Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Monev ORNM BRIN Tingkatkan Kualitas SDM dan Kolaborasi Riset

image alt

Lampung Selatan – Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sukses menyelenggarakan acara Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran ORNM Tahun Anggaran 2023. Acara yang kerap disebut Monitoring dan Evaluasi (Monev) ini berlangsung di Kawasan Sains (KS) Iskandar Zulkarnain – Tanjung Bintang, Lampung Selatan, selama tiga hari berturut-turut (28-30/08). KS di Tanjung Bintang ini merupakan homebase dari PR Teknologi Pertambangan.

Hadir dalam kegiatan ini pimpinan dan manajemen di lingkungan ORNM, yakni Kepala ORNM, Kepala Pusat Riset (PR) Teknologi Pertambangan, Kepala PR Material Maju, Kepala PR Metalurgi, Peneliti PR Fotonik, Kepala PR Teknologi Polimer, Peneliti PR Kimia Maju, dan Peneliti PR Fisika Kuantum.

Turut hadir Koordinator Rumah Program, Tim Perencanaan (Program dan Anggaran), Tim Pelaksanaan dan Pengendalian Anggaran, Tim Pemantauan dan Evaluasi, Pengelola Barang Milik Negara, Tim Pengelola Kesekretariatan ORNM, Tim Layanan Kehumasan Serpong V, serta PIC kegiatan riset di KS Tanjung Bintang. Tujuannya untuk memantau target capaian kinerja di lingkungan ORNM, meningkatkan kualitas riset, serta membangun kerja sama yang lebih erat.

Hari pertama acara Monev ini dimulai dengan laporan kemajuan kegiatan rumah program dan Non DIPA oleh para PIC kegiatan riset di Pusat Riset Teknologi Pertambangan yang berkarya di homebase KS Iskandar Zulkarnain. Hal ini merupakan momentum bagi periset untuk memaparkan kemajuan perkembangan riset yang telah dicapai, serta mengidentifikasi peluang kolaborasi antar Pusat Riset (PR) yang ada di ORNM.

Pada hari kedua, fokus acara beralih ke paparan pencapaian kegiatan di 7 pusat riset ORNM dan progres tim anggaran serta monev yang terdapat di bawah payung ORNM. Para periset di PR menjelaskan tentang proyek-proyek yang sedang dikerjakan, baik yang didanai melalui dana rumah program maupun melalui sumber lainnya seperti RIIM dan Non DIPA. 

Seusai tiap pemaparan dari Kepala PR dan koordinator anggaran dan monev dilakukan diskusi. Hal ini menjadi kesempatan bagi kepala OR dan PR untuk mengevaluasi dan memantau perkembangan riset, serta mencocokkan dengan target Program Kinerja (PK) yang telah ditetapkan. Pada akhir pertemuan hari kedua dilanjutkan dengan kunjungan ke fasilitas laboratorium riset yang ada di KS Iskandar Zulkarnain.

Pada hari ketiga, kegiatan Monev dilanjutkan dengan pertemuan dengan periset BRIN maupun siswa SMK dan mahasiwa yang sedang melakukan kegiatan praktik di PR Pertambangan. Kegiatan ini memberikan gambaran yang lebih nyata tentang lingkungan riset dan infrastruktur yang mendukung riset di lokasi tersebut. Skema-skema yang ada di BRIN pun dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa seperti postdoc, research assistant (RA), atau degree by research (DBR).

Ratno Nuryadi, Kepala ORNM menyampaikan bahwa pertemuan ini merupakan ajang koordinasi untuk kemajuan riset. “Dengan saling berkomunikasi menyamakan persepsi dan mengidentifikasikan laboratorim untuk dapat melakukan riset bersama, peluang kolaborasi antar PR dapat terbuka lebar untuk periset di ORNM khususnya, dan tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan periset dari OR lainnya,” ucapnya.

Pada kesempatan ini juga Ratno menjelaskan pentingnya SDM ORNM untuk berkolaborasi dengan eksternal. “Jika kita melihat kondisi ORNM ini banyak hal yang perlu diperbaiki dan kita tinjau, yang utama ada dua terkait dengan mobiltas SDM dan riset. Jika melihat kondisi SDM saat ini sudah cukup, tetapi keterlibatan SDM eksternal non BRIN masih kecil, hal ini yang masih perlu ditingkatkan. Khususnya skema program yang ada di SDMI dapat dimaksimalkan dari sisi kemampuan pusat riset, seperti RA,” ujarnya.

Ratno berharap untuk peningkatan kualitas dan kompetensi SDM, periset dapat melakukan kolaborasi secara institusi, tidak hanya sebatas secara personal saja. 

Rencana Program ORNM

Kepala ORNM menyampaikan bahwa dari potret helicopter view, riset ORNM belum berdampak baik secara saintifik dan dimanfaatkan industri. “Padahal ada potensi seperti dari riset material, bisa untuk energi, transportasi, dan lainnya. Dengan berbagai pendekatan strategi, skema yang ada di BRIN,  seperti DFRI, DIRI, bisa digunakan dengan sebaik-baiknya,” terangnya.

ORNM memiliki program dalam meningkatkan kompetensi periset dengan sistem menuju world class research institute, dengan tiga tahapan dengan rentang waktu 2022 sampai 2027. Saat ini kebanyakan kolaborasi riset masih bersifat personal, maka ORNM akan mencoba meningkatkan kolaborasi secara institusi.

Tahap pertama pada tahun 2022-2023 menata diri membangun kompetensi periset dan menata kelompok riset. Tahapan kedua  (2025) membangun kepercayaan diri dan mobilitas periset lebih digiatkan. dan tahapan ketiga (2027) meningkatkan performace terkait reputasi, ekosistem riset dan inovasi yang kondusif yang parameternya banyak dan disederhanakan menjadi SDM, budaya riset, infrastuktur, dan anggaran. 

“Saat ini informasi atau skema yang sudah ada tetapi belum merata di peroleh periset di ORNM. Untuk itu diperlukan website yang sudah di-launching minggu lalu dan saat ini tim kami membuat beberapa aplikasi dalam memenuhi kebutuhan internal dan eksternal agar mudah di akses,” imbuh Ratno.

Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan di ORNM adalah program NEDO proposal untuk gelombang kedua telah diterim 11 proposal, situs web ORNM akan dikembangkan topik riset Kelompok Riset dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Program beasiswa LPDP targeted scholarship dengan tema riset terkait nuklir, space, biodiversities dan deep sea boleh dilakukan oleh sivitas ORNM, sesuai tema yang ditetapkan. 

