Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Dukung Mitra Industri Luncurkan Produk Inovasi Baja Ringan Zinium Diverson

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan dukungan terhadap perkembangn industri baja di Indonesia. Hal ini disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko pada acara peluncuran produk zinium diverson di main hall Garuda-Heritage ICE BSD City, Rabu (16/11).

“BRIN turut mendukung penyediaan produk bahan baja ringan. Kami berharap keberadaan laboratorium teknik pengujian BRIN dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak industri,” kata Handoko.

Dalam kesempatan tersebut Handoko memberikan sertifikat dukungan produk inovasi zinium diverson kepada Direktur Utama PT Sunrise Steel. Sementara Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayanto memberikan pemaparan capain hasil pengujian produk uji dari BRIN.

Pada acara peluncuran produk tersebut, juga dilakukan penandatanganan kerja sama dalam bentuk Letter of Intent (LoI) antara PT Sunrise Steel dengan  BRIN. Penandatanganan kerja sama LoI tersebut diwakili oleh Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Ratno Nuryadi dan  Direktur Utama PT Sunrise Steel Henry Setiawan selaku.

Direktur utama PT Sunrise Steel, Henry Setiawan mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan peluncuran produk bahan baja ringan pertama dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah. “Sejak perusahaan berdiri di tahun 1978, kami berupaya memasarkan lapisan alumunium seng dengan harga terjangkau dan  memiliki masa pakai lebih panjang,” ungkap Henry.

Turut pula hadir dari Osman Semesta Susilo, Wakil Direktur MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia), yang memberikan penganugerahan MURI kepada PT Sunrise Steel atas rekor yang dipecahkan, yakni perusahaan pertama yang memproduksi bahan baja ringan dengan komposisi lapisan alumunium seng yang berbeda sisi atas dan bawah.                                               

Sebagai tanda peluncuran produk, dilakukan pemukulan gong yang oleh Direktur Utama PT Sunrise Steel didampingi Kepala BRIN menandakan produk zinium diverson resmi dipasarkan. (mfn/ ed: adl)

Sumber : https://brin.go.id/news/110885/brin-dukung-mitra-industri-luncurkan-produk-inovasi-baja-ringan-zinium-diverson

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Siap Topang Riset dan Inovasi Barang Karet Industri Bidang Perkeretaapian

Bandung – Humas BRIN. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), khususnya pada bidang produk karet masih kurang. Hal ini karena sebagian besar produksi karet alam di Indonesia diekspor dalam bentuk lateks dan karet mentah. Pemanfaatan karet alam bisa lebih optimal jika diolah menjadi produk karet teknik. Ini akan berpengaruh kepada peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang merupakan salah satu prioritas pemerintah pada saat ini.

Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Riset Material Maju (PRMM) mendukung pemerintah dalam mengerek TKDN pada produk-produk karet. “Ini kolaborasi di Pusat Riset Material Maju akan concern pada membuat formula produk prototipe,” tutur Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi, pada penandatanganan perjanjian kerja sama antara BRIN dengan PT Agronesia, Selasa (8/11) di Kota Bandung.

Ratno menjelaskan kolaborasi kali ini sesungguhnya telah terjalin sejak beberapa tahun silam. Penandatanganan PKS kali ini mempererat sinergi yang sudah terbangun sesuai dengan tujuan BRIN sebagai hub riset dan inovasi. PRMM akan bekerja sama lebih jauh dengan PT Agronesia khususnya divisi Inkaba dalam menerapkan formulasi-formulasi riset dari PRMM di laboratorium Inkaba. “Riil pembuatan prototipenya rencana di sini,” terang Ratno.

Ia juga menyadari bahwa riset di bidang karet industri ini sejatinya memperkokoh dukungan BRIN pada program kereta cepat yang sedang dikerjakan. Banyak sekali material kereta cepat yang menggunakan karet. BRIN mampu mencurahkan dukungannya dari aspek teknologi riset dan inovasi; salah satunya teknik karet. Ratno juga berharap kerja sama ini akan melebar pada berbagai aspek lainnya. Tidak hanya kereta api melainkan bidang transportasi lain. “Bisa menjadi jembatan bagaimana hasil-hasil riset bisa dihilirkan di perusahaan di industri,” katanya.

Kepala PRNM Wahyu Bambang Widayatno mengamini pernyataan Ratno, menurut Wahyu peranan BRIN dalam memperkenalkan teknologi-teknologi karet industri amat signifikan bagi kedua belah pihak. PRNM bisa meriset dan memformulasikan beragam komponen karet seperti Conical bondedDraft Gear dan Crossing Plate. Bila perlu semua permasalahan riil di Inkaba bisa dijadikan topik riset di laboratorium. “Dengan hal tersebut dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan industri,” katanya.

