Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan kepada mahasiswa, Program Studi D-3 Laboratorium Sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu mengadakan field trip ke laboratorium Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Habibie – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pusat Riset Teknonogi Polimer dan Pusat Riset Kimia Maju, Rabu (08/03). Kunjungan diterima oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer, Joddy Arya Laksmono.
Dalam sambutannya, Kepala PR Teknologi Polimer, Joddy Arya Laksmono, menyampaikan bahwa para mahasiswa serta dosen bisa berkesempatan untuk melakukan riset di KST BJ Habibie maupun di pusat riset mana pun di BRIN. “Mahasiswa maupun dosen bisa memanfaatkan fasilitas yang ada baik laboratorium maupun alat-alat karakterisasi dan pengujiannya,” ujarnya.
Lebih lanjut Joddy menerangkan beberapa skema riset dan inovasi yang dimiliki BRIN. “Pertama, Open Research Infrastructure berupa laboratorium, peralatan-peralatannya, beserta fasilitas lainnya, baik itu skala laboratorium, skala yang pilot. “Melalui skema Open Research Infrastructure kami sudah membuka seluas-luasnya melalui laman elsa.brin.go.id,” kata Joddy.
Kemudian bisa melakukan riset di BRIN dengan pedampingan oleh pembimbing kampus dan pembimbing dari BRIN, hingga join dengan kegiatan riset yang sudah berjalan.
Kedua, Joddy memaparkan untuk kegiatan riset mahasiswa D-3, S-1, ada skema dalam berkolaborasi dengan periset BRIN antara lain Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maupun tugas akhir atau pun sekaligus MBKM dan tugas akhir.
“Menariknya, para mahasiswa atau pun dosen pembimbing di universitasnya, bisa mengajukan pendanaan riset dan pada program bantuan riset talenta (BARISTA) yang merupakan pemberian bantuan untuk UKT (uang kuliah tunggal) kepada mahasiswa aktif tingkat akhir, untuk menyelesaikan tugas akhir (TA) di kelompok riset BRIN,” ungkap Joddy.
Satu lagi, BRIN juga ada program beasiswa degree by research (DbR) yaitu peserta S-2 dan S-3 dapat menjalani program pendidikan magister dan doktor sambil mejalani kegiatan riset bersama di BRIN.
Joddy juga mengatakan bahwa program BRIN tidak ada kerikatan dinas. “Jadi setelah lulus S-1, S-2, S-3 dapat bekerja Di BRIN maupun di luar BRIN,” terang Joddy.
Setelah lulus S-3, juga ada program post doktoral, atau menjadi Periset BRIN, visiting researcher atau pun visiting profesor.
Lebih lanjut, Joddy menyampaikan program BRIN tidak hanya menjadi periset atau akademisi, namun mencetak wirausahawan (entrepreneur) berbasis riset dengan fasilitas seperti hak kekayaan intelektual, tenant, pilot plant, lisensi, infrastruktur riset, dan sebagainya.
Mengenai pendanaan riset, Joddy pun turut memaparkan grant atau hibah untuk penelitian yang bisa diakses antara lain RIM (Riset untuk Indonesia Maju), hibah untuk Covid, Pusat Kolaborasi Riset, hibah hari layar, uji coba produk inovasi di bidang kesehatan, pertanian, startup, akuisisi pengetahuan lokal, dan ekspedisi.
Ke depannya, Joddy mengajak mahasiswa Universitas Bengkulu dapat melakukan riset di Pusat Riset Teknologi Polimer yang berada di bawah Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material. “Kami pun berharap dapat terjalin kerja sama antara Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN dan Universitas Bengkulu,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Dosen D-3 laboratorium sains, Doni Noviawan, mengatakan bahwa kami ke BRIN agar bisa menambah wawasan bagi mahasiswa yang kebetulan di bidang laboratorium.
“Kami berharap dengan kunjungan ke lab BRIN dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan kompetensi mahasiswa, serta dosen juga bisa membuka atau menambah wawasan, selanjutnya berkolaborasi baik penelitian atau pun MBKM seperti praktisi mengajar,” ungkapnya.
Kemudian dengan kegiatan ini, mahasiswa dapat termotivasi untuk dapat mengikuti MBKM, riset hibah, dan tugas akhir. “Semoga mahasiswa kami bisa berkolaborasikan dengan BRIN, kemudian nantinya juga bisa bergabung dan lebih termotivasi. Kemudian para dosen juga bisa melaksanakan kolaborasi riset yang sebelumnya juga pernah melakukan karakterisasi dan alaSEM,” harap Doni. Pada kunjungan ke lab polimer diperkenalkan produk seperti FTIR, DSC, TGA, GC-MS, HPLC, SEM, dan GPC hingga pembuatan komposit paving block dari kemasan multilayer. Kemudian di PR Kimia Maju peserta diterangkan produk XRD, SEM, TEM, Raman Spectroscopy, XPS, HRTEM, LC MS, CHN, XRF, Particle Size Analyzer, ICP-MS, GC M/MS, HPLC, ICP-OES, GC FID, GC MS, GC MS/MS, dan GC FID. Para dosen dan mahasiswa antusias dan terkesan untuk meninjau sarana laboratorium yang tersedia tersebut. (hrd, mfn/ ed: adl)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelengarakan Seminar Perkembangan Riset dan Fokus Grup Diskusi Pusat Kolaborasi Riset (PKR) Teknologi Kuantum 2.0, dengan tajuk ‘Menyongsong Revolusi Kuantum di Indonesia dan Dunia’, Kamis, (17/11) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong.