Kemudian visiting researcher ke Iran bersama dengan topik nanomaterial, serta pengumpulan prototipe hasil riset, Rumah program call for collaboration diharapkan awal bulan September 2023 sudah diumumkan, melakukan penyusunan proses bisnis dengan SOP yang dijadikan dalam satu buku.

Dengan acara Monev Tahun Anggaran 2023 ini, ORNM berharap bahwa kolaborasi antar pusat riset akan semakin ditingkatkan, kualitas riset terus berkembang, dan prestasi dalam bidang riset dan inovasi. Agar semakin mengukir prestasi gemilang di tingkat nasional dan internasional. (esw, adl)

Sumber :

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/monev-ornm-brin-tingkatkan-kualitas-sdm-dan-kolaborasi-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kembangkan Riset Rubber Air Bag Guna Dukung Industri Maritim

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Produk karet di dunia terus meningkat, 28 % khusus produk Rubber Hose dan Beltin sebagai bahan Rubber Air Bag. Sebagai salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan riset pemanfaatan karet alam sebagai bahan Rubber Air Bag.

“Pengembangan riset dilakukan karena selama ini Rubber Air Bag masih sulit didapat industri dan 100% masih impor, serta kebutuhan per tahunnya mencapai 1.500 buah/tahun. Rubber Air Bag digunakan pada industri perkapalan untuk membantu  proses menaikkan  dan menurunkan kapal di galangan,” jelas Peneliti dari Kelompok Riset Karet Teknologi Tinggi, Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mahendra Anggaravidya pada webinar ORNAMAT, Selasa (23/08).

“BRIN berkolaborasi dengan industri, Kementerian Perindustrian dan Badan Standardisasi Nasional, mengembangkan riset Rubber Air Bag untuk perkembangan teknologi khususnya Tipe Galangan Inovatif. Selain itu, produk Rubber Air Bag ini sangat tepat dalam rangka mendukung program pemerintah guna membangun industri maritim,” kata Mahendra.

Lebih lanjut Mahendra menambahkan bahwa produk Rubber Air Bag diperlukan pengujian, sehingga akan terpenuhi standar. Dalam memenuhi standar tersebut harus dilakukan pengujian-pengujian, guna memperoleh formulasi yang tepat. Setelah mendapat formula yang tepat, secara paralel dilakukan hitungan matematis. 

“Formula dan desain tuntas akan dilakukan, bagaimana melilitkan material tersebut dan dibuatkan material untuk industri. Sedangkan untuk menyerahkan prototipe atau produk kepada industri harus sudah proven,” tuturnya. 

Pada awal tahun kegiatan, menurut Mahendra perlu dilakukan kajian hasil riset, kemudian pembuatan contoh produk dan uji lapangan, setelah itu penyusunan Rencana Standar Nasional Indonesia (RSNI). Tahun kedua pembuatan contoh produk skala industri, uji lapangan dan penyusunan RSNI Tahap 2. Tahun ketiga pendampingan industri dengan produksi massal, dilanjutkan penyusunan dan sosialisasi SNI, lalu diakhiri dengan pembuatan produk massal serta komersialisasi. 

Sebagai informasi pemanfaatan karet alam sebagai bahan baku barang teknik karet dengan spesifikasi khusus, yakni tahan gesekan, tahan cuaca, dan tahan air laut. 

“Saat ini kami sedang menjalin kerja sama dengan beberapa industri,  yang mampu membuat produk Rubber Air Bag sesuai dengan standar dan nilai jual. Formulasi dengan hasil pengujian sesuai dengan standar ISO harus diperhitungkan. Produk Rubber Air Bag  yang mudah dilipat, elastis, tidak mudah pecah,  sehingga diperoleh formulasi standar dan dapat bersaing dengan harga terjangkau,” ungkapnya.

“Harapannya penelitian ini dapat mendorong BRIN membuat penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” tandas Mahendra. (ls/ ed: adl,set)

Sumber:

https://brin.go.id/news/114471/brin-kembangkan-riset-rubber-air-bag-guna-dukung-industri-maritim

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Riset Baterai untuk Transisi Energi Menuju Net Zero Emmision

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Material Maju, Evvy Kartini menyampaikan, produksi baterai menjadi kunci tercapainya Net Zero Emmision dengan memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dan kendaraan listrik. “Bicara mengenai baterai, menjadi hal yang utama, dan menjadi kunci dari teknologi untuk menuju NZE (net zero emission),” ujar Evvy dalam acara Forum Presentasi Ilmiah Riset dan Inovasi ORNAMAT #32, Selasa (08/08). 

Pada kesempatan itu, Evvy menyampaikan paparan dengan topik “Future Projection of Battery Electric Vehicles (BEV) Technology in Indonesia based local mineral resources”. Menurutnya, Indonesia kaya dengan sumber daya mineral. Hal ini akan mendukung posisi Indonesia untuk memproduksi baterai. “Kita butuh bukan cuma nikel, kita juga butuh mangan, kita butuh kobalt, dan semua ada di Indonesia,” ucap perempuan yang juga Pendiri National Batteray Research Institute (NBRI) itu optimis.

Profesor Riset BRIN itu menyatakan bahwa peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan elektrik (electric vehicle/EV) memiliki banyak manfaat, terutama dari sisi ekonomi. Selain ramah lingkungan, kendaraan listrik bisa menekan biaya bahan bakar. Kesimpulan ini dapat dari survey yang dilakukan terhadap pengemudi ojek online di Tangerang Selatan. 

Profesor Evvy Kartini bersama timnya, dari Kelompok Riset Baterai Pusat Riset Material Maju melakukan studi potensi energi baterai SWAP melaui program NEDO Batch 1, yang mempelajari bisnis model dan regulasinya. Bagaimana situasi pasarnya di Indonesia, kebijakan, standard, serta kemungkinan untuk melakukan riset engineering untuk sebuah produk, yang membuat baterai SWAP dengan satu sistem. 

Perlu diketahui, sebagai bentuk aksi nyata dalam rangka mengurangi pemanasan global akibat emisi karbon,  Indonesia mencanangkan akselerasi kendaraan berbasis baterai melalui Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2019. Diperkirakan pada tahun 2030 akan ada empat belas juta kendaraan bermotor roda dua dan empat  juta kendaraan bermotor roda empat yang telah berbasis baterai.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha menyampaikan bahwa webinar dengan tema konversi energi ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung penguatan iklim riset, mengakumulasi pengetahuan, dan membuka peluang kolaborasi, khususnya di bidang ilmu nanoteknologi dan material, yang diwakili oleh Kelompok Riset di ORNM.