Penandatanganan kerja sama kali ini juga bentuk konkret dukungan BRIN dalam program kereta api cepat. Wahyu menyebutkan tidak hanya PRNM tetapi juga ada kolaborasi dengan Pusat Riset Teknologi Transportasi terkait program tersebut. PRNM fokus pada bagian material-material karet industri. “Satunya adalah crossing plate yang itu memang dibutuhkan untuk pengembangan kereta api cepat dan belum diproduksi secara local,” ungkapnya.

Wahyu percaya, Indonesia sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia mampu menghasilkan produk sendiri dengan TKDN tinggi. Pengujian formulasinya sudah ada di laboratorium dan diharapkan bisa segera diimplementasikan tahun ini. Kendati mendapati berbagai rintangan seperti kurangnya alat uji, namun kolaborasi yang terjalin dengan berbagai pihak industri memberikan semangat positif bagi riset di bidang karet industri. Ia berharap kerja sama ini bisa lebih intens dan melibatkan teknologi material lain seperti logam. “Karena di karet-karet industri ini ada beberapa aplikasi karet industri yang membutuhkan penguat logam/fiber,” serunya.

Direktur PT Agronesia (Perseroda) Mohamad Deddy Gamawan mengaku optimis, Indonesia khususnya Jawa Barat, bisa lebih optimal lagi dalam memanfaatkan sumber daya alam karet yang dimilikinya. Ia percaya kerja sama dengan BRIN adalah salah satu pengungkit penting agar industri karet di Jawa Barat bisa lebih maju. “BRIN tempat orang-orang cerdasnya di Indonesia,” tuturnya.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Tahun pertama akan menghasilkan output purwarupa material Rubber untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator. Tahun kedua menghasilkan output purwarupa rubber cinical bonded, rubber draft gear dan rubber crossing untuk aplikasi pada kereta api penumpang, barang, generator, publikasi internasional, dan draf paten. (AS/ER, ed KG)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Osaka University Gelar Lokakarya Biopolimer dan Material Karbon Berpori dari Biomassa

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) bekerja sama dengan Osaka University menyelenggarakan Workshop on JSPS – BRIN Bilateral Project: Development on Biopolymer and Biomassa-Derived Porous Carbon Material, di Gedung Manajemen 720, KST BJ Habibie, pada Rabu (3/11).

Rike Yudianti, peneliti Pusat Riset Material Maju BRIN, selaku ketua penyelenggara, menyampaikan bahwa Workshop on JSPS – BRIN Bilateral Project merupakan inisiatif dari Hiroshi Uyama dari Osaka University Jepang dan dirinya dari Indonesia. Kegiatan lokakarya ini terkait topik riset pengembangan biopolimer dan material karbon berpori dari biomassa.

“Pada tahun 2018, sebelum terbentuk BRIN, kami berkolaborasi di bawah Memorandum of Understanding antara Indonesian Institute of Sciences dengan Japan Society for the Promotion of Science (JSPS), untuk membangun kerja sama dari para lulusan Jepang dan melakukan kunjungan penelitian di pusat-pusat penelitian,” terang Rike.

“Kemudian dengan kolaborasi kami telah melakukan bebrapa aktivitas untuk visiting researcher pada Sakura Program pada Japan Science and Technology (JST), dan sekarang tim dari Osaka University Jepang untuk melakukan kegiatan workshop,” imbuhnya.

Rike berharap dengan lokakarya bersama, kedua institusi dapat bertukar pengetahuan, saling mengenal, dan melakukan transfer ide dari para sivitas. “Semoga kegiatan workshop ini dapat mewadahi berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kedua pihak, dengan berbagi pengalaman kolaborasi di Indonesia dalam waktu yang singkat ini,” harap peneliti Pusat Riset Material Maju.

Pada pertemuan yang sama, pihak Osaka University diwakili oleh Yu-I Hsu, menyatakan bahwa kunjungan pertama ke BRIN merupakan kesempatan baginya dan tim, untuk melakukan kolaborasi riset dan melaksanakan workshop bersama BRIN.

“Saya mewakili Hiroshi Uyama berkunjung ke BRIN bersama tim kami dari Osaka Universiy. Kegiatan ini

memberi kesempatan bagi kami untuk presentasi kepada teman-teman dari BRIN, serta menukar ilmu pengetahuan,” terang Hsu.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala ORNM – BRIN Ratno Nuryadi menceritakan bahwa BRIN terbentuk sejak April 2021 lalu. “Kami mewakili BRIN sangat terbuka untuk kolaborasi dengan Jepang, di BRIN pun banyak periset yang merupakan lulusan dari Universitas di Jepang,” tuturnya.