Acara PKR yang berlangsung secara hybrid tersebut diinisiasi oleh Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum (PRFK), Ahmad Ridwan Tresna Nugraha dan tim, bersama Pusat Riset Fotonik BRIN, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Telkom University (Tel-U). Tujuannya yaitu membuka peluang bagi periset dan akademisi yang tertarik mengikuti perkembangan teknologi kuantum.
Dalam sambutannya, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN , Ratno Nuryadi, mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah secara bersama-sama yang telah menggolkan Pusat Kolaborasi Riset.
“Selamat datang di KST Habibie untuk melaksanakan Seminar Perkembangan Riset dan Forum Diskusi PKR Teknologi Kuantum 2.0. Semoga agenda seminar ini menjadi ajang saling berbagi pengetahuan dan diskusi baik terkait perkembangan teknologi kuantum 2.0 di global dan juga kegiatan aktivitas riset masing-masing anggota PKR,” ujar Ratno.
Ratno menginformasikan saat ini di BRIN ada 15 Pusat Kolaborasi Riset dan Periset dari ORNM terlibat dalam 6 PKR. “Semoga PKR yang ada saat ini menjadi wadah kolaborasi antar periset di tingkat nasional, dan ke depannya bisa dikembangkan menjadi tingkat global,” harapnya.
Pada sesi presentasi pertama, Andriyan Bayu Suksmono dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB menyampaikan tentang ‘Pengenalan Teknologi Kuantum’. Menurutnya, teknologi informasi memiliki kemampuan sekaligus keterbatasan, seperti pada komputer dan ponsel. “Alat tersebut dapat mengolah dan menyimpan informasi, tetapi masih ditemukan kelemahannya seperti keamanan data. Untuk itu diperlukan fisika kuantum karena fenomena yang tidak dapat dijelaskan dengan fisika klasik. Fisika kuantum bisa memecahkan masalah dengan cepat,” terangnya.
PKR Teknologi Kuantum 2.0 melakukan pengembangan teknologi kuantum untuk percepatan transformasi digital di Indonesia. “Tujuannya yakni mengembangkan teknologi kuantum mutakhir serta mempersiapkan SDM dan infrastruktur yang relevan, untuk mengakselerasi transformasi digital di Indonesia, terutama mengatasi pemrosesan ledakan data yang besar di masa depan dan komunikasi yang aman,” ungkap Guru Besar ITB tersebut.
Andriyan menjelaskan terdapat 4 aspek dalam riset kuantum, yakni materi kuantum, alogaritma kuantum, pemrosesan informasi kuantum, dan perangkat kuantum. Ditambahkan pula olehnya bahwa saat ini menjadi isu penting bahwa negara Tiongkok melakukan investasi besar-besaran untuk pengembangan bidang kuantum. “Komputer kuantum sudah dapat dibuat tetapi erornya tinggi, nantinya eror akan semakin kecil, asalkan eror dibawah satu persen dan bisa dikoreksi, alogaritma kuantum bisa jalan dengan komputer kuantum,” ulasnya.
Selanjutnya masih dari ITB, Lutfiatul Mar’ah memaparkan tentang ‘Quantum Random Number Generator (QRNG)’. Random number (RN) adalah bilangan yang kemunculannya terjadi secara acak. “Misalnya tentang pelemparan dadu yang kita tidak mengetahui nomor dadu mana yang akan keluar, atau tentang bilangan acak suatu bilang yang tidak akan tahu nomor mana keluar,” ucapnya.
QRNG adalah skema pembangkit nomor acak atau random number dengan memanfaatkan fenomena kuantum. True randomness (keacakan yang benar) adalah sifat sejati dari fenomena kuantum. “QRNG berdasarkan kuantum optik sudah dilakukan penelitiannya dan ada parameter yang menjadi sumber dari sebuah keacakan yang nantinya diubah menjadi RN, QRNG berdasarkan pengukuran shot noise, serta fluktuasi yang dihasilkan oleh elektron yang dilihat secara diskrit,” papar Lutfiatul.
Aplikasi nomor acak dapat digunakan pada bidang kriptografi untuk sistem keamanan informasi, enskripsi isi informasi yang dimiliki tidak dapat diakses oleh orang lain, hingga aplikasi simulasi dan permodelan. “Hal ini contohnya kebocoran data pasien sehingga merugikan banyak pihak, sehingga diperlukan random number dengan menggunakan fenomena kuantum, karena sifat sejati dari kuantum memiliki sifat acak,” ulasnya.
Sementara Kepala PR Fotonik BRIN, Isnaeni, memberikan paparan tentang fasilitas riset yang tersedia di BRIN secara umum dan lab fotonik secara khusus yang dapat mendukung riset teknologi kuantum. “Saat ini kebijakan terbuka infrastruktur BRIN memungkinkan semua periset BRIN dan periset Indonesia lainnya untuk mendapatkan akses peralatan dengan menggunakan sistem ELSA (E-layanan Sains) melalui aplikasi elsa.brin.go.id,” terangnya.
Isnaeni menyampaikan khusus di lab fotonik terdapat beberapa alat yang bisa digunakan untuk riset teknologi kuantum seperti laser picosecond, laser nanosecond, dan laser femtosecond. “Ketiga laser yang dimiliki BRIN tersebut mampu mendukung riset bidang optik nonlinear dan kuantum,” sebutnya.