Ridwan menjelaskan bahwa riset baterai menggunakan mineral lokal Indonesia untuk menunjang teknologi baterai khususnya aplikasi mobil listrik dan baterai. “Dengan materi tersebut diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan teknologi baterai dan riset-riset yang masih hangat tentang baterai dengan beberapa jenis material yang diusulkan oleh peneliti-peneliti Indonesaia dan mudah-mudahan dapat membuka kolaborasi dan mempromosiikan riset-riset di kelompok riset lainnya,” harapnya. (jp,ls/ed:adl,jml)

Sumber:

https://brin.go.id/news/114410/riset-baterai-untuk-transisi-energi-menuju-net-zero-emmision

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Bersiap Hilirisasi, BRIN Jajaki Kolaborasi Uji Klinis Implan Gigi dengan RSPAD

Jakarta – Humas BRIN. Kebutuhan implan gigi di Indonesia cukup besar. Namun, selama ini Indonesia masih mengimpor implan gigi dari luar negeri, seperti Eropa dan Korea Selatan. Dana yang dikeluarkan Indonesia sendiri untuk mendapatkan produk implan gigi sekitar 75 miliar rupiah.

Periset Pusat Riset Material Maju – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), I Nyoman Jujur telah mengembangkan implan gigi titanium. Sejak 2019, dirinya bersama PT Pudak dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), mengembangkan karakterisasi biokompatibilitas material, kebaruan desain dan teknologi produksi, teknologi surface treatment, dan uji kinerja prototipe. 

Tahapan riset yang sudah dilalui oleh Nyoman adalah hingga pra klinis tahap dua. Untuk uji toksisitas dan publikasi, sudah dilakukan oleh Nyoman bersama tim dokter gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjajaran. 

Pada tahun 2022, riset implan gigi mendapatkan pendanaan pengujian produk inovasi kesehatan BRIN untuk uji klinis. Sebagai salah satu riset prioritas, diharapkan pada tahun 2024 implan gigi telah selesai uji klinis dan terbit ijin edarnya untuk produksi.

Menindaklanjuti riset tersebut hingga hilirisasi, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material – Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORNM BRIN) mengadakan pertemuan inisiasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), untuk melaksanakan diskusi kerja sama dalam bidang implan gigi, pada Jumat (21/07) di Ruang Rapat Dirbang dan Riset Gatot Subroto.

Pertemuan yang disambut oleh Dirbang dan Riset RSPAD tersebut, dihadiri oleh Kepala ORNM, para peneliti Pusat Riset Material Maju, Humas, serta Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Kadep Gilut RSPAD, Kabag Litbang dan Riset Dirbang dan Riset RSPAD, serta tim dokter Depgilut RSPAD.

Kepala ORNM – BRIN, Ratno Nuryadi mengatakan riset implan terkait manusia, agar dapat diaplikasikan dengan melakukan uji klinis. “Dari komunikasi yang sudah berjalan dan mencapai fase uji klinis, kami berharap bisa berkolaborasi dengan RSPAD,” harap Ratno.

Lebih lanjut Ratno mengungkap pada awal tahun ini hingga tahun 2024, pihaknya juga mendapat mandat dari pimpinan BRIN agar beberapa tema besar diharapkan dapat segera selesai dan bahkan sampai hilirisasi diaplikasikan. Dirinya pun mengharapkan penelitian implan gigi dalam proses uji klinis dapat bekerja sama dengan RSPAD, kemudian nantinya bisa sampai produksi massal.

“Semoga kegiatan ini (kolaborasi) bisa berjalan lancar, dan ke depannya bisa memberikan manfaat untuk bangsa Indonesia yang membutuhkan. Nantinya secara bertahap, step by step bisa memproduksi dan bagi yang membutuhkan dapat menggunakannya,” pesan Ratno.

Ratno menambahkan, Kepala BRIN sendiri menyampaikan bahwa kolaborasi dengan stakeholder eksternal memang sudah menjadi sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. “Dari sisi kami membutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak, baik dari kalangan universitas maupun industri, baik di dalam dan juga luar negeri. Saat ini kami memiliki kerja sama riset industri dengan PT Pudak Scientific yang memproduksi. Teknologi implan gigi menggunakan ikatan permukaan titanium dengan gigi, dengan kekasaran tertentu agar sel-sel mudah tumbuh,” jelas Ratno.

Dirbang dan Riset RSPAD, Yenny Purnama mengapresiasi kunjungan BRIN ke RSPAD untuk bekerja sama. “Kami sangat berharap adanya kolaborasi dan komunikasi yang intens, serta dapat saling membantu untuk produk nasional,” ujarnya.

Brigjen Yenny dan tim dokter sebagai peneliti memberikan masukan terkait kode etik, tahapan uji klinis, dan bagaimana prosedur asuransi pasien implan gigi. 

“Pada dasarnya kami mendukung terkait uji klinis, dengan harapan masukan kami dapat dipertimbangkan, seperti kode etiknya. Karena kegiatan ini membawa nama baik RSPAD dan BRIN. Semoga bermanfaat untuk negara Indonesia,” pungkasnya. (hrd, adl, ed: aps)

Sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113505/bersiap-hilirisasi-brin-jajaki-kolaborasi-uji-klinis-implan-gigi-dengan-rspad

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Dukung Alutsista, BRIN Kembangkan Smart Magnetic Material sebagai Pigmen Cat Anti Radar

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan aplikasi bahan smart magnetic yang digunakan sebagai pigmen cat anti radar, untuk mendukung alat utama sistem senjata (alutsista).

Peneliti Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN Wisnu Ari Adi mengatakan, cat anti radar adalah sebuah teknologi yang mampu mengacaukan pendeteksian atau pantauan radar terhadap sebuah obyek, yang lazim digunakan pada sistem pertahanan dan keamanan. Peralatan militer umumnya banyak menggunakan logam seperti besi dan aluminium, sehingga material smart magnetic ini sangat cocok diaplikasikan.

Dalam paparannya di hadapan peserta Susjemen Litbang Pertahanan Tingkat Muda Angkatan XXII Tahun 2023, Kementerian Pertahanan RI, yang berkunjung ke Kawasan Sains dan Teknologi B.J Habibie, Kamis, (20/7), Wisnu mengungkapkan, cadangan material smart magnetic tersedia melimpah di bumi nusantara. Namun masih diperlukan sebagian komponen impor untuk memproduksi cat anti radar.