Menurutnya, BRIN menyiapkan banyak skema untuk mendukung kolaborasi khususnya dengan universitas. “BRIN mempunyai skema antara lain lecture, asisten professor, post doctoral, degree by research, dan visiting researcher,” sebut Ratno.

Ratno berpendapat, kegiatan ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi BRIN setelah dua tahun lebih pandemi. “Tahun ini kita bisa langsung bertemu secara tatap muka, sehingga dengan kegiatan workshop kita bisa mengeksplorasi kolaborasi yang potensial antara BRIN dan Osaka University,” jelasnya.

Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi topik-topik riset dari para sivitas BRIN maupun Osaka University, yaitu:

  1. Akhide Sugawara: Mechanical Response of Functionl Hy Incorporating Host-Guest Complex as Sacrificial Bonds
  2. Isnaeni: Introduction to Research Center for Photonics BRIN and Research on Laser-based Synthesis of Optical Nanoparticles
  3. Kaita Kikuchi: High-performance of starch based marine-biodegradable bioplastics
  4. Athaanasia Amanda Septevani: The Value of Biomass Waste: Nanocellulose as a Building Block for Advanced materials
  5. Motoi Oda: Polyhydroxyalkanoate using (R)-3-hydroxybutyrate modified cellulose as filler with high mechanical strength
  6. Indriyati: Utilization and Modification of Bacterial Nanocellulose and its Application’s Biofilm
  7. Kazuki Shibasaki: Development of physical properties of poly (lactic acid) thermoplastic starch composites using oligo (lactic acid) grafted starch
  8. Yuyun Irmawati: Development of noble metal-free oxygen electrocatalysts for rechargable zinc-air batteries with neutral electrolyte
  9. Yu-I Hsu: Development of biomaterials and eco-friendly materials using biogegradable
  10. Wahyu Bambang: Synthesis of carbon microsphere from pine resin using spray pyrolysis method
  11. Jun Maruyama: Functional carbon materials with developed pores and doped metals
  12. Riyanti Tri Yulianti: Hierarchy porous structure of self SiO2-doped carbon derived from empty fruits buches (EFBs) for high-performance hybrid supercapasitors
  13. Koki Tsujita: Hydrogel electrodes with conductive wrinkle surface

Kepala ORNM mengucapkan selamat atas presentasi hasil riset dari kedua belah pihak. “Kita saling mengetahui satu sama lain tentang topik ini, baik dari Osaka University maupun dari BRIN. Sebenarnya kita bisa mengeksplorasi dan mendorong untuk kolaborasi di masa mendatang, dan banyak proyek kolaborasi yang bisa kita coba,” urainya.

Di samping itu, Ratno berharap bisa mengudang periset dari Jepang untuk datang ke Indonesia untuk bekerja bersama dengan periset BRIN sebagai visiting professor. “Ini kesempatan bagi kita dan tentunya kegiatan workshop bisa menjadi jembatan berbagai ilmu pengetahuan dalam mengeksplorasi kolaborasi,” katanya.

“BRIN mengucapkan terima kasih kepada Rike Yudianti beserta tim yang mengakomodir pelaksanaan workshop, dan semoga kegiatan ini bisa dilaksanakan secara rutin,” tutup Ratno. (hrd/ ed: adl)

Sumber: https://brin.go.id/news/110811/brin-dan-osaka-university-gelar-lokakarya-biopolimer-dan-material-karbon-berpori-dari-biomassa

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Komitmen Indonesia Bebas Karbon 2060

Bogor – Humas BRIN. “Kami putra putri Indonesia mengaku untuk terus bergerak mendorong hydrogen energy sebagai jawaban terbaik menuju free carbon society untuk tanah air Indonesia.” Begitulah komitmen bebas karbon yang diikrarkan oleh Presiden Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Prof. Eniya Listiani Dewi, tepat pada Hari Sumpah Pemuda ke-94 Tahun 2022, di Gedung Innovation Convention Center (ICC), Cibinong, Bogor. Ikrar itu disampaikan dalam gelaran acara Talkshow Hydrogen for Free Carbon Society yang merupakan rangkaian kegiatan Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2022, Jum’at (28/10).

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menjelaskan BRIN mendukung green energy transition untuk menuju Net Zero Emission tahun 2060, dengan kolaborasi internasional dan melalui berbagai program. Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan materi mengenai “Policy for Free Carbon Society Development: Research and Innovation”.