Ke depannya, ia mengharapkan tersedianya fasilitas lain untuk mendukung teknologi kuantum di lab fotonik seperti pump-probe spectroscopy, micro photoluminescence, dan Hanbury Brown and Twiss (HBT) effect. “Dengan keberadaan alat-alat riset tersebut, diharapkan periset Indonesia melalui Pusat Kolaborasi Riset Teknologi Kuantum 2.0 dapat berkiprah di dunia internasional untuk mempercepat implementasi komputasi kuantum,” ungkap Isnaeni.
Berikutnya, narasumber M. Shoufie Ukhtary dari PRFK BRIN menampilkan presentasi dengan judul ‘Qubit Entanglement with Weyl semimetals’. Shoufie menjelaskan tentang keterikatan Qubit (qubit entanglement) oleh polariton plasmon permukaan dalam semimetal Weyl. “Keterikatan tersebut meliputi permukaan polariton plasmon (surface plasmon polariton/SPP), keterikatan Qubit, keterikatan Qubit dalam logam bermagnet. Metode yang digunakan yaitu dispersi foton massal (bulk), dispersi SPP, dan belitan dua Qubit yang menghasilkan keterikatan.
Shoufie menyimpulkan risetnya sebagai berikut. “SPP nonresiprokal dalam semimetal Weyl karena asal topologi, SPP nonreiprokal memberikan keterikatan Qubit yang lebih baik daripada timbal balik, dan keterikatan berumur panjang di semimetal Weyl.
Dalam kesempatan yang sama, peneliti PRFK BRIN M. Hamzah Fauzi dengan judul ‘Quantum Sensing with NV Centers’. Dalam paparannya Hamzah menyampaikan penelitian yang terkait dengan sensor kuantum. “Mekanisme pengindraan yang berdasarkan sifat obyek kuantum secara alami sangat rentan terhadap gangguan, sehingga bisa menjadi sensitif terhadap interaksi dengan benda tertentu,” ulasnya.
Hamzah mencontohkan material intan yang memiliki cacat kelowongan nitrogen, bisa mendeteksi medan magnet sangat lemah yang tidak bisa diindra oleh sensor biasa. “Keunggulan sensor semacam ini juga bisa bekerja pada temperatur ruang,” jelasnya.
Turut hadir peneliti Gagus Ketut Sunnardianto dari PRFK BRIN, yang mempresentasikan penggunaan Quantum Computing for Quantum Chemistry (Komputer Kuantum untuk Aplikasi Kimia). Peneliti ini memiliki motivasi untuk melanjutkan perhitungan risetnya terkait reaksi reversibel antara hidrogen dan nanografena yang membutuhkan waktu cukup lama jika dikalkulasi dengan komputer klasik. “Masa depan komputasi kuantum sangat penting untuk berbagai aplikasi, termasuk untuk ilmu material,” jelasnya.
Ia menjelaskan terkait algoritma kuantum yang digunakan untuk aplikasi pada kimia dan ilmu material, yakni algoritma kuantum Variational Quantum Eigensolver (VQE). “Saya menggunakan algoritma yang memang sudah terbukti ilmiah untuk mempelajari sifat fisis dan kimia dari suatu material, yakni algoritma Variational Quantum Eigensolver (VQE),” ujar Gagus.
“Kemudian untuk melakukan perhitungan secara komputer kuantum, saya mempelajari software pennylane yang merupakan open-source software, yang bisa digunakan sebagai simulator untuk perhitungan komputasi kuantum,” terang Ketua Kelompok Riset Simulasi dan Desain Nanomaterial. (esw, hrd, ls/ed: adl)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko bersama jajaran manajemen BRIN mengadakan Rapat Pimpinan (Rapim) penyusunan rumah program 2023. Pada rangkaian Rapim ini, dilakukan pembahasan rumah program (RP) dari tiga Organisasi Riset (OR) yang berbasis di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie Serpong, yakni OR Nanoteknologi dan Material (ORNM), OR Energi dan Manufaktur (OREM) dan OR Tenaga Nuklir (ORTN). Acara ini berlangsung di Gedung 71, KST BJ Habibie, Rabu (16/11).
Dalam sambutannya Laksana Tri Handoko mengarahkan bahwa penyusunan Rumah Program (RP) 2023 ini merupakan amanat dari Bappenas yang perlu dilaksanakan. “Rumah program 2023 ini bisa dilakukan tanpa harus melalui Call for Proposal tetapi Call for Join Collaboration, dan ini menjadi tugas inti Kepala OR. Kolaborasi ini dimungkinkan melibatkan pihak eksternal BRIN. Jika ada kendala terkait peralatan atau SDM, dapat dicarikan solusi dengan harapan target 2023 hingga 2024 tercapai,” terangnya.
“Kepala OR diharapkan dapat fokus pada rumah program yang menjadi tusinya. Untuk Call for Join Collaboration harus terarah karena program dari organisasi riset sangat generik dan harus dicermati bersama,” imbuh Handoko.
Pada kesempatan tersebut, Kepala ORNM Ratno Nuryadi menyampaikan bahwa ORNM merencanakan RP1 dan RP2. “Hasil riset RP1 nanoteknologi dan material maju terdiri dari 4 purwarupa, 200 KTI global, dan 50 HKI. Sementara untuk RO RP2 adalah hasil riset sains fundamental molekuler berupa 1 purwarupa, 100 KTI global, dan 10 HKI,” ungkapnya.
Berdasarkan arahan Kepala BRIN, ORNM akan mengembangkan 3 fokus kegiatan rumah program, yakni riset material alat kesehatan, instrumentasi pertanian, dan sains fundamental molekuler.