Proyek yang sudah memasuki tahap skala industri ini, bekerja sama dengan dengan berbagai stakeholder, seperti akademisi (universitas), Kementerian Pertahanan, Kementerian Perindustrian, PT Pindad, dan PT Sigma Paint. 

Diuraikan Wisnu, cat anti radar telah melewati berbagai pengujian, baik prototipe skala laboratorium, uji radar obyek di lapangan, prototipe skala pilot, uji radar dengan kapal di dermaga Kolinlamil, uji fungsi kapal bergerak, uji fungsi kapal siluman, dan uji fungsi obyek siluman.

“Pengujian juga dilakukan dengan sasaran prototipe kendaraan tempur dan obyek-obyek siluman lainnya,  dengan hasil sasaran tidak terlihat pada sistem radar,” terangnya.

BRIN dengan Kementerian Pertahanan juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Riset dan Inovasi serta Pemanfaatan dalam Mendukung Pertahanan Negara.

“Kita berharap, riset cat anti radar yang telah memasuki skala industri ini, dapat berkontribusi dalam sistem pertahanan keamanan negara,” harapnya. (jp/ed: adl, tnt)

Sumber artikel di web BRIN :

https://www.brin.go.id/news/113459/dukung-alutsista-brin-kembangkan-smart-magnetic-material-sebagai-pigmen-cat-anti-radar

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Strategi Komersialisasi Hasil Riset dan Inovasi, dari Lab ke Industri

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Jumlah kekayaan intelektual (KI) yang didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) setiap tahunnya terus bertambah. Namun, banyak dari KI tersebut yang belum termanfaatkan oleh industri dan masyarakat. Hilirisasi atau komersialisasi hasil riset menjadi tantangan yang perlu mendapat perhatian, agar keberlanjutan riset terus berjalan.

Pemanfaatan atau komersialisasi hasil riset menjadi bahasan utama pada forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT Seri #24 yang dihelat secara daring, Selasa (28/02).

Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Material Maju – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sekaligus pendiri PT Nanotech Indonesia Global yang telah go public, Nurul Taufiqu Rochman, berbagi pengalaman upaya komersialisasi produk riset dan inovasi masuk ke dalam dunia industri.

Sebagai entrepeneur dalam bidang bidang nanoteknologi, Nurul yang mengantongi 40 paten, 100 paper internasional, dan 180 paper nasional ini menyampaikan pengalaman, tips dan trik bagaimana membawa berbagai hasil riset untuk berkolaborasi dengan stakeholder dunia industri hingga komersialisasi hasil riset dan inovasi atau penelitian dan pengembangan.

Pada paparannya, Nurul menjelaskan, inovasi merupakan serangkaian proses mulai dari identifikasi permasalahan dalam kehidupan melalui litbang hingga menyelesaikan masalah tersebut. “Inovasi muncul melalui penciptaan  produk, layanan, atau jasa yang memiliki nilai kebaruan dan ekonomi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Inovasi hasil riset bisa membuat loncatan dari basic riset ke komersil,” ungkapnya.

Nurul yang pernah menerima berbagai penghargaan internasional termasuk Habibie Award menerangkan bahwa tantangan riset berada pada komersialisasi hasil riset. “Logika dasar inovasi adalah basic research-applied research-development-commercialization. Pada umumnya riset masih berada pada level basic, maka tantangan terbesar adalah hilirisasi dan komersialisasi,” ucapnya.

Dijelaskan Nurul, tahapan komersialisasi hasil riset bisa dimulai dengan pendaftaran HKI ke paten. “Tujuan utama paten bukan untuk komersial. Tujuannya untuk melindungi hasil litbang yang baru dan bermanfaat, mengukuhkan kepemilikan negara dan pengakuan terhadap peneliti serta bisa dijadikan jaminan, saluran pengetahuan yang bebas akses bagi publik, menjadi indikator luaran lembaga litbang dunia, menjadi mosaik rekam jejak hasil kerja peneliti,” ungkap profesor riset ini.

Hasil Litbang ke Dunia Industri

Di dalam sebuah lembaga riset, bagi Nurul, mutlak diperlukan center for innovation yang membawa hasil litbang ke dunia industri. “Center for innovation ini memiliki dua aktivitas utama, yaitu alih teknologi untuk yang sudah ada industrinya, dengan kegiatan seperti promosi inovasi teknologi, valuasi HKI serta ekspos teknologi atau temu bisnis, dan inkubasi teknologi dengan kegiatan seleksi dan identifikasi teknologi, valuasi HKI, serta pendampingan kegiatan pra inkubasi,” paparnya.

Lebih lanjut, Nurul menjelaskan kesulitan membawa hasil riset ke masyarakat dan industri. “Di antaranya mekanisme alih teknologi belum banyak diketahui, belum ada pedoman dan mentor yang mumpuni, peneliti tidak memiliki jiwa teknopreneur serta regulasi dan kebijakan yang belum mendukung,” sebutnya.

Menurut Nurul, ada dua cara untuk melakukan valuasi dan validasi hasil riset untuk bisa dibawa ke industri. “Cara pertama yaitu valuasi teknologi secara teknik, Technology Readiness Level, didasarkan pada kesiapan teknologi dari produk alat hasil litbang sebelum dimanfaatkan oleh pengguna. Kedua yakni validasi komersial, secara ekonomi, Commercialization Readiness Level, didasarkan pada bukti-bukti produk hasil litbang, sesuai dengan permintaan pengguna,” ulasnya.

Nurul menjelaskan bagaimana praktik dan model komersialisasi hasil litbang. “Model pertama, langsung ke industri, dengan MoU, pada pola ini  peneliti kurang diuntungkan, karena hanya bersifat transfer teknologi. Model 2, peneliti menjadi pengusaha, mencari investor melibatkan tiga pihak, yakni inventor, pengguna dan investor. Model 3, membangun pusat inkubasi, industri membuat  start up yang dikelola bersama. Model 4, peneliti bersama teknopreneur mendirikan industri start up,” jabarnya.

Nurul menegaskan bahwa untuk membawa hasil riset kepada dunia industri, agak sulit bagi peneliti untuk berjalan sendiri, harus membutuhkan mitra strategis (strategic partner). “Manajemen modern saat ini membutuhkan pendamping yang kita kenal dengan start up sebagai mitra. Fungsi mitra adalah mencari dana pendamping untuk melewati the death of valley komersialisasi hasil litbang,” katanya.

