Potensi Sisa Hasil Pemrosesan Mineral Bauksit di Indonesia

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mengadakan webinar forum presentasi ilmiah ORNAMAT ke-56, dengan tema Memorial Lecture, pada Selasa (8/10).

Hadir sebagai pembicara, Siti Rochani, profesor riset dari Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPB) BRIN, menyampaikan topik “Pemanfaatan Sisa Hasil Pemrosesan Mineral”. 

Mengawali paparan, Siti menjelaskan sejarah karirnya yang dimulai dari tahun 1977 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia bergabung dengan BRIN pada tahun 2022 di Pusat Riset Sumber Daya Geologi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM). Kemudian pada tahun 2023 hingga 2024 bergabung dengan PRTPB BRIN.

Pada tahun 2022, ia melakukan penelitian sisa hasil pengolahan/pemrosesan (SHP) bauksit, yakni ekstraksi besi residu bauksit. Kemudian pada tahun 2023 hingga 2024, riset ekstraksi skandium dan logam tanah jarang (LTJ) ringan dari slag residu bauksit.

Bauksit merupakan batuan yang kaya akan unsur alumina. Bauksit umumnya diolah menjadi produk aluminium atau material berdaya tahan tinggi.

Menurut Siti, posisi bauksit di Indonesia di Indonesia nomor 4 di dunia setelah Guinea, Vietnam, dan Australia. Namun pengolahan bauksit menjadi alumina yang terbesar adalah Tiongkok.Cadangan bauksit di Indonesia terbesar terkonsentrasi di Pulau Kalimantan dan Sumatra. 

Potensi SHP bauksit di Inonesia saat ini ada beberapa industri alumina, yakni PT WHW, PT ICA, dan PT BAI yang menghasilkan total residu bauksit sebanyak 4.300.000 tpa. Dari residu bauksit tersebut diasumsikan memiliki kandungan LTJ 400 ppm.

Penelitian pemanfaatan residu bauksit paling banyak untuk bahan konstruksi sipil, seperti paving block dan semen.

Berdasarkan berbagai hasil riset yang Siti serta rekan-rekannya lakukan, ia menekankan bahwa SHP adalah bahan baku yang sudah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya eksplorasi dan eksploitasi.

“SHP Residu bauksit perlu dimanfaatkan karena mengandung material bernilai seperti besi, titan, aluminum dan LTJ,” ucapnya.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa kolaborasi riset sangat dibutuhkan dalam pengolahan SHP, untuk menuju proses zero waste dan mengkaji keekonomian dari proses tersebut.

“Indonesia perlu belajar dari kisah sukses Uni Europa, yakni perlu mendirikan pilot plant yang akan menjembatani skala laboratorium ke skala komersial,” pungkasnya. (adl)

Tautan:

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/potensi-sisa-hasil-pemrosesan-mineral-bauksit-di-indonesia