Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam proses penguatan ekosistem riset dan inovasi, terdapat tiga hal penting. Pertama adalah pengembangan SDM (periset), kedua yaitu infrastruktur, dan ketiga adalah pendanaan atau anggaran. Kegiatan pencarian kebaruan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, membutuhkan dukungan pendanaan riset. Dengan pendanaan itu, diharapkan jumlah invensi hasil riset akan semakin meningkat. Selain itu, kualitas kompetensi sumber daya manusia iptek akan semakin meningkat.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), dalam mendukung program pendanaan eksternal, mengadakan webinar dengan tema “Webinar Pendanaan Eksternal: Penjelasan dan Kiat-Kiat Memperolehnya untuk Fungsional Periset”, pada Rabu (31/05).
Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan bahwa esensi dari webinar ini adalah untuk pendanaan eksternal, baik dari BRIN maupun dari yang lain. “Di ORNM ingin meningkatkan pendanaan eksternal tahun ini. Sehingga kegiatan ini sebagai salah satu ikhtiar kita, sehingga periset bisa punya semangat untuk membuat proposal riset,” ujar Ratno.
Menurutnya, agar kegiatan di kelompok riset (KR) dapat berjalan baik, harus memiliki tiga komponen yang teroptimalkan. “Ketiga poin tersebut adalah pengembangan SDM, penyediaan infrastruktur, dan pendanaan,” ungkapnya.
Ketika membuat proposal riset, periset didorong untuk berkolaborasi dengan mitra industri, universitas, baik dalam negeri dan negeri.
“Nanti kepala pusat riset juga ikut memberikan masukan, sehingga kualitas proposal yang diajukan bisa bagus, dan peluang untuk mendapatkan pendanaan lebih besar. Harapannya proposal riset benar-benar dibahas dalam ruang lingkup KR dan mitra yang akan menjadi anggota,” harap Ratno.
Juhartono dari Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi menyampaikan jenis pendanaan di BRIN. “Ada dua tipe pendanaan di BRIN, yaitu pendanaan dari RIIM (Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju) BRIN dan pendanaan dengan imbal balik dana abadi penelitian – LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan),” sebutnya.
Ia menambahkan info tentang skema pendanaan dari luar negeri ada dua model. Seperti kerja sama dengan lembaga riset asal Jepang NEDO (New Energy and Industrial Technology Organization), sifatnya join riset. “Ini pendanaaanya dari masing masing negara. Jadi peneliti Indonesia dapat dana penelitian dari Indonesia. Peneliti luar negeri dari negara asalnya,” katanya.
Selanjutnya Juhartono menguraikan skema pendanaan di BRIN. “Pertama RIIM Ekspedisi untuk mencari koleksi ilmiah atau data di lapangan, targetnya mendapat koleksi ilmiah. Kedua, riset dan inovasi untuk Indonesia maju untuk penemuan novelty atau kebaruan. Ketiga, pengujian produk inovasi untuk produk inovasi kesehatan, produk inovasi pertanian dan produk inovasi teknologi. Keempat yaitu startup riset dengan fasilitas perusahaan pemula berbasis riset, pra inkubasi proses inkubasi, dan pasca inkubasi,” urainya.
Selanjutnya, untuk RIIM kompetisi, targetnya adalah mendapatkan novelty atau kebaruan teknologi dan hasil riset lainnya, dengan hasil karya tulis ilmiah , jurnal internasional, serta HKI (hak kekayaan intelektual) seperti paten atau sejenisnya.
“Jadi pendanaan hanya untuk riset kebaruan teknologi, cakupannya pada proses pencarian kebaruan, jumlah sampel seusai kebutuhan, pelaksanaan tidak jauh dari lokasi kedudukan, mengoptimalkan mitra untuk lokasi yang berbeda,” ulasnya.
Membuat Proposal Riset yang Layak dari Kacamata Reviewer
Terkait pendanaan, banyak skema yang bisa dimanfaatkan oleh periset, namun harus melalui tahapan-tahapan seleksi. Kelompok-kelompok riset saling bersaing dari segi isi atau substansi proposal riset, agar layak menurut kacamata penelaah (reviewer).
Tampil sebagai pembicara, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kimia Maju BRIN, Anny Sulaswaty, memberikan kiat-kiat, bagaimana sebuah proposal penelitian layak didanai.
Menurut Anny yang sudah berpengalaman puluhan tahun malang melintang sebagai reviewer usulan penelitian di berbagai program pendanaan ini, penting untuk memahami proposal penelitian dan mengenali kekuatan proposal. Reviewer akan bersemangat bila menjumpai topik riset yang menarik perhatian (eye catching) dan isunya ‘sexy’ .