“Kemudian pada tahun berikutnya, diharapkan startup menemukan private sector untuk mendapatkan pendanaan pendamping, selain yang berasal dari public sector dengan output berupa contoh produk yang teruji pasar, market captive, bisnis berjalan, dan punya rencana bisnis,” jelas Nurul yang bersama timnya sukses membangun 18 perusahaan start up.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menilai forum pertemuan ilmiah kali ini sangat menarik, karena sebelumnya ornamat banyak membahas riset skala lab. “Topik kali ini menarik, bagaimana membawa hasil riset dari lab ke industri. Semangat membuat ekosistem riset yang lebih baik khususnya di ORNM dan BRIN serta Indonesia dalam skala luas,” ujar Wahyu.

“Pada akhirnya kita berharap semua aktivitas riset ini bisa membuat ekonomi RI bisa maju dan bisa merasakan manfaat, tidak hanya pada stakeholder yang melakukan riset dan inovasi, namun juga bagi teman-teman di luar yang belum tersentuh efek baik dari riset dan inovasi yang kita lakukan. Perlu dipikir ulang apa yang sudah dilakukan, riset dan inovasi tidak hanya sebatas terhenti pada memenuhi angka kredit. Aktivitas riset dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekonomi yang bisa membawa kesejahteraan bersama,” pungkas Wahyu. (jp/ed:adl,pur)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Bahas Nanomaterial dan Manfaatnya

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Potensi pemanfaatan nanoteknologi terus berkembang melalui riset sains dan rekayasa. Melalui pemanfaatan nanoteknologi, fungsi atau nilai tambah dari suatu bahan atau material dapat meningkat. Nanoteknologi dapat diaplikasikan dalam berbagai produk, seperti kesehatan, energi, dan elektronik.

Guna meningkatkan kepakaran bidang nanoteknologi khususnya nanomaterial, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dengan Dewan Inovasi Nanoteknologi Iran atau Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC), menggelar lokakarya dengan tema “Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications”, Kamis (23/02).

Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan, kegiatan workshop ini menjadi forum untuk membahas topik-topik riset terkait nanoteknologi. “Dengan workshop ini kita dapat saling mengenal apa yang kita lakukan sekarang, dan ini juga dapat diperluas untuk membahas kemungkinan kerja sama antara peneliti Iran dan BRIN Indonesia,” ungkapnya.

“Kami berharap dalam workshop ini, kami juga dapat mendiskusikan topik penelitian match-making yang dapat dikolaborasikan dan bermanfaat bagi kami di masa depan. Saya pikir kita bisa mulai dari pemikiran kecil, misalnya kolaborasi hanya dalam 3-4 topik penelitian tetapi ini akan menjadi kolaborasi penelitian yang nyata,” imbuh Ratno.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menyampaikan teknologi nano saat ini berkembang dengan cepat dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sains dan teknik. “Teknologi nano diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi manusia di masa kini dan masa depan. Salah satu bidang aplikasi dari teknologi nano adalah di bidang energi  dan penyimpanan energi,” ucap Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan beberapa ruang lingkup riset yang sedang dilakukan di PRMM antara lain, material fungsional dan komposit cerdas, konversi energi dan penyimpanan material, material struktur dan industri, teknologi permukaan dan pelapisan, material magnetik dan spintronik, material superkonduktor, dan material biokompatibel.

Perwakilan dari NCL Lab, Sharif University Technology Iran Nima Taghvinia memaparkan topik “Inorganic Nanoparticle Hole Transporting Materials for Perovskite Solar Cells, dengan kekhususan fabrikasi dan peningkatan sel surya perovskite.

Menurut Nima, hal penting terkait nanoteknologi yakni lapisan nanopartikel dapat dioptimalkan sebagai material hole-transporting yang ideal untuk sel surya perovskite. “Hole-transporting nanopartikel anorganik ditambah elektroda karbon membentuk elektroda pengumpul lubang yang stabil untuk sel surya perovskite, namun diperlukan lebih banyak kontrol pada sintesis dan pelapisan antar muka,” jelasnya.

Masih dengan topik nanomaterial untuk energi, Mir F. Mousavi dari Department of Chemistry, Tarbiat Modares University, Tehran-Iran menyampaikan topik “Nanostructured Materials for Energy Conversion and Storage”. Dalam paparannya Mousavi menyampaikan bahwa timnya telah menyiapkan beberapa bahan aktif elektroda yang menunjukkan kinerja penyimpanan energi yang unggul.

Berikutnya, Alimorad Rashidi dari Research Institute of Petroleum Industry menyampaikan tentang Carbon Based Nanomaterials for Energy and Enviromental Application.

“Keuntungan dari bahan nanokarbon untuk aplikasi energi dan lingkungan yaitu struktur pori yang luas, stabil secara kimiawi, keragaman bentuk struktur, kemampuan modifikasi dan penyesuaian porositas, ketersediaan berbagai metode preparasi, ketersediaan berbagai prekursor untuk penyiapan bahan karbon, serta berbagai aplikasi misalnya penyimpanan gas dan hidrokarbon,” urai Rashidi.

Dalam acara yang sama, Alireza Moshlegh dari Departemen Fisika, Universitas Teknologi  Syarif, Iran memaparkan terkait nano-fotokatalisis dalam pembangkit energi bersih dan remediasi lingkungan. Lebih lanjut, Alireza menjelaskan prinsip-prinsip katalisis, pembuatan hidrogen melalui pemisahan air fotoelektrokimia, fotodegradasi pewarna/obat dan fotokatalisis simultan. “Energi surya sangat penting dan harus ditekankan karena ini merupakan  energi bersih,” sebutnya.

Ika Kartika Kepala Pusat Penelitian Metalurgi BRIN menampilkan  materi “Nanomaterial untuk Aplikasi Kesehatan”. Dalam paparannya Ika menyampaikan bahwa PRM memilik empat Kelompok Riset (KR) yakni KR Baja dan Paduan Khusus, KR Teknologi Korosi dan Mitigasi, KR Metalurgi Ekstraksi, serta KR Paduan Non-ferro dan Komposit Matriks Logam.

“Kegiatan  yang sedang dilakukan PRM saat ini Pembuatan Nanopartikel ZnO dengan Penambahan Cu dan Sn untuk Aplikasi Fotokatalitik dan Anti bakteri, Pengembangan Porous Titanium Untuk Aplikasi Ortopedi, dan Paduan Magnesium dan Aplikasinya sebagai Bahan Implan Bioresorbable,” ulas Ika.

