus dikembangkan guna mendukung sustainability pembangunan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, harapannya BRIN selalu memiliki terobosan atau inovasi baru untuk membantu Indonesia melalui hasil-hasil riset yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Keempat profesor riset tersebut akan memaparkan orasi dibidangnya masing-masing yakni, Prof. Ratih Dewanti pakar Bidang Penginderaan Jauh menyampaikan model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi dalam mendukung pemantauan mangrove. Model tersebut apabila diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir akan memberi bobot yang lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.

Prof. Ganewati Wuryandari pakar Bidang Hubungan Internasional, dalam orasinya tentang Politik Luar Negeri Era Reformasinya,  ia menyampaikan perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional. Indonesia diharapkan dapat memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Di samping itu, pelibatan pemangku kepentingan juga diperlukan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri kedepannya.

Prof. Widjajanti pakar Bidang Sosiologi Gender, menyampaikan orasi yang berisi sebuah perjalanan, pembelajaran dan pengalaman. Orasi yang disampaikan mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya. 

Prof. Rike Yudianti pakar Bidang Teknik Material,  memaparkan orasi terkait dengan pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional. Perkembangan iptek dan potensi nanoselulosa dan nanokarbon, pengembangan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon, dan peluang pemanfaatan nanoselulosa dan nano karbon  di Indonesia.

Sumber : https://www.brin.go.id/news/100516/4-perempuan-peneliti-brin-dikukuhkan-sebagai-profesor-riset