“Semoga Net Zero Emission Indonesia dapat tercapai, bahkan sebelum 2060, agar memberikan manfaat yang krusial bagi Indonesia di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi,” harap Mego.

Dijelaskannya, semua negara di dunia perlu bersatu dalam melakukan upaya maksimal untuk membangun masyarakat rendah karbon dengan mengurangi emisi global hingga separuh dari tingkat saat ini pada tahun 2050. Masyarakat dan industri diharapkan secara proaktif mengambil tindakan untuk berkontribusi pada terciptanya masyarakat rendah karbon menuju Indonesia Bebas Emisi Karbon di tahun 2060.

Pemateri kedua, Direktur Utama Cascadiant Rahmadi Budiman menyampaikan paparan Fuel Cell and Hydrogen Storage Implementation and Delivery in Remote Area and Microgrids secara daring. Cascadiant merupakan perusahaan yang didirikan sejak tahun 2010 yang pada awalnya banyak berbisnis di back-up power solution untuk komunikasi dengan menggunakan bahan bakar hidrogen. 

Berikutnya, Project General Manager di Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Indra Chandra Setiawan hadir dengan paparan berjudul Hydrogen Movement in Global & Asia Pasific Region. Indra menjelaskan tentang perkembangan hidrogen baik di global, maupun di Asia. Fuel cell dapat diaplikasikan pada banyak hal. 

“Fuel cell module dapat digunakan di truk, bus, forklift, kapal laut, bahkan pembangkit listrik. Fuel cell dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan,” sebut Indra.

Perwakilan Dewan Energi Nasional (DEN) Suharyati hadir menggantikan Djoko Siswanto dan memaparkan materi dari segi kebijakan. Pada tahun ini, DEN akan melakukan review terhadap Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah diterbitkan sejak tahun 2019. Hal ini mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan isu-isu yang berkembang saat ini, seperti komitmen pengurangan emisi dan komitmen Indonesia untuk mencapai NZE di Tahun 2060. 

“KEN kemudian diturunkan menjadi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Di dalam RUEN sendiri, sudah ada program kegiatan untuk pembangunan hidrogen. Namun, karena dipersiapkan pada tahun 2014, hidrogen difokuskan untuk memanfaatkan batubara domestik, bukan dari energi baru terbarukan (EBT),” beber Suharti.

Sebagai narasumber terakhir, Lektor Kepala, Institut Teknologi Bandung Utjok W.R. Siagian menyampaikan materi secara daring dengan paparan Indonesia Energy Transition Pathway Toward NZE. Talkshow dengan materi yang sangat menarik ini menghadirkan narasumber yang mumpuni di bidangnya dan dimoderatori secara apik oleh Hary Devianto, Lektor Kepala dari Institut Teknologi Bandung. 

Pada kesempatan ini, juga dilakukan penganugerahan kepada Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI, sebagai Duta Hidrogen Indonesia. Dalam speechnya Dyah Roro menegaskan bahwa energi hidrogen bukanlah energi masa depan, melainkan energi masa kini.

Selain itu, BRIN juga melakukan penandatangan kerja sama dengan IFHE. BRIN diwakili oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan dan IFHE diwakili oleh Presiden IFHE.  Disaksikan oleh Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu dan Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi.

MoU ini bertujuan untuk penguatan riset dan inovasi bidang material, nanoteknologi, bahan dan proses energi, serta manufaktur untuk renewable energy, teknologi fuel cell dan hydrogen energy, free carbon technology dan riset lainnya yang terkait dengan green technology.

Prof. Ratno Nuryadi dalam sambutannya menyatakan, dengan MoU ini, diharapkan akan lebih menguatkan aktivitas yang sudah dijalankan selama ini. “Kami menyambut dan mendukung dengan penuh kolaborasi ini, terutama terkait dengan SDM di Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material. Dan tentunya, Kami memerlukan support dari seluruh stakeholder. Selamat untuk kita semua. MoU ini semoga membawa banyak manfaat,” katanya

Haznan Abimanyu mengucapkan selamat kepada Prof Eniya Listiani Dewi selaku Presiden IFHE dan bersyukur penandatangan MoU berjalan dengan baik. Haznan mengatakan hidrogen merupakan promising energi dan energi masa kini. Energi hidrogen sudah diinisiasi oleh banyak negara. 