Sementara Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju menjelaskan bahwa pengembangan riset bahan nanokatalis di Pusat Riset Kimia Maju, BRIN saat ini berfokus pada penelitian dan pengembangan kimia anorganik terkait sintesis, modifikasi dan desain senyawa kimia anorganik untuk kemo dan biosensor, penelitian yang berkaitan dengan sistesis, modifikasi dan pengembangan katalisis dan fotokatalisis, chemurgy dan teknologi proses kimia.

“Tujuan penelitian ini terutama yang memiliki manfaat dan potensi dan mencari solusi ilmiah terhadap permasalahan nasional yang sangat sering berkaitan dengan bidang kimia, misalnya dalam peristiwa atau fenomena yang menyangkut bahan kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya, yang memerlukan identifikasi senyawa kimia atau jika terjadi kesalahan persepsi publik terhadap suatu produk pada pasar,” ungkap Yenny. (esw,jp,ls/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Antisipasi limbah baterai kendaraan listrik melalui ekonomi sirkular

Oleh Adimas Raditya Fahky P  Jumat, 24 Februari 2023 19:21 WIB

Antisipasi limbah baterai kendaraan listrik melalui ekonomi sirkular

Pengunjung mengendarai sepeda motor listrik pada pameran Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (20/2/2023). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan bahwa insentif untuk kendaraan listrik akan mulai diberikan oleh pemerintah pada Maret mendatang dengan besaran insentif yang diberikan bagi sepeda motor sebesar Rp7 juta per unit. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

60 persen komponen mobil listrik kuncinya ada di baterai.

Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong pemanfaatan kendaraan listrik secara luas, baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat umum.

Selain menjadi moda transportasi yang ramah lingkungan, kendaraan listrik berbasis baterai (electric vehicle) juga diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai pemain besar komponen utama kendaraan tersebut.

Presiden Joko Widodo menyebutkan 60 persen komponen mobil listrik kuncinya ada di baterai. Menurut dia, Indonesia memiliki cadangan material untuk membuat baterai dengan ketersediaan melimpah.

Sebagai bukti keseriusan pemerintah, sejumlah regulasi dan aturan turunannya pun telah diterbitkan, di antaranya Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Kemudian, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Demikian juga aturan turunannya yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Paling sedikit ada enam Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang implementasi kendaraan listrik di Indonesia.

Secara umum, Permenhub ini mengatur tentang uji tipe, pedoman konversi, serta pedoman teknis terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, kebutuhan kendaraan operasional Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI, Polri dari Internal Combustion Engine (ICE) ke Battery Electric Vehicle (BEV) hingga tahun 2030 mencapai sebanyak 398.530 kendaraan roda dua dan 132.983 kendaraan roda empat.

Sementara itu, jumlah total Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) kendaraan listrik yang telah diterbitkan hingga Januari 2023 mencapai 48.162 unit.

Seiring dengan perkembangan teknologi ke depan, dapat dibayangkan bagaimana banyaknya populasi kendaraan listrik, atau bahkan kendaraan otonom akan memenuhi jalan-jalan di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Daur ulang limbah

Meski banyak pihak sepakat bahwa kendaraan listrik jauh lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar minyak, potensi bahaya dari kendaraan listrik tetap ada.

Limbah dari komponen utamanya, yakni baterai dapat menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang serius apabila tidak dikelola dengan baik.

Riset dan studi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa potensi limbah yang perlu diwaspadai adalah baterai bekas pakai, limbah dari proses produksi baterai, serta limbah dari proses daur ulang baterai yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya.

Baterai kendaraan listrik umumnya menggunakan baterai lithium ion (LIB), yang terdiri atas katoda, anoda, elektrolit, separator, dan berbagai komponen lainnya.

Beberapa bahan yang digunakan dalam LIB, seperti logam berat dan elektrolit, dapat menimbulkan ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Jika LIB bekas dibuang begitu saja dan ditimbun dalam jumlah yang besar, ini dapat menyebabkan infiltrasi logam berat beracun ke dalam air bawah tanah, yang mengakibatkan pencemaran lingkungan yang serius.

Demikian pula, jika LIB bekas dibakar sebagai limbah padat, hal tersebut akan menghasilkan sejumlah besar gas beracun, seperti gas hidrogen fluorida (HF) yang berasal dari elektrolit di dalam LIB, yang dapat mencemari atmosfer.

Oleh karena itu, penanganan limbah dari baterai bekas ini sangat dibutuhkan.

Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi, Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN Dr. Aam Muharam menyebut bahwa sudah banyak studi kajian tentang kemungkinan baterai bekas pakai digunakan kembali melalui proses daur ulang (recycle).

Limbah baterai biasanya di-grading atau disortir terlebih dahulu, untuk mengetahui kapasitas/usia baterai relatif terhadap end-of-cycle-nya.

Jika kapasitas baterai di antara 50-80 persen, baterai bekas tersebut bisa digunakan kembali (reuse) sebagai second life battery.

Second life battery merupakan baterai yang digunakan kembali untuk aplikasi berbeda, seperti untuk aplikasi energy storage atau stationary use.

Apabila baterai sudah mencapai kapasitas di bawah 50 persen, baterai bisa didaur ulang untuk mendapatkan material berharga dari baterai bekas untuk menghasilkan baterai baru.

Daur ulang ulang dapat juga melibatkan penggunaan baterai bekas sebagai bahan baku untuk membuat produk baru yang berbeda dari baterai, seperti pigmen keramik atau logam paduan.

“Baterai bekas hasil daur ulang memerlukan uji atau test durability ulang seberapa jauh dapat dioperasikan kembali. Harus ada regulasi atau standar yg mengatur terkait hal ini,” kata Aam.

Studi terkait daur ulang limbah baterai di BRIN dilakukan oleh periset yang tergabung dalam Kelompok Riset Material Berkelanjutan dan Daur Ulang (Sustainable Material & Recycling Group).

Metode yang paling banyak digunakan dalam proses daur ulang baterai adalah metode pirometalurgi dan hidrometalurgi. Masing-masing metode ini memiliki keuntungan dan tantangannya masing-masing.

Untuk pirometalurgi, prosesnya relatif lebih sederhana karena hanya seperti peleburan logam pada umumnya. Namun demikian, energi yang dibutuhkan sangat besar karena membutuhkan temperatur yang tinggi pada prosesnya.

Ditambah, kemurnian logam-logam berharga di akhir proses pirometalurgi cenderung kurang baik dan perlu dilakukan pemurnian lagi dengan proses lanjutan.

