Tangerang Selatan – Humas BRIN. Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Komposit dan Biomaterial Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ade Sholeh Hidayat, menyampaikan riset terkait optimasi karet alam untuk ban tanpa udara pada kendaraan militer.
Ade menjelaskan pemanfaatan karet alam untuk ban kendaraan militer, yang berbeda dengan ban komersial karena harus tahan terhadap medan ekstrem, suhu, beban, dan kondisi jalan berat. “Riset ini diminta oleh Universitas Pertahanan dan memanfaatkan sumber daya karet alam yang melimpah di Indonesia,” kata Ade, dalam forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT #70, secara daring, Selasa (26/8).
Untuk meningkatkan sifat mekanik karet, jelas Ade, digunakan filler seperti carbon black tipe 220 dan 550, serta limbah carbon break yang berpotensi menjadi filler penguat dalam produk karet teknik.
Dalam penelitian ini, dilakukan formulasi ulang karet alam (SIR-20 dan RSS) dan pengujian sifat mekaniknya, meliputi kekerasan, kekuatan tarik, perpanjangan putus, ketahanan sobek, densitas, dan ketahanan abrasi. “Hasil pengujian menunjukkan beberapa formula memenuhi standar Pusat Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat untuk ban militer (airless tire),” sebut Ade.
Selain itu, uji reologi dilakukan untuk menentukan waktu dan kecepatan pematangan bahan dalam proses manufaktur. “Dari empat formula yang diuji, semua melebihi standar minimum, dengan satu formula menonjol karena performa lebih tinggi,” ujar Ade.
Riset ini berhasil menunjukkan bahwa karet alam Indonesia, dengan formulasi dan tambahan filler yang tepat, dapat menjadi kandidat material potensial untuk pengembangan ban tanpa udara bagi kendaraan militer.
Untuk diketahui, Indonesia termasuk salah satu penghasil karet terbesar di dunia. Sekitar 85 persen karet diekspor. Sedangkan 15 persen digunakan di dalam negeri, terutama untuk produksi ban.
Permasalahan utama meliputi keterbatasan teknologi, pengembangan, sistem informasi, dan inovasi produk karet, serta terbatasnya karet yang dapat dimanfaatkan di dalam negeri akibat sebagian besar diekspor.
Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, menyatakan riset ini menunjukkan relevansi dengan industri pertahanan. Sekaligus, membuka peluang pengembangan material berkelanjutan dan inovatif. (mhq/ed:jh, tnt)
Tautan: