Jakarta – Humas BRIN. Kebutuhan implan gigi di Indonesia cukup besar. Namun, selama ini Indonesia masih mengimpor implan gigi dari luar negeri, seperti Eropa dan Korea Selatan. Dana yang dikeluarkan Indonesia sendiri untuk mendapatkan produk implan gigi sekitar 75 miliar rupiah.
Periset Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), I Nyoman Jujur telah mengembangkan implan gigi titanium. Sejak 2019, dirinya bersama PT Pudak dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), mengembangkan karakterisasi biokompatibilitas material, kebaruan desain dan teknologi produksi, teknologi surface treatment, dan uji kinerja prototipe.
Tahapan riset yang sudah dilalui oleh Nyoman adalah hingga pra klinis tahap dua. Untuk uji toksisitas dan publikasi, sudah dilakukan oleh Nyoman bersama tim dokter gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjajaran.
Pada tahun 2022, riset implan gigi mendapatkan pendanaan pengujian produk inovasi kesehatan BRIN untuk uji klinis. Sebagai salah satu riset prioritas, diharapkan pada tahun 2024 implan gigi telah selesai uji klinis dan terbit ijin edarnya untuk produksi.
Menindaklanjuti riset tersebut hingga hilirisasi, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material – Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORNM BRIN) mengadakan pertemuan inisiasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), untuk melaksanakan diskusi kerja sama dalam bidang implan gigi, pada Jumat (21/07) di Ruang Rapat Dirbang dan Riset Gatot Subroto.
Pertemuan yang disambut oleh Dirbang dan Riset RSPAD tersebut, dihadiri oleh Kepala ORNM, para peneliti Pusat Riset Material Maju, Humas, serta Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Kadep Gilut RSPAD, Kabag Litbang dan Riset Dirbang dan Riset RSPAD, serta tim dokter Depgilut RSPAD.
Kepala ORNM – BRIN, Ratno Nuryadi mengatakan riset implan terkait manusia, agar dapat diaplikasikan dengan melakukan uji klinis. “Dari komunikasi yang sudah berjalan dan mencapai fase uji klinis, kami berharap bisa berkolaborasi dengan RSPAD,” harap Ratno.
Lebih lanjut Ratno mengungkap pada awal tahun ini hingga tahun 2024, pihaknya juga mendapat mandat dari pimpinan BRIN agar beberapa tema besar diharapkan dapat segera selesai dan bahkan sampai hilirisasi diaplikasikan. Dirinya pun mengharapkan penelitian implan gigi dalam proses uji klinis dapat bekerja sama dengan RSPAD, kemudian nantinya bisa sampai produksi massal.
“Semoga kegiatan ini (kolaborasi) bisa berjalan lancar, dan ke depannya bisa memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia yang membutuhkan. Nantinya secara bertahap, step by step bisa memproduksi dan bagi yang membutuhkan dapat menggunakannya,” pesan Ratno.
Ratno menambahkan, Kepala BRIN sendiri menyampaikan bahwa kolaborasi dengan stakeholder eksternal memang sudah menjadi sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. “Dari sisi kami membutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak, baik dari kalangan universitas maupun industri, baik di dalam dan juga luar negeri. Saat ini kami memiliki kerja sama riset industri dengan PT Pudak Scientific yang memproduksi. Teknologi implan gigi menggunakan ikatan permukaan titanium dengan gigi, dengan kekasaran tertentu agar sel-sel mudah tumbuh,” jelas Ratno.
Dirbang dan Riset RSPAD, Yenny Purnama mengapresiasi kunjungan BRIN ke RSPAD untuk bekerja sama. “Kami sangat berharap adanya kolaborasi dan komunikasi yang intens, serta dapat saling membantu untuk produk nasional,” ujarnya.
Brigjen Yenny dan tim dokter sebagai peneliti memberikan masukan terkait kode etik, tahapan uji klinis, dan bagaimana prosedur asuransi pasien implan gigi.
“Pada dasarnya kami mendukung terkait uji klinis, dengan harapan masukan kami dapat dipertimbangkan, seperti kode etiknya. Karena kegiatan ini membawa nama baik RSPAD dan BRIN. Semoga bermanfaat untuk negara Indonesia,” pungkasnya. (hrd, adl, ed: aps)
Sumber artikel di web BRIN :