Sementara itu, metode hidrometalurgi memiliki rangkaian proses yang lebih kompleks dan panjang. Akan tetapi, logam berharga yang ingin dipulihkan dapat diambil kembali dengan efisiensi ekstraksi yang sangat tinggi.

Salah satu periset Kelompok Riset Material Berkelanjutan dan Daur Ulang, Dr. Sri Rahayu menyampaikan, baik proses pirometalurgi maupun hidrometalurgi, memerlukan pretreatment atau perlakuan awal, seperti pengosongan daya baterai (discharging), penyortiran baterai bekas berdasarkan jenisnya, penghancuran baterai bekas, dan sebagainya.

Langkah ini dilakukan sebelum masuk ke proses daur ulang utama agar nilai efisiensi ekstraksi logam dapat ditingkatkan dan energi yang dibutuhkan untuk proses daur ulang dapat diminimalisasi.

Ekonomi sirkular

Sejalan dengan hal itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengelola limbah baterai kendaraan listrik melalui pendekatan ekonomi sirkular.

Diklaim sebagai model baru dari konsep reduce, reuse, dan recycle, ekonomi sirkular memaksimalkan kegunaan dan nilai tambah dari suatu bahan mentah, komponen, dan produk sehingga mampu mengurangi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Pendekatan ekonomi sirkular juga meliputi perencanaan desain bahan baku, desain produk, serta proses produksi sehingga memiliki siklus penggunaan yang lebih panjang.

“Prosesnya mulai dari pengumpulan, penghancuran, pengolahan secara kimia dengan teknologi yang ramah lingkungan,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati.

Daur ulang baterai kendaraan bermotor listrik sebagai bahan baku yang berkelanjutan, dianggap lebih ramah lingkungan karena meminimalisir penggunaan bahan baku baru.

Selain itu, juga memberikan manfaat ekonomi karena dapat menekan biaya produksi komponen utama dari kendaraan listrik.

Rosa menyampaikan pemerintah melalui KLHK mengimbau pabrikan maupun bengkel kendaraan agar memiliki fasilitas pengumpulan baterai bekas, untuk selanjutnya diserahkan kepada pemanfaat limbah aki kendaraan listrik.

Ia juga berharap bahan baku baterai tersebut tidak diekspor ke luar negeri, namun diolah oleh industri pembuatan baterai di dalam negeri sebagai pemasok baterai kendaraaan di seluruh dunia.

“Mendorong investor untuk melakukan proses recycle di Indonesia dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Dengan demikian, sejak proses di hulu hingga hilir, bangsa Indonesia mendapatkan manfaat terbesar dari kekayaan sumber daya alam itu.

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/3412893/antisipasi-limbah-baterai-kendaraan-listrik-melalui-ekonomi-sirkular

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Dukung Kegiatan Riset, BRIN Siapkan Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju serta Sains Fundamental Molekuler

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempunyai sejumlah program untuk mendukung berjalannya kegiatan riset. Salah satunya adalah bantuan pendanaan melalui mekanisme Rumah Program yang ada di Organisasi Riset. Para periset di BRIN bisa mendaftar sesuai kriteria dan spesifikasi yang dipersyaratkan.

Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) BRIN menggelar Kick Off Meeting sebagai tanda diawalinya pelaksanaan kegiatan Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju, serta Rumah Program Sains Fundamental Molekuler, pada Kamis (16/02) secara daring. Rumah Program ini tidak hanya ditujukan untuk internal ORNM, tetapi juga untuk OR lainnya.

Kepala ORNM Ratno Nuryadi mengatakan, pelaksanaan kegiatan Rumah Program tahun 2023 ini, tidak tidak lepas dari pelaksanaan rumah program tahun 2022. Ia mengapresiasi para pendaftar hingga terpilih 24 proposal riset lolos Rumah Program Sains Fundamental Molekuler, serta 185 proposal riset Rumah Program Nanoteknologi dan Material Maju.

“Selamat kepada peserta yang lolos, terima kasih para reviewer, tim koordinator rumah program juga yang telah banyak membantu kami sampai proses review, hingga diumumkan saat ini, dan juga membantu mengawal pelaksanaan kegiatan rumah program di tahun anggaran 2023,” ujarnya.

Ratno berharap agar bisa memaksimalkan kegiatan di Rumah Program ORNM, meskipun dananya tidak besar. “Saya menggarisbawahi, bahwa sifat dari grant research di Rumah Program itu sifatnya seed funding dan bisa extend,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa dengan memperpanjang riset bisa mendaftar lagi ke pendanaan-pendanaan yang lain. “Dengan modal dari kegiatan di Rumah Program ini nanti bisa meng-apply pada kegiatan RIIM yang ada di Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi – BRIN, atau ke dana eksternal, seperti Kelapa Sawit, atau pun dana yang lain termasuk juga dana-dana dari luar negeri,” imbuhnya.

“Mudah-mudahan rumah program ini bisa menjadi trigger, sehingga bapak-ibu bisa melompat mendapatkan pendanaan kegiatan yang lebih dari pada rumah program di sini. Kemudian bisa meng-extend kegiatan-kegiatannya seperti grant riset yang yang lain dan membuat kolaborasi baik kolaborasi dengan industri maupun kolaborasi dengan mitra periset, universitas, baik di dalam maupun di luar,” harapnya.

Koordinator tim Rumah Program, Agus Sukarto Wismogroho menyampaikan terdapat 13 reviewer dari ORNM dan dari OR Penerbangan dan Antariksa. “Para reviewer berasal dari berbagai macam kompetensi, dan secara prinsip reviewer telah melakukan secara objektif dan menyesuaikan dengan skema penilaian yang telah kita tetapkan,” terangnya.

Dalam laporannya, Agus mengatakan review tahun ini sedikit berbeda dengan tahun lalu. “Setiap tahun ada perubahan sedikit-sedikit dengan memperhatikan dinamika yang ada di tempat kita, baik topik, reputasi dari pengusul di samping konten dan janji, juga memperhitungkan keberadaan mitra,” ulasnya.

“Kita mengharapkan salah satu dari output target riset standar adalah jurnal global accepted, disamping HKI, purwarupa, dan jurnal-jurnal yang lainnya sehingga ini kita fasilitasi, dan untuk yang sekolah juga membutuhkan, maka kita setarakan dengan yang lainnya supaya fair,”  ucap Agus.

