Tangerang Selatan – Humas BRIN. Banyak orang yang masih bingung bagaimana cara menyampaikan sains tanpa membuat audiens merasa bingung. Hal ini karena publik pada umumnya belum paham betul tentang sains. Sehingga dalam mengkomunikasikan sains perlu cara yang baik tanpa misinterpretasi pada audiens.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menyampaikan materi dengan tema How to Communicate Science to General Public, Sabtu (10/06), yang secara daring diselenggarakan oleh Indonesia Science Center (ISC).
Deni mengatakan, dengan latar belakang siapa pun itu, sedapat mungkin harus mampu mengkomunikasikan sains atau ilmu pengetahuan, sehingga dapat menyampaikan kepada target audiens dengan baik, tepat, dan bijak.
Ketika kita mau mempromosikan atau mengajak siapa pun itu dalam bidang apa pun, termasuk sains, maka runutan-runutan informasi atau pun tatanan yang baik agar orang mau datang, mau terlibat itu, memang sangat penting, ujar Peneliti Ahli Utama BRIN.
Lebih lanjut dalam menentukan ide atau gagasan sebuah eksperimen sains atau percobaan penelitian harus melihat dari research problem (rumusan permasalahan). Bagaimana kita merumuskan permasalahan, bagaimana mengidentifikasi masalah, bukan membuat masalah, kata Deni.
Kemudian ia menambahkan agar penyampaian riset itu ada tenggat waktunya. Jangan lama-lama, karena yang namanya riset itu harus terukur dan semua ada timeline-nya atau batasannya. Berapa pun lama waktunya, itu harus ada agenda timeline-nya, sehingga pada ujungnya kita bisa mendapatkan apa yang diharapkan, tambahnya.
Dirinya juga menyampaikan untuk mengamati keadaan sekitar tentang masalah yang ditemukan, dari rasa ingin tahu, kemudian bagaimana cara memperbaiki suatu hal yang sudah ada.
Tidak perlu menemukan hal yang baru pertama kali. Kemudian setelah rasa ingin tahu, berdasarkan studi literatur, dan jangan narsis, tegas ASEAN Science Diplomat 2019 awardee.
Setelah melakukan penelitian, dapat melakukan komunikasi melalui pendekatan seperti focus group discussion (FGD), atau membuat science show, dan sebagainya. Selain itu harus membuat paper atau jurnal. Kemudian ketika sudah terbit (published), maka dapat mendiplomasikan melalui media sosial seperti linkedin, facebook, Instagram, dan sebagainya dengan cara yang bijak.
Dalam talkshow ini, Deni juga mendorong kepada siswa/siswi SMP, SMA, mahasiswa, serta guru untuk melakukan salah satu kegiatan teknologi ramah lingkungan seperti riset teknologi fuel cell. Bagaimana pendekatannya agar energi yang ramah lingkungan bisa lebih efektif dan terjangkau harganya.
Kami melibatkan riset berbasis perekayasaan teknologi ataupun aspek lainnya, termasuk terkait kebijakan seperti untuk DPR maupun kementerian, termasuk juga melibatkan pihak perguruan tinggi seperti mengundang postdoctoral, visiting researcher, mahasiswa tugas akhir, MBKM, dan sebagainya, untuk melibatkan masyarakat Indonesia supaya lebih melek dan juga lebih cinta sains, terangnya.
Deni pun berharap, semoga dengan kegiatan-kegiatan science show atau science camp, bisa diperbanyak, sehingga masyarakat awam lebih tertarik sains atau pun hal-hal yang bersifat pengetahuan dan pendidikan.
Saya berharap semua pendidikan Indonesia lebih melek teknologi, lebih melek sains, lebih melek pendidikan yang lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi, sehingga kejadian seperti hoax itu akan sangat-sangat berkurang. Dan komunikasi sains ini merupakan salah satu jembatan untuk meningkatkan generasi masyarakat supaya lebih pintar dan lebih cerdas, pesannya. (hrd/ed:adl)
Tautan :
https://www.brin.go.id/news/113011/periset-brin-bagikan-cara-komunikasi-sains-ke-publik