Tangerang Selatan – Humas BRIN. Sebagai lembaga riset yang menginjak usia dua tahun, pimpinan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan pertemuan intensif, antara manajemen dengan organisasi riset. Pertemuan yang dipimpin oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi (monev) kegiatan yang dilakukan oleh para periset BRIN.
Kali ini bertempat di Ruang Rapat Pleno Gedung Manajemen 720 KST BJ Habibie, Tangerang Selatan, Kamis (25/05), giliran Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) yang dimonev oleh Kepala BRIN.
“Kami ingin melihat program dan mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh teman-teman, untuk tahun 2025 dan 2029, apa yang perlu dibantu atau perlu dipertajam risetnya,” ungkap Handoko.
Menurutnya meskipun riset ORNM sudah diperkirakan dapat berjalan mandiri, namun masih perlu strategi memperkuat periset dan kelompok riset (KR).
“Namun, tidak semua pusat riset (PR) di ORNM di posisi yang mandiri, sehingga perlu ada perhatian khusus dari Kepala OR. PR harus berbasis bidang kepakaran, sementara aktivitas atau proyek riset ada di KR,” ulasnya.
Kemudian, ia menerangkan agar kepakaran periset makin berkembang, maka harus berkumpul bersama dengan kepakaran yang sama. “Oleh karena itu KR bisa lintas PR atau OR. Saya lihat di beberapa PR, KR masih top down, padahal seharusnya KR itu bottom up,” ujar Handoko.
“Kalau bottom up, ketua KR adalah orang yang punya topik riset atau ketua proyek, jadi punya kepentingan, istilahnya champion,” ucapnya.
Selain champion, yang harus difasilitasi oleh para kepala PR adalah adanya sivitas periset yang bermasalah, tidak dapat mengerjakan riset. “Seringkali banyak yang tidak paham apa kemampuan dan passion-nya. Jadi harus difasilitasi oleh kepala PR, misalnya diarahkan agar pindah PR atau fokus sekolah,” sebutnya.
“Sebagai kepala PR itu harus ada empati, fasilitasi, tapi tidak usah pusing urusan masing-masing sivitas. Tidak usah buang waktu yang tidak perlu. Perkara administratif serahkan ke BOSDM. Kepala PR fasilitasi saja yang champion, agar bisa menjalankan risetnya dengan baik,” pesan Kepala BRIN.
Selanjutnya, hal yang menjadi perhatian pimpinan adalah proposal kegiatan riset yang dianggap masih belum matang. “Untuk mengantisipasinya, pastikan setiap pekan ada seminar rutin, semua proposal yang akan submit harus diseminarkan dulu. Karena kalau diseminarkan, bisa ada pandangan lain yang lebih bagus,” kata Handoko.
“Sebagai periset, perlu ada komunikasi terbuka. Melalui seminar rutin di PR atau KR, kita jadi tahu, apakah para periset mengerjakan riset di jalur yang tepat,” imbuhnya.
Kepala BRIN berpesan kepada kepala ORNM, bahwa rumah program harus melalui program call for a proposal. “Melalui prosedur ini, nanti akan ketahuan mana periset yang betul-betul kerja atau yang tidak,” jelasnya.
Strategi Bermitra bagi Periset
Handoko mengingatkan bagi ORNM yang terdiri dari 480 periset, agar hati-hati dalam memilih mitra. “Saya wanti-wanti kepada kepala PR, agar tepat memilah mitra riset dari universitas luar negeri. Khususnya untuk para doktor di PR. Jangan misalnya ada 20 doktor, lalu punya 20 mitra. Lebih baik 1 mitra tetapi dikawal oleh 3 doktor, sehingga masif programnya,” tegas Kepala BRIN.
“Punya mitra itu berat, karena harus jadi host. Lebih bagus misalkan mitranya itu bisa terima program DBR (degree by research), postdoc, dan riset proposal bersama,” lanjutnya.
Mengenai adanya champion di PR yang masih terbatas, Handoko menyebutkan bahwa pimpinan berperan untuk membantu, agar para periset itu bisa diterima oleh mitra universitas luar, untuk tujuan yang baik.
“Untuk mencari kolaborasi yang benar-benar bagus itu sulit, perlu trust. Sementara track record champion yang sangat kuat itu masih sedikit. Nanti dari manajemen akan mencoba kolaborasi dengan negara-negara yang lebih mudah dijajaki,” terang Kepala BRIN.
Pada pertemuan dengan Kepala BRIN tersebut, Kepala ORNM, Ratno Nuryadi, memaparkan rumah program ORNM, SDM periset, peta jalan riset, dan kondisi saat ini di lapangan.
Kemudian Handoko berdiskusi terkait program riset yang disampaikan oleh para kepala PR di lingkungan ORNM. Dirinya menyampaikan bahwa yang penting dalam memulai kegiatan riset adalah menemukan problem (masalah) yang jelas.
“Cari mitra dan tanyakan apa problem-nya, jadi kita punya definisi problem yang proven, jangan coba-coba mengawang-awang problem sendiri,” ujarnya.
“Kita jangan mengulang problem yang sudah mereka kerjakan. Dari sana, baru bisa kita modifikasi solusi untuk mitra,” tambah Handoko.
Handoko menjabarkan bahwa riset itu berangkat dari problem, bukan untuk coba-coba. “Yang utama itu harus clear dulu problem-nya, jangan-jangan selama ini riset kita bukan permasalahan yang ada. Jadi periset harus langsung bertanya kepada mitra, apa problem-nya,” tegasnya. (adl)
Tautan:
https://brin.go.id/news/112904/kepala-brin-sampaikan-strategi-jitu-bagi-periset