Haznan juga berharap dengan nota kesepahaman yang telah ditandatangani, sasaran untuk untuk mewadahi kegiatan riset dan inovasi yang terkait dengan green technology dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan potensi SDM, meningkatkan kerjasama riset yang menggunakan sumber daya dan fasilitas riset serta inovasi baik dari BRIN maupun IFHE. (ark/ed:aj,jml,drs)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Dukung Peningkatan Kendaraan Listrik, BRIN Kembangkan Riset Baterai

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Pertumbuhan kendaraan listrik baik roda dua maupun empat terus meningkat,  seiring dengan isu menipisnya cadangan sumber bahan bakar dari fosil. Berbicara soal kendaraan listrik tidak dapat dilepaskan dari baterai sebagai komponen utamanya.

Baterai merupakan teknologi kunci dalam kendaraan listrik (electric vehicle/ EV) maupun sebagai media penyimpan energi pada sistem energi baru dan terbarukan (EBT). Dalam merespon perkembangan hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengembangkan industri kendaraan listrik di dalam negeri, dengan mengeluarkan Perpres No 55 Tahun 2019 tentang percepatan program Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB).

Sehingga kehadiran industri baterai nasional merupakan keniscayaan. Di sisi lain, energi merupakan salah satu prioritas riset dan inovasi nasional. Maka kegiatan riset dan inovasi baterai untuk kendaraan listrik maupun penyimpan energi sangat penting untuk dilakukan.

Terkait hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan mengusung tema Strategi Penguatan Riset dan Inovasi Baterai Li-Ion Internal BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi BJ. Habibie, Serpong, Kamis (22/09). Kegiatan ini merupakan forum komunikasi dan berbagi informasi kegiatan, termasuk ketersediaan dan kebutuhan fasilitas riset, serta diskusi mewujudkan peta jalan riset yang saling mendukung. 

Kepala ORNM, Ratno Nuryadi mengatakan, baterai ini termasuk salah satu output dari Pusat Riset (PR) Material Maju. “Di PR Material Maju ada satu kelompok riset yang khusus tentang baterai. Di sana berkumpul para pakar yang sebelumnya terpencar di beberapa LPNK bergabung di sini. Harapannya ke depan semakin bagus koordinasinya,” ujarnya.

“Baterai merupakan salah satu rumah program ORNM di tahun 2023. Kami ingin berusaha mengawal agar dari sisi hulu hingga hilir bisa ada peta jalan dengan baik, sehingga kami berusaha mengawal baik dari sisi hulu, intermediet, maupun hilir, serta kita bisa mendesain riset dan inovasi baterai ke depannya,” terang Ratno.

Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden No 7 Tahun 2022 tentang penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas operasional dan/atau kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. “Baterai ini di masa depan menjadi tantangan yang besar bagi kita, karena pada tahun 2040 diharapkan kendaraan berbasis listrik juga digunakan bagi masyarakat luas, jadi ini merupakan peluang kita bersama,” tegas Ratno.

Pada FGD ini diperoleh dua poin rekomendasi sinergi dan peta jalan riset, yakni material untuk baterai serta manufaktur dan aplikasi baterai. Riset baterai merupakan peran penting dalam perkembangan riset  dan inovasi kendaraan listrik. Tahun 2022 ini merupakan tahun kebangkitan kendaraan listrik. Terbukti dengan semakin maraknya pameran kendaraan listrik dalam kurun waktu belakangan ini. 

“Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki industri manufaktur baterai, terutama untuk komponen utama kendaraan listrik. Untuk materai baterai, mungkin sudah ada permulaan, meskipun baru dalam tahap ground-breaking,” ungkap Ratno.

Dalam riset material untuk baterai, pengembangan mineral penting, material aktif dan sel baterai telah dilakukan cukup lama dan memiliki rekam jejak yang sudah terbentuk di berbagai organisasi riset dan pusat riset di BRIN. Antara lain bahan baku baterai dari sumber daya lokal berbasis sumber daya primer dan sekunder, seperti ekstraksi sumber litium dari pengolahan bijih emas/besi, serta ekstraksi dari baterai bekas (recycling) atau urban mining.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak industri PT INTERCALLIN, bahwa jenis Li baterai yang saat ini berkembang dan digunakan untuk berbagai aplikasi di Indonesia adalah terutama berbasis jenis LFP dan MNC. “Oleh karena itu, perlu adanya redesain klister dan peta jalan riset material hulu dan hilir berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada supaya lebih terintegrasi dan terfokus. Sekaligus untuk dapat lebih bersinergi dan hilirisasi dengan pihak industri, khususnya dalam penyediaan material prekursor baterai. Diharapkan juga akan disepakati jenis material alternatif jenis material baterai,” urai Ratno.

“Selain itu, perlu dikembangkan riset desain battery pack untuk peningkatan efisiensi baterai yang tