Tangerang Selatan – Humas BRIN. Berdasarkan hasil studi, kolaborasi internasional mengambil peran penting dalam mengembangkan nanoteknologi. Data kolaborasi internasional menunjukkan bahwa hasil paten nanoteknologi meningkat. Seperti di negara-negara Amerika, Asia, dan Eropa, ada yang membuka kolaborasi dengan terbuka ataupun secara selektif.
Perwakilan dari Departemen Farmakologi/Toksikologi, Universitas Ilmu Kedokteran Tehran, Iran Mahmoud Ghazi-Khansari, menjabarkan alasan keselamatan dijadikan pertimbahan dalam penyusunan peraturan, baik secara nasional maupun internasional. “Jika Anda melakukan pencarian di salah satu mesin pencari Anda seperti google, sampai dengan kemarin Anda dapat menemukannya lebih dari 200 juta situs data nanoteknologi, dan dari ini sekitar 62 situs utama yang terkait dengan keamanan nanoteknologi dan jika anda melihatnya secara global investasi pada teknologi ini semakin tinggi dan diperkirakan mencapai 228 miliar,” kata Mahmoud pada Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications secara virtual, Kamis (23/02)..
“Saat ini publikasi tentang keamanan ada sekitar 28 publikasi, sebanyak 60% peduli dengan kesehatan manusia dan kemudian 12% tentang lingkungan. Sebenarnya setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekhawatirannya dan di sini temui kemungkinan masalah, untuk itu diperlukan standarisasi. Saat ini Indonesia dan saya telah menjadi anggota tim di ITC 229, ke depannya akan diatur kolaborasi dalam hal seperti yang saya sebutkan 10% dari standar ISO telah dikembangkan,” imbuh Mahmoud.
Kepala Pusat Fotonik BRIN, Isnaeni, menyampaikan topik penting yang perlu diangkat dalam workshop yaitu pemanfaatan laser untuk membuat berbagai jenis partikel nano. “Dengan menggunakan bantuan laser, maka proses sintesis partikel nano menjadi sangat mudah, cepat dan tidak membutuhkan banyak bahan kimia seperti pada proses sintesis yang lain. Partikel nano yang sudah dicoba dibuat dengan teknik laser ablasi dan ion reduksi ion antara lain partikel nano emas, perak, zinc, quantum dot, karbon dot dan masih banyak lagi,” ungkap Isnaeni.
Ia menambahkan bahwa fasilitas laser ini terbuka untuk kolaborasi. “Fasilitas laser yang tersedia di BRIN adalah laser pulsa Nd:YAG dan laser pulsa femto detik yang merupakan satu-satunya laser femto detik yang ada di Indonesia. Semua fasilitas laser ini terbuka untuk umum melalui jalur kolaborasi riset,” ucap Isnaeni.
Kemudian Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, menjelaskan sumber daya peneliti yang eksis serta berbagai riset yang tersedia di pusat risetnya. “Kelompok riset kami ada Theoritical High-Energy Physics, Experimental High-Energy Physics, Quantum Metter Theory, Quantum Simulation, dan Quantum Devices and Technology,” sebutnya.
“Pada pusat riset fisika kuantum, minat riset awal yaitu fisika yang bersifat teori dan komputasi, perhitungan ab inisi, struktur elektronik, termoelektrik, sifat optik, interaksi materi cahaya, dan spektroskopi,” terangnya.
“Jika menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum, kita dapat memprediksi, menjelaskan, dan mensimulasikan sifat-sifat nanomaterial yang menjadi penopang dari berbagai teknologi kuantum di masa depan, seperti komputer kuantum hingga kriptografi,” ulas Ahmad Ridwan dalam paparannya tentang Efficient Simulation of Quantum Many-Particle System Using Classical Computers.
Dalam acara yang sama, Kepala Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN, Anggoro Tri Mursito, menyampaikan bagaimana pengembangan juga kesiapan industri pertambangan dalam negeri, khususnya pada riset dan inovasi.
Anggoro mengatakan, PR Teknologi Pertambangan terdiri dari 6 kelompok riset antara lain eksplorasi pertambangan, teknologi praktik pertambangan, pengelolaan dampak pertambangan, pengolahan mineral, logam dasar dan logam mulia, serta pengolahan mineral bukan logam, batuan dan batubara. “Dari enam kelompok riset, khususnya pada keahlian geologi, geofisik, teknik pertambangan, maupun lingkungan dan juga teknik kimia, dan masih banyak lagi,” ujar Anggoro.
Teknologi pertambangan juga ada beberapa kegiatan pengolahan sumber sekunder antara lain e-waste, limbah industri pertambangan, pertambangan perkotaan. “Kami telah menggunakan mineral processing technology dalam produk prekursor senyawa logam berharga, untuk bahan baku baterai kendaraan listrik, magnet, sensor, fortifikasi makanan, dan material canggih lainnya,” kata Anggoro.
Teknologi Pertambangan juga mempunyai teknologi untuk pengolahan nikel laterit menjadi nikel pig iron (NPI) dengan memanfaatkan host blast temperature. “Dan satu lagi, beberapa mahasiwa juga sukses untuk produk nano iron yang sebagian besar dari nano ion serta nano nikel yang berasal dari laterit. “Ada beberapa aplikasi dari produk semacam ini, maka pada masa mendatang beberapa riset pada beberapa mahasiswa juga akan terus berlanjut,” ujarnya. (hrd,mfn,esw/ed:adl)