Berikutnya Kepala OREM Haznan Abimanyu menjabarkan Rumah Program yang akan dikembangkan, yaitu energi baru dan terbarukan. “Hasil pengembangan energi baru dan terbarukan pada dua tahun mendatang difokuskan pada prototipe turbin organic rankine cycle (ORC), terkait dengan potensi sampah, excess panas proses industri, pemanfaatan fuel cell, dan penyimpanan hidrogen,” ujarnya
Menanggapi pemaparan dari OREM, Handoko memberikan arahan agar OR menjalin komunikasi dengan industri untuk melakukan magang industri bagi periset, berfokus pada cofiring katalis dari biomassa, serta mengembangkan teknologi proses yang tepat guna. “Buatlah teknologi tepat guna agar dapat digunakan oleh industri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi, agar produk menjadi lebih baik dan mutu yang terjaga,” pesannya.
Kemudian pada sesi berikutnya, Kepala ORTN Rohadi Awaludin menjelaskan Rumah Program yang akan dikembangkan di tahun 2023. “Tiga program kami yaitu energi untuk pembangunan berkelanjutan, daya saing industri untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal dan daya saing produk dalam negeri, serta keselamatan dan keamanan radiasi untuk meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat dari bahaya radiasi,” tuturnya.
Handoko menganjurkan ORTN agar lebih fokus kepada pengembangan nuklir untuk kesehatan, khususnya Radioisotop dan Radiofarmaka (RI/RF). Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya permintaan dari beberapa rumah sakit di Indonesia terkait kebutuhan RI/RF, baik untuk terapi maupun pengobatan. “Tujuannya selain disebabkan oleh kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat, juga mengurangi impor untuk nuklir medisinal,” ulasnya. (jp,esw,ls/ ed: adl)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Usai pandemi melandai, masyarakat urban menghadapi tantangan untuk segera bangkit membantu memulihkan roda perekonomian. Penyesuaian protokol kesehatan menjadi penting dalam mendukung beragam aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini untuk mencegah timbulnya gelombang kasus virus varian baru.
Melihat potret kondisi perkotaan di Indonesia saat ini yang dinamis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama dengan tiga universitas aliansi LDE (Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University) dari Belanda, menyelenggarakan kegiatan bersama membahas proyek untuk memberikan solusi kota cerdas, berkelanjutan, dan sehat. Acara tersebut merupakan rangkaian hari terakhir BRIN-LDE Academy on “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”, di Kawasan Sains dan Teknologi BJ Habibie pada Jumat (4/11).
“BRIN dan LDE memiliki hubungan kolaborasi, ada kerja sama dan saat ini bertemu untuk melakukan kegiatan bersama, dengan kegiatan ini ada harapan kongkrit dalam waktu dekat akan melanjutkan proyek proposal penelitian riset tahun 2023,” terang Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani.
“Kita harapkan dari 100 orang peserta yang berasal dari Belanda, kampus-kampus, dan dari BRIN melakukan kolaborasi untuk menghasilkan sekitar 10 proposal untuk penelitian yang akan dilakukan bersama tahun 2023 dengan sharing funding antara beberapa tempat,” ungkap Ahmad Najib.
“Selain proposal, kita juga menyelesaikan added value untuk buku yang nanti akan diterbitkan oleh Leiden University Press. Kemarin kita juga membahas tentang harapan-harapan kongkrit tentang kerja sama karena ini persoalan nyata tentang kota, yaitu health, smart, sustainable city,” imbuhnya.
Menurut Najib, pemerintah kota Tangerang Selatan pun berharap ada dampak dari acara ini, yakni masukan terkait pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kota Tangerang Selatan. “IPSH – BRIN sendiri memiliki dua wilayah yang menjadi penelitian dan melaksanakan secara khusus mengkaji tentang Ibu Kota Negara (IKN) terutama Tangerang Selatan. Nanti ini diantara kajian-kajian dari teman-teman yang terkait dengan kesehatan, arsitektur, pembangunan kota, tata kota, pengolahan sampah, air, dan sebagainya itu bisa memberikan manfaat dan bisa diimplementasikan di kota itu,” tuturnya.
Selain itu BRIN-LDE Academy 2022 juga sudah melihat beberapa model percontohan dan kerja-kerja yang dilakukan pemerintah kota Tangerang Selatan. “Kita akan melakukan kajian bagaimana melakukan pengembangan perbaikan maupun kegiatan yang terkait, denga apa yang sudah dilakukan di kota Tangerang Selatan,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Najib, selain hal-hal yang bersifat akademik yang dihasilkan, dari acara ini akan memberikan manfaat langsung pada kota dan masyarakat Indonesia yang terlibat, dengan mengusung tema acara “The Smart, Sustainable, and Healthy City in Post Covid-19 Indonesia”.
Peran LDE dalam Kerja Sama Riset dengan BRIN
Sementara Marrik Ballen, Kepala KITLV Jakarta dan Kepala dari Perwakilan Leiden University di Indonesia, mengatakan bahwa acara ini merupakan hasil dari pertemuan waktu delegasi BRIN datang ke Leiden University bulan Juni 2022 yang lalu, yang sebelumnya sudah melaksanakan kegiatan bersama.
“Sewaktu kunjungan BRIN ke Leiden sudah disepakati membuat suatu kegiatan bersama yang menyangkut beberapa universitas di Belanda yakni Leiden University, Delft University of Technology, dan Erasmus University,” jelasnya.
