Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kendaraan listrik memerlukan dukungan yang kuat dalam penguasaan teknologi baterai litium sebagai sumber penyimpanan energi listrik yang efisien. Oleh karena itu, untuk menciptakan kebutuhan swasembada material litium, pengembangan baterai litium memerlukan penyediaan bahan baku litium yang cukup dari Indonesia.
Hal ini menjadi latar belakang kerja sama yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Metalurgi (PRM) Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dan PT Prima Tirta Tekno Solusindo (PTTS). Penandatanganan perjanjian kerja sama yang menyoroti pentingnya metalurgi ekstraksi litium dari air asin (brine water) sumber daya panas bumi di Indonesia dalam mendukung pengembangan teknologi kendaraan listrik ini dilakukan di KST B.J. Habibie Serpong pada Selasa (21/11).
Kerja sama ini sangat penting untuk memastikan Indonesia dapat memainkan peran sentral dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik. Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk mengembangkan prototipe rangkaian peralatan Electric Water Treatment dan Electric Anti Scaling, yang efektif dalam mengambil ion litium dan mineral lainnya dari brine water panas bumi.
Pusat Riset Metalurgi – BRIN, yang telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam ekstraksi litium dari sumber daya alam Indonesia, menjadi mitra kunci dalam kerja sama ini. Selama satu dekade terakhir, PRM-BRIN telah melakukan berbagai kegiatan riset, seperti riset konsorsium baterai litium Indonesia, Riset Insinas, program PPTI, riset PRN litium, dan program RIIM, dengan fokus pada pengembangan teknologi ekstraksi litium.
Mitra BRIN, yaitu PT PTTS, memiliki keahlian dalam proses pemisahan mineral terlarut dalam air, khususnya dalam pembuatan air bersih, turut berkontribusi dalam kerja sama ini. Peralatan Electric Water Treatment dan Electric Anti Scaling yang dimiliki PTTS, terbukti efektif dalam pemisahan mineral dalam air laut, untuk menghasilkan air bersih dengan efisiensi tinggi.
Kepala Pusat Riset Metalurgi BRIN, Ika Kartika, menjelaskan bahwa hasil pemetaan potensi sumber daya alam litium Indonesia oleh tim dari PRM, telah berhasil mengidentifikasi tiga kelompok sumber daya alam litium.
Menurut Ika, fokus utama dalam kerja sama ini adalah penelitian penggunaan teknologi Electric Water Treatment dan Electric Anti Scaling, pada proses ekstraksi litium dari brine water panas bumi. “Prosesnya mencakup pemisahan ion litium dari unsur ion lainnya, seperti ion magnesium, kalsium, potasium, sodium, dan lainnya dalam brine water panas bumi,” terangnya.
Dalam pertemuan tersebut, Direktur Utama PTTS, Kurnia Sukrisna, menyambut gembira kerja sama ini. Dirinya menyatakan bahwa PTTS berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, teknologi, dan inovasinya melalui riset-riset di bidang water treatment dan pengolahan limbah.
“Kerja sama riset ini kami harapkan menjadi langkah awal dari serangkaian kegiatan litbangtekin (penelitian, pengembangan teknologi, dan inovasi), yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi kedua belah pihak dan Indonesia secara keseluruhan,” ungkapnya.
Kurnia pun menyampaikan harapan agar dengan teknologi yang dikuasai saat ini, yang merupakan hasil riset, bisa menjembatani ke dunia industri. “Tujuan kami adalah mengembangkan teknologi lebih lanjut di bidang air, maupun di bidang lainnya, sehingga bermanfaat dan dapat mengurangi ketergantungan dari luar serta dapat mandiri,” ujarnya.
Dengan penandatanganan perjanjian ini, BRIN dan PTTS berharap dapat merespons tuntutan masa depan dalam pengembangan energi terbarukan dan penyelamatan lingkungan. Melalui sinergi kegiatan riset dan inovasi, keduanya berharap dapat memberikan kontribusi yang positif untuk mencapai tujuan nasional dalam diversifikasi energi dan kemandirian teknologi. (esw/ ed: adl, aps)
Tautan: