Alternatif Pengganti LPG Impor, BRIN Kembangkan Teknologi Penyimpanan Metana

Jakarta-Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan teknologi penyimpanan gas metana sebagai alternatif energi bersih pengganti LPG yang sebagian besar masih diimpor. Inovasi ini dilakukan melalui kerja sama co-development antara Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN dengan dua mitra Jepang, yaitu Yachiyo Engineering Co., Ltd. dan Atomis Inc.

Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN, Joddy Arya Laksmono, menjelaskan bahwa sekitar 90% kebutuhan LPG nasional masih bergantung pada impor, padahal Indonesia memiliki sumber daya gas metana yang melimpah.

“Kami berupaya memanfaatkan potensi tersebut melalui teknologi penyimpanan metana bertekanan rendah yang aman, efisien, dan bernilai ekonomi tinggi,” ungkapnya dalam Talkshow InaRI Expo 2025 di JIExpo Kemayoran, Rabu (29/10).

Kerja sama riset ini berawal dari pertemuan pada InaRI Expo 2022, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Oktober 2023. Melalui kolaborasi ini, BRIN dan mitra Jepang mengembangkan material penyerap gas (adsorbent) berbasis Metal Organic Framework (MOF) untuk sistem penyimpanan metana bertekanan rendah.

Menurut Joddy, sistem baru ini memiliki keunggulan dibanding LPG. “Tekanan gasnya hampir sama dengan LPG, tetapi volumenya bisa mencapai satu setengah kali lipat. Dengan tambahan material MOF, gas metana dapat disimpan dalam wadah yang lebih kecil sehingga lebih mudah didistribusikan,” jelasnya.

Selain itu, nilai kalor metana hasil pengembangan BRIN disebut setara bahkan lebih tinggi dari LPG, dengan biaya yang lebih ekonomis. Bentuk tabung yang lebih pendek juga memudahkan penyimpanan dan transportasi. BRIN menargetkan pendirian startup berbasis riset pada tahun 2027 untuk memproduksi tabung dan sistem penyimpanan metana ini, dengan menggandeng mitra strategis seperti Pertamina, PGN, dan Lemigas.

Namun, Joddy menambahkan, pengembangan teknologi ini masih menghadapi tantangan berupa belum adanya standar nasional (SNI) untuk gas metana nonindustri. “Kami sedang berkoordinasi dengan BSN agar segera disusun RSNI, sehingga teknologi ini bisa diterapkan secara luas,” ujarnya.

Dari pihak mitra Jepang, Hajime Watanabe dari Yachiyo Engineering menyampaikan bahwa kerja sama ini bertujuan mendukung transisi energi bersih rumah tangga di Indonesia. “Sebagian besar LPG 3 kilogram di Indonesia berasal dari impor dan membebani anggaran subsidi. Padahal Indonesia memiliki potensi besar dari gas alam, biogas, dan metana. Melalui sistem penyimpanan berbasis kontainer, kapasitas penyimpanan bisa tiga kali lebih besar dari sistem konvensional,” jelasnya.

Watanabe menambahkan, konsep bisnis yang dikembangkan menggunakan model penyewaan (rental system) dengan pengelolaan data digital. “Distribusi gas metana dapat dipantau secara real time sehingga efisien dan aman,” tambahnya.

Sementara itu, Daisuke Asari dari Atomis Inc. mengungkapkan bahwa material MOF terus dimodifikasi agar sesuai dengan karakteristik gas metana di Indonesia. “Penyesuaian ini penting agar proses adsorpsi–desorpsi berjalan optimal sebelum diuji coba ke pasar,” ujarnya. Atomis sendiri merupakan startup dari Kyoto University yang dibimbing oleh Prof. Susumu Kitagawa, peraih Nobel Kimia 2025.

Joddy menambahkan, BRIN tengah mengupayakan kerja sama riset lanjutan dengan Kyoto University melalui pembentukan Sister Lab. “Kami juga berharap Prof. Kitagawa dapat memberikan Nobel Lecture di BRIN sebagai bagian dari diseminasi hasil riset ini,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Abdul Kholiq, Direktur Manajemen Kekayaan Intelektual BRIN sekaligus Ketua Biogas Indonesia, menegaskan besarnya potensi biogas dalam negeri sebagai sumber metana. “Limbah pabrik kelapa sawit seperti Palm Oil Mill Effluent (POME) dan Empty Fruit Bunch (EFB), serta sampah perkotaan seperti di Jakarta yang mencapai 7.500 ton per hari, merupakan sumber metana yang sangat potensial,” ujarnya.

Ia menambahkan, pemanfaatan biogas dan metana dari limbah merupakan langkah strategis untuk mendukung transisi energi bersih sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap LPG impor.

Melalui inovasi ini, BRIN menunjukkan komitmen untuk mengembangkan teknologi energi alternatif berbasis sumber daya alam lokal. “Harapan kami, teknologi penyimpanan metana ini dapat menjadi solusi nyata bagi penyediaan energi rumah tangga yang lebih aman, efisien, dan ramah lingkungan,” tutup Joddy. (adl/ed: aj. mfs)

Tautan:

https://brin.go.id/news/125445/alternatif-pengganti-lpg-impor-brin-kembangkan-teknologi-penyimpanan-metana