Sebagai informasi, di tahun 2022 ini, ketiga universitas sudah bekerja bersama selama sepuluh tahun. Ketiga universitas tersebut memiliki keunggulan sendiri, seperti Erasmus University sangat terkenal di bidang bisnis dan ekonomi, tetapi mereka juga memiliki dua institut yaitu Institute of Health Policy and Management dan International Institute of Social Studies. Kemudian Delft University of Technology mempunyai keunggulan di bidang teknologi. Lalu Leiden University merupakan universitas lebih komprehensif, karena ada beberapa fakultas antara lain ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu hukum, dan kedokteran.
“Jadi ketiga universitas ini menjadi satu aliansi maka saling memperkuat untuk kerja sama,” tegasnya.
Marrik menginformasikan, Najib merupakan lulusan dari Leiden University, jadi pada awalnya sudah bertemu dengan Najib dibicarakan alangkah bagusnya di bawah payung BRIN-Leiden bisa mengadakan suatu kegiatan yang akan terbuka untuk peneliti dari BRIN, peneliti dari LDE Academy, dan juga peneliti dari universitas di Indonesia.
Bagi Marrik, acara BRIN-LDE Academy yang dilaksanakan selama lima hari dari 31 Oktober 2022 hingga 4 November 2022, berjalan sangat intensif dengan program cukup padat. “Acara ini bertujuan bahwa di dalam kegiatan ini akan ada proposal untuk kerja sama riset,” sebutnya.
Dipaparkan olehnya, selama lima hari pelaksanaan ada beberapa fokus kegiatan, pertama yaitu proposal writing usulan riset ke pihak BRIN, agar bisa didanai oleh rumah program OR-IPSH.
Kedua adalah untuk membantu para peneliti yang masih muda yang berkeinginan mengambil program doktoral, bagaimana tahapannya, termasuk dalam proposalnya. “Diharapkan ada proposal untuk penelitian agar bisa diaplikasikan untuk negara, dan mereka juga ada proposal menulis artikel yang bisa diterbitkan di publikasi internasional,” kata Marrik.
Ketiga, mereka saling kenal karena ada beberapa orang dari Leiden University, Delft University of Technology, Erasmus University, BRIN, dan beberapa universitas di Indonesia, baik dari peneliti muda maupun yang sudah mapan. “Interaksi itu sangat penting dan mereka kemudian berkumpul berdiskusi itulah yang paling mendasar untuk saling kerja sama ke depan,” ucap Marrik.
Dirinya berharap jejaring para peserta bisa diteruskan, walau pun acara ini sudah selesai. “Saling kenal, melihat potensi satu dari yang lain, sehingga alangkah baiknya bisa melanjutkan di program Ph.D. di Leiden University, Delft University of Technology, atau Erasmus University,” pesannya.
Walaupun BRIN-LDE Academy baru pertama kali dan BRIN pun baru setahun lebih berdiri, diharapkan kegiatan seperti ini ada hasil yang kongkrit apakah bisa diulang lagi tahun depan, dan seterusnya. “Kita berharap BRIN-LDE Academy sebagai langkah inkubator untuk kerja sama,” pungkas Marrik. (hrd/ed: adl,set)
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang ke-27, pada 10 Agustus 2022, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan penamaan baru empat kawasan sains dan teknologi, untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. Empat kawasan sains dan teknologi tersebut yaitu KST BJ Habibie di Kawasan Serpong, Tangerang Selatan, KST Soekarno di Kawasan Cibinong Science Center, KST Siwabessy di Kawasan Pasar Jumat Jakarta, dan KST Samaun Samadikun di Kawasan Bandung.
KST BJ Habibie merupakan kawasan sains dan teknologi yang telah dikenal sebagai kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Saat itu, Puspiptek merupakan unit kerja di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, yang didirikan berdasarkan Keputusan Presiden nomor 43/1976 tanggal 1 Oktober 1976.
Ide mendirikan kawasan Puspiptek Serpong sudah mulai digagas, saat era Menristek Soemitro Djojohadikoesoemo. Selanjutnya, di bawah kepemimpinan Menristek BJ Habibie, kawasan Puspiptek kemudian dikembangkan secara serius. Kawasan itu pernah disebut sebagai “Silicon Valley” Indonesia. Kala itu, Habibie membangun kawasan puspiptek dengan mengambil contoh pusat inovasi teknologi Silicon Valley di Amerika Serikat (AS).
Kawasan Sains dan Teknologi (KST) sendiri diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2017. Peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 22 November 2017. KST merupakan wahana yang dikelola secara profesional untuk mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui pengembangan, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penumbuhan perusahaan pemula berbasis riset.
Peraturan ini dibuat dalam rangka memfasilitasi perkembangan industri, khususnya pelaku usaha skala kecil menengah berbasis inovasi. Sehingga perlu disediakan layanan bagi industri dalam suatu kawasan yang memfasilitasi invensi menjadi inovasi, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Kawasan Sains dan Teknologi akan mempermudah terjadinya interaksi dan komunikasi antar pelaku utama yang terlibat dalam penciptaan inovasi, baik pengembang teknologi, pengguna teknologi, maupun fasilitator atau intermediator. Kawasan Sains dan Teknologi hadir untuk mendukung industri strategis di dalam negeri.
Sosok BJ Habibie
Pemberian nama kawasan sains dan teknologi tidak lepas dari kiprah dan peran Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie. Tokoh nasional yang dikenal sebagai Bapak Teknologi Nasional itu, pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi RI (1978-1998), Wakil Presiden RI (1998), dan Presiden RI (1998–1999).