Senada dengan Kepala ORNM,  Agus menyampaikan bahwa seed funding itu hanya bibit, bukan akhir dari segalanya, oleh karena itu sukses adalah kalau bibitnya membesar dan berbuah, sehingga seed ini jauh membesar menjadi anggaran yang lebih besar keluar.

“Proposal baik yang telah diajukan, bisa menjadi lebih baik lagi untuk diajukan ke RIIM, PKR, Kedaireka, LPDP, Kelapa Sawit, JSPS, dan sumber funding riset lainnya. Sukses itu kita modali sedikit, maka pertengahan-akhir tahun bisa mendapat yang lebih besar, karena Ini menjadi sangat baik untuk sumber riset, sehingga tumbuh menjadi lebih baik ke depannya,” pesannya.

Agus mengajak para penerima dana riset bersama reviewer dan fasilitator lainnya yang berasal dari berbagai OR di BRIN, untuk membangun kolaborasi riset. Mulai dari tim yang kecil menjadi besar untuk memperbesar ruang lingkup pada level nasional. 

“Dengan membangun potensi kolaborasi antar tema maupun dengan mitra kolaborator lain,  kita bisa membangun pendanaan baru untuk menghasilkan skema yang lebih besar dan berujung membuat produk teknologi yang diakui masyarakat baik level global maupun ke industri,” tutupnya. (hrd/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Periset BRIN Bahas Magnet dan Fenomena Terbentuknya Alam Semesta

Tangerang Selatan – Humas BRINOrganisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengadakan forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT Seri #18 yang dilaksanakan pada Selasa (29/11).

Dalam sambutan pembukaan acara, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material yang diwakili Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju, menyampaikan harapannya agar terbentuk kolaborasi antar periset BRIN.

“Webinar ORNAMAT ini sudah memasuki series ke 18, hari ini ada dua narasumber yang akan memaparkan materinya. Semoga melalui webinar dapat ini membuka peluang untuk saling berkolaborasi dengan periset lainnya, memberikan wawasan dan pengetahuan baru, memberikan diskusi yang mendalam, serta membuka jaringan kerja baru, baik antara periset ORNM maupun di luar ORNM,” pesan Yenny.

Periset Novrita Idayanti dari Kelompok Riset Material Magnetik & Superkonduktor, Pusat Riset Material Maju memberikan presentasi dengan tema ‘Fenomena exchange spring magnet pada magnet nanokomposit’.

“Penelitian magnet nanokomposit ferit dilatarbelakangi oleh para periset tidak mencari material baru, dikarenakan karakteristik magnet masih dapat ditingkatkan, bahan baku oksida besi banyak ditemukan, harganya yang murah, mengurangi kebutuhan impor, dan aplikasinya sangat luas,” papar Novrita.

Hasil riset Novrita menunjukkan bahwa semua magnet nanokomposit memperlihatkan efek exchange spring magnet. Dengan membuat ferrofluid atau magnet cair pada elektromagnetik energy harvesting, dapat mengubah gerak mekanik menjadi fluidic. Ini merupakan salah satu alat yang dapat menggantikan baterai di ponsel atau charger.

Sejak 1998 sampai dengan sekarang, Novrita melakukan riset terkait dengan dua materi, yakni soft magnet (magnet lunak) dan hard magnet (magnet permanen). Beberapa aplikasi hasil riset yang pernah bermitra dengan industri adalah magnet meteran air yang bekerja sama dengan PT Multi Instrumen, aplikasi jenis magnet lunak untuk generator motor listrik, serta untuk kerja sama dengan industri PT Kalbe Nutrinational melakukan pemisahan logam-logam berbahaya pada susu.

Dirinya berharap dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alam lokal untuk magnet. “Prospek ke depannya kami dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan lokal, memanfaatkan sumber daya lokal dan limbah besi, serta kolaborasi riset dengan pengguna khususnya pengguna magnet,” harap Novrita.

Sementara Syaefudin Jaelani dari Kelompok Riset Fisika Nuklir dan Partikel Eksperimen, Pusat Riset Fisika Kuantum, ORNM BRIN, memaparkan topik ‘Mempelajari Kondisi Awal Mula Alam Semesta Melalui Eksperimen Fisika Partikel di Large Hadron Collider’.

Syaefudin menerangkan bahwa alam semesta terbentuk saat terjadi dentuman bintang besar atau BigBang. “Sesaat setelah Bigbang, tercipta suatu keadaan dimana partikel elementer, quark, dan gluon, berada dalam keadaan bebas pada suhu yang sangat tinggi yang disebut dengan  Quark-Gluon Plasma (QGP). QGP diibaratkan seperti sup panas yang didalamnya terdiri atas quark dan gluon,” terangnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan kegiatan eksperimen fisika partikel yang berlokasi di CERN, Jenewa, yang bernama Large Hadron Collider, untuk melakukan eksperimen yang menciptakan keadaan yang serupa dengan QGP, dengan cara menumbukkan ion berat, timbal dengan timbal.

“Untuk merekam apa saja yang terjadi sesaat setelah tumbukan, kita memerlukan suatu alat eksperimen. A Large Ion Collider atau disingkat ALICE, merupakan detektor khusus yang ditujukan untuk mempelajari fenomena Quark-Gluon Plasma. Semua kejadian termasuk jejak partikel sesaat setelah tumbukan, direkam, dan disimpan oleh detektor ALICE sebagai data yang nantinya dianalisa untuk mempelajari karakteristik dari QGP yang tercipta pada tumbukkan timbal-timbal,” urai Syaefudin.

Salah satu observable yang bisa digunakan untuk mempelajari sifat QGP dan mengindikasikan ada fenomena QGP pada hamburan timbal-timbal dikenal dengan nuclear modification factor atau faktor modifikasi nuklir.

“Faktor modifikasi nuklir merupakan rasio produksi partikel pada hamburan timbal-timbal, di mana fenomena QGP diharapkan tercipta, dengan produksi partikel pada hamburan proton-proton, di mana fenomena QGP tidak tercipta,” ulasnya.

Hasil pengukuran faktor modifikasi  nuklir pada partikel D meson pada hamburan timbal-timbal dan proton-proton menunjukkan bahwa ada fenomena Quark-Gluon Plasma yang tercipta pada hamburan timbal-timbal.

”Dengan membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan model teori, kita juga bisa mempelajari interaksi yang terjadi antara partikel elementer (quark dan gluon) dengan QGP,” pungkasnya. (esw, jp/ed: adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/110967/periset-brin-bahas-magnet-dan-fenomena-terbentuknya-alam-semesta