“Penting untuk diperhatikan, bahwa proposal penelitian tidak boleh lepas dari panduan dan patuhi aturan penulisan yang ditetapkan, fokus pada jenis tipe pendanaan (grant) yang dituju,” jelas profesor bidang kimia ini.
“Kedua aspek ini yang dipegang reviewer untuk melihat apakah sebuah proposal layak lanjut ketahap berikut, diperlukan perbaikan, atau ditolak,” tutur Anny, yang pernah menjabat sebagai Asisten Deputi Menristek Bidang MIPA ini.
“Dari sisi reviewer, poin utama yang dilihat adalah indikator kinerja yang dijanjikan, apa yang dijanjikan itu yang ditagih. Pengusul diharapkan lebih cermat untuk menuliskan indikator yang akan dijanjikan pada saat mengusulkan proposal, tidak perlu muluk-muluk. Misal untuk usulan tata kelola, bagaimana penerapannya, kalau usulan tentang kebijakan, bagaimana kebijakan itu dapat diterapkan,” papar periset pada Kelompok Riset Teknologi Proses Biomassa dan Thermokimia serta Rekayasa Terapan dan Senyawa Kimia Adi.
Kesalahan umum yang terjadi pada proposal yang ditemui Anny, biasanya terdapat terdapat pada cara pemilihan dan penulisan judul , abstrak panjang dan tidak efisien, pendahuluan yang panjang lebar, serta pemilihan metode.
Hal-hal lain yang jadi daya tarik reviewer adalah proposal yang menarik, tampilan yang tidak menarik akan mengurangi minat reviewer, karena tampilan yang mengesankan akan mempermudah reviewer untuk melihat, menilai dan mengambil keputusan.
“Peneliti sebaiknya berorientasi pada produk target, apapun produk targetnya tapi jelas, kemudian metode penelitiannya, dan indiator kinerja, topik yang kekinian (up to date) , sesuai bidang keahlian peneliti,” jelas Anny yang menjadi salah satu Dewan Pakar PPI Cabang Tangerang Selatan ini.
Kerja Sama Riset yang sesuai Harapan Mitra
Pada kesempatan yang sama, perwakilan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang berkerja sama dengan BRIN, memaparkan tentang “Penyatuan Pandangan Periset dan Harapan Mitra”.
DSNG sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan industri kertas, turut berkomitmen untuk menghadapi tantangan global. DSNG mengambil berbagai inisiatif untuk memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam operasinya. Seperti program penghijauan dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
DSNG telah melakukan kerja sama dengan periset BRIN dalam beberapa penelitian dengan memperhatikan berapa aspek. Penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat, nilai tambah, kebaikan bagi lingkungan, dapat menurunkan biaya, memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, mampu menyelesaikan masalah yang ada, dapat diserap oleh pasar, dan bisa diperbesar skalanya.
Muhammad Surur, Corporate Business Development and Management DSNG menjelaskan kondisi eksisting di industrinya. “Di industri kepala sawit dan kayu saat ini kami sedang menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja. Sehingga kami berusaha bagaimana caranya agar dapat mengatasi hal tersebut. Solusinya adalah kami sedang mengembangkan alat, seperti alat pempukan untuk perkebunan sawit, dan alat ini sudah digunakan untuk mengatasi masalah tersebut,” terangnya.
Kemudian Surur menyampaikan permasalahan lingkungan yang dihadapi industri sawit. “Masalah kedua adalah isu lingkungan, yakni limbah metan yang dihasilkan oleh kepala sawit. Kita berusaha mengurangi limbah metan dengan cara membangun bio gas power plants dan pengembangan bio-CNG plants,” lanjutnya.
Dirinya menerangkan bahwa saat ini satu pabrik dapat menghasilkan dua juta liter solar. Sehingga dapat mengurangi pembelian solar untuk operasional pabrik. “Melihat hal ini kami berusaha mencari tracking dari Korea, India, Jepang hasilnya bagus tetapi tracking dari luar yang menggunakan bahan baku CNG harga sangat mahal. Sehingga kami melakukan kerja sama dengan penelitian BRIN yang menghasilkan suatu kit komputer yang dipasang pada alat kami, dan kit ini dapat meningkatkan nilai dan mengurangi pengunaan solar,” ulas Surur.
Dijabarkan olehnya, bahwa riset yang diperlukan perusahaan adalah inovasi-inovasi yang berbasis bisnis baru, sumber daya alam, dan perubahan nilai. “Di perusahan DSNG tidak melakukan penelitian dasar, hal ini sesuai dengan visi perusahaan, tetapi apabila dibutuhkan maka akan dilakukan,” jelasnya. (adl,esw,jp,mfn)
tautan :
https://brin.go.id/news/112953/brin-kupas-kiat-kiat-memperoleh-pendanaan-riset