BJ Habibie lahir di Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ia sempat menempuh masa pendidikannya di SMAK Dago, Bandung dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia berkuliah di jurusan Teknik Penerbangan spesialis Konstruksi Pesawat Terbang di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman pada tahun 1955.
Ia memutuskan mengambil studi di Jerman atas arahan Presiden Soekarno tentang pentingnya penguasaan teknologi di Indonesia, yakni teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Di kampus inilah, BJ Habibie belajar teknologi konstruksi pesawat dan menjadi pakar yang pertama kali menciptakan pesawat terbang di Indonesia.
Crack Progression Theory menjadi salah satu penemuanya yang paling fenomenal di dunia penerbangan. Crack Progression Theory merupakan suatu teori yang bertujuan untuk mengetahui keretakan yang terjadi di suatu pesawat. Atas hasil karyanya itu, ia dijuluki sebagai “Mr Crack”.
Saat menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sejak tahun 1978 sampai Maret 1998, BJ Habibie membuat berbagai terobosan. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah melalui pengembangan industri strategis PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yang saat ini menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).
IPTN di bawah pengelolaan BJ Habibie berhasil mengembangkan teknologi pesawat. Karya yang paling legendaris dari BJ Habibie yaitu pesawat N250 atau dikenal dengan Gatotkaca. Pesawat ini mengudara pertama kali di Bandung pada tahun 10 Agustus 1995. Oleh karena itu, hari bersejarah tersebut dicanangkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).
Riset dan Inovasi Unggulan KST BJ Habibie
KST BJ Habibie berdiri di atas lahan seluas 460 Hektar. Saat ini terdapat 6 Organisasi Riset (OR), 24 Pusat Riset (PR), serta lebih dari 3.000 sumber daya manusia (SDM) yang beraktifitas di kawasan tersebut. Berlokasi di Jalan Raya Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, kawasan ini terbagi dalam beberapa zona yaitu, Zona Perkantoran, Zona Edukasi, Zona Ruang Terbuka Hijau, Zona Perumahan dan Fasilitas Publik, serta Zona Bisnis Teknologi. KST BJ Habibie dirancang untuk mensinergikan SDM yang terlatih dengan peralatan dan pelayanan yang mendukung riset terlengkap di Indonesia.
Salah satu organisasi riset BRIN yang berlokasi di KST BJ Habibie adalah Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM). Kepala ORNM, Ratno Nuryadi, menceritakan pengalamannya bekerja di KST BJ Habibie sejak tahun 2008. “Saya pulang dari Jepang tahun 2008 dan masuk ke Unit Kerja Pusat Teknologi Material, (eks) BPPT yang berada di Puspiptek (KST BJ Habibie). Saya dan tim melakukan riset di bidang material elektronik, khususnya pengembangan material fungsional termasuk instrumentasinya untuk sensor lingkungan (gas) dan kesehatan (biosensor),” ungkapnya.
Berbekal ilmu nanosains di bidang divais semikonduktor silikon berstruktur nano yang diperoleh selama studi di Shizuoka University Jepang, dirinya dan tim mengembangkan material fungsional lapisan tipis ZnO (oksida zinc) untuk mendeteksi gas CO, CO2, O2, dan metana dan konsentrasi rendah.
Efek penambahan (doping) logam tanah jarang cerium pada sensitivitas gas juga dipelajari oleh Ratno. “Proses pendeteksian gas ini dilakukan dengan perangkat MEMS (microelectromechanical systems), surface plasmon resonance, dan perangkat perubahan konduktivitas,” ujarnya.
Menurutnya, di KST BJ Habibie terdapat banyak infrastruktur riset untuk bidang Nanoteknologi dan Material, baik dari sisi peralatan proses/sintesis material maupun karakterisasinya hingga level skala nanometer (10 pangkat 9 meter).
“Peralatan proses dari berbagai pendekatan ilmu juga ada, seperti pendekatan kimiawi, fisika, maupun biologi. Yang terbaru juga akan masuk High Resolution Transmission Electron Microscopy (HRTEM), alat pengukur hingga level atom, untuk material sains di Lab KST BJ Habibie yang akan mendukung riset nanoteknologi dan material lebih kuat lagi,” terangnya.
Saat ini, ORNM yang dipimpin oleh Ratno berfokus pada riset dan inovasi dalam bidang pertambangan, metalurgi, material maju, kimia, polimer, fisika kuantum dan fotonik. Riset dan inovasi material dengan penekanan kuat pada sintesis, karakterisasi dan aplikasi untuk bahan logam, keramik, polimer, komposit, organik dan anorganik dilakukan hingga skala mikro dan skala nano. Aplikasi mencakup berbagai macam bidang termasuk energi, lingkungan, infrastruktur, kesehatan, dan elektronik.
Produk inovasi yang dihasilkan oleh ORNM di KST BJ Habibie diantaranya adalah material pelapis untuk aplikasi cofiring boiler pada PLTU, furnace suhu tinggi dengan isolator lokal, cat anti deteksi radar, inovasi pengembangan produksi powder timah dan kajian produksi timah sulfat, katalis bahan bakar nabati untuk biofuel, pengembangan bahan baku baterai dan sel baterai, rubber airbag untuk bantalan kapal, impan tulang dan gigi, hasil riset surfaktan turunan sawit untuk bahan adjuvant vaksin hewan, serta penambangan emas tanpa merkuri.
Untuk meningkatkan kapasitas SDM di Indonesia, sejumlah pusat riset di KST BJ Habibie juga menawarkan layanan bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mahasiswa untuk praktik kerja industri (PRAKERIN), magang atau praktik kerja lapangan, serta bimbingan tugas akhir skripsi dan tesis.
Selain itu, tersedia layanan pengujian, kalibrasi, dan sertifikasi dari berbagai peralatan dan fasilitas laboratorium di KST. Layanan ini dikelola oleh Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN dan bisa diakses melalui aplikasi layanan sains (ELSA) maupun perjanjian kerja sama (PKS).
Sejumlah fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal seperti Iradiasi Gamma; Technology Business Incubation Center; Lab Fuel Cell, Konservasi, dan Konversi Energi; Lab Karakterisasi Lanjut; Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika, Lab Layanan Pengujian Kekuatan Struktur, Bioteknologi, dan Uji Emisi. (adl, aj/ed: jml)
Tangerang Selatan, Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat kunjungan dari Perwakilan Deakin University, Australia, pada Senin (27/6) di Kawasan Sains Teknologi Serpong.
Perwakilan dari Deakin University, Bas Baskaran menyampaikan peluang kolaborasi dengan skema DBR (degree by research) yang sudah diinisiasi dengan Deputi Sumber Daya Manajemen IPTEK (SDMI) BRIN.
“Kami datang ke setiap organisasi riset agar mendapat gambaran yang lebih spesifik, terkait potensi topik yang bisa dikolaborasikan. Salah satu topik adalah bahan bakar hijau (green fuel), termasuk produksi hidrogen dan penyimpangan. Selain itu, topik yang lain adalah nanoteknologi untuk pertanian dan nanoteknologi untuk ekonomi sirkular,” terang Bas.
Menjawab hal tersebut Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi menjabarkan tentang peluang kolaborasi. “Kami membuka peluang potensi kerjasama antara Deakin Univesity dan ORNM BRIN dengan topik-topik yang relevan, melalui berbagai skema pendanaan DBR. Riset material sangat penting untuk bisa dieksplorasi lagi. Bagaimana kita bekerjasama mungkin kita dapat berdiskusi lebih lanjut ke Direktur Manajemen Talenta,” jelasnya.
“Kami akan mendiskusikan dulu dengan semua Kepala Pusat Riset (PR) dan akan membuat satu atau dua topik percontohan untuk latihan kolaborasi. Harapan kami adalah agar kerja sama ini akan berlanjut,” ucapnya.
Ke depannya, Deakin University dan BRIN akan mengadakan program studi dengan riset. Untuk program ini mahasiswa diminta beberapa bulan riset di Deakin dengan fasilitas tambahan uang saku, sehingga memenuhi standar minimal di Australia.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan Deakin University, Sovi Arinta mengatakan dukungannya untuk program DBR dari BRIN. “Untuk calon DBR diutamakan yang menguasai bahasa Inggris yang baik. Deakin University juga mendorong kerja sama penelitian, yang sejalan dengan penelitian yang sedang dikerjakan, seperti carbon fiber untuk aplikasi bidang kesehatan,” urainya.
“Deakin juga akan mengadakan workshop yang lebih detil, terkait apa saja yang bisa dimanfaatkan dengan BRIN, seperti DBR dan join riset,” imbuhnya.
Lebih lanjut Sovi menuturkan bahwa Deakin University dalam program DBR akan membantu living cost selama karya siswa DBR perlu hadir di sana. “Dari pertemuan ini ada penambahan kerja sama fasilitas dan platform dari Deakin untuk program DBR di bidang energi dan elektromaterial, serat dan tekstil, serat karbon dan komposit, serta advanced-alloy dan infrastruktur material,” pungkasnya. (hrd, adl)
Delegasi Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Indonesia berkunjung ke Kawasan Sains Teknologi (KST) Serpong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (14/6). Rombongan diterima oleh Plt. Direktur Pengelolaan Fasilitas Laboratorium Riset Inovasi dan KawasanSains dan Teknologi serta perwakilan Direktorat Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi. Melalui pertemuan ini, pihak Iran berbagi pengalaman mengenai perkembangan iptek Iran, baik di masa pandemi dan paska pandemi Covid-19.
Konselor Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Mohammad Reza Ebrahimi mengakatan, masyarakat saat ini membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk Iran yang negaranya mengalami embargo. “Di Iran ilmu pengetahuan modern sangat diperhatikan. Embargo menjadi pelajaran dan motivasi hingga kami bisa maju. Kami bersyukur memiliki kebebasan dapat bersandar pada diri sendiri, tidak bergantung, dan independen,” ujar Ebrahimi.
Lebih lanjut dirinya menerangkan bahwa Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan umat manusia. “Dunia membutuhkan energi nuklir untuk kemaslahatan umat. Di Iran ada 1 juta pasien menggunakan hasil iptek yang berasal dari energi nuklir untuk kedokteran dan mempercepat penyembuhan pasien,” tuturnya.
Menurutnya, Iran juga mampu mengembangkan listrik yang berasal dari nuklir. “Karena letak geografisnya, Iran membutuhkan banyak sekali listrik, dan kita telah berhasil menghasikan listrik dari nuklir, misalnya di satu lokasi menghasilkan 1000 MW untuk masyarakat,” ucapnya.
Ia menyampaikan dimungkinkan adanya kerja sama Iran dengan Indonesia terkait industri yang bermanfaat untuk kedua negara. Melalui perkembangan bidang material, kesehatan, energi, manufaktur, siber, kecerdasan artifisial, radar, robotik, dan antariksa, berpotensi untuk kerja sama kedua negara tersebut.
“Kami mengutamakan kesehatan, tetap jalan dengan prinsip kebutuhan umat manusia. Termasuk pandemi corona yang melanda di mana-mana, menjadi sebuah tantangan bagi ilmuwan-ilmuwan Iran untuk menghadapi virus corona sebagai tamu yang tidak diundang,” tegasnya.
Plt. Direktur Pengelolaan Fasilitas Laboratorium Riset Inovasi dan KawasanSains dan Teknologi, Tjahjo Pranoto, menyampaikan apresiasi atas kehadiran perwakilan diplomatik Iran ke Kawasan Sains Teknologi Serpong. “Selamat datang di KST Serpong yang dibangun tahun 1976. Area yang terdiri dari 475 hektar ini memiliki lebih dari 30 laboratorium dan pusat riset,” kata Tjahjo.
“Penelitian di Indonesia fokus pada 10 bidang teknologi, di mana 7 bidang diantaranya berada di Kawasan ini. Kami memiliki berbagai laboratorium. Ada laboratorium bidang transportasi dimana di laboratorium tersebut melakukan pengujian emisi dan propulsi. Mobil yang masuk ke Indonesia harus mendapat izin sertifikasi emisi sebelum digunakan di jalan. Fasilitas lab ini sebagian besar teknologinya berasal dari Jepang dan Eropa,” imbuh Tjahjo.
Selain itu, Tjahjo menjelaskan dengan rinci beberapa laboratorium yang ada di KST Serpong, seperti Lab Bahan Bakar untuk bioenergi, Lab Aerodinamik untuk uji pesawat melalui terowongan angin, Lab Bioteknologi, Lab Perekayasaan Teknik, Lab Kekuatan Struktur, Lab Iradiasi Nuklir untuk riset, serta Lab Konversi dan Konservasi Energi.
Pada kunjungan ini, Delegasi Kedutaan Iran melihat langsung fasilitas laboratorium di KST Serpong seperti Lab Konversi Energi, Gedung Iradiator Gamma Merah Putih, Lab Nanomaterial, dan Lab Aerodinamika.
Serpong, Humas BRIN. Dalam rangka menindaklanjuti nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk kedua kalinya di tahun 2022, Universitas Pertahanan Republik Indonesia (UNHAN RI) melakukan kunjungan ilmiah ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Serpong pada Kamis (19/5).
Peserta UNHAN yang terdiri dari 50 orang Kadet Mahasiswa Program Studi Fisika dan didamping dosen Program Srangka, dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Militer, Ence Darmo Jaya Supena.
“Saya berharap kunjungan Kuliah Lapangan kali ini dapat menambah wawasan Kadet Mahasiswa Program Studi Fisika, serta menstimulasi ketertarikan terhadap program-program kerja sama riset yang ada di BRIN, untuk berkolaborasi dengan lembaga pendidikan,” ujar Ence mewakili UNHAN.
Menerima kunjungan tersebut, hadir Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (OR NM) BRIN, Ratno Nuryadi. Dirinya berkesempatan memaparkan profil organisasi BRIN dan OR NM beserta tugas dan fungsinya.
“Demi tercapainya tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, BRIN mempunyai strategi-strategi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah Manajemen Talenta Nasional BRIN yang menjadi wadah talenta periset muda untuk mematangkan kapasitas dan kompetensi risetnya,” terang Ratno.
Pada sambutannya tersebut, Ratno menyampaikan bahwa BRIN terbuka untuk siapa saja yang ingin berkolaborasi dengan para periset yang ada di BRIN. “Bagi mahasiswa S1 dapat melakukan riset Tugas Akhir bersama dengan periset yang ada di BRIN melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” ujar Ratno.
Dalam kesempatan yang sama, Ika Fitriana Hapsari, Plh Koordinator KST Serpong, memberikan penjelasan kepada peserta kunjungan dari UNHAN RI, terkait KST Serpong yang sebelumnya dikenal dengan nama PUSPIPTEK.
“Kawasan Sains Teknologi Serpong yang memilki luas sekitar 475 ha terdiri dari Zona Perkantoran, Zona Edukasi, Zona Ruang Terbuka Hijau, Zona Perumahan dan Fasilitas Publik, serta Zona Bisnis Teknologi,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa di KST Serpong terdapat tiga Organisasi Riset (OR) yang membawahi sejumlah Pusat Riset, yakni OR Energi dan Manufaktur, OR Nanoteknologi dan Material, serta OR Tenaga Nuklir.
“Selain fasilitas sarana dan prasarana riset unggulan yang ada di Kawasan Sains Teknologi Serpong, kami juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti Gedung Graha Widya Bhakti, Wisma Tamu, Balai Pengobatan, Rumah Negara, dan Sarana Olahraga,” tutur Ika.
Dalam sesi diskusi, Kadet Mahasiswa Program Studi Fisika berkesempatan berinteraksi langsung dengan para perwakilan periset dari pusat riset. Mereka terlihat antusias dengan penjelasan pusat riset, riset-riset yang tengah dikerjakan dan hasil dari risetnya.
Akhir dari agenda kunjungan Kuliah Lapangan UNHAN RI kali ini adalah berkunjung ke fasilitas Pusat Riset Elektronika, Pusat Riset Fisika Kuantum, dan Pusat Riset Teknologi Pengujian Standarisasi.
Diharapkan dengan semakin intensnya komunikasi serta kolaborasi antar lembaga riset dan lembaga pendidikan seperti BRIN dengan UNHAN, akan mempercepat terciptanya ekosistem riset dan inovasi. (rdt/ ed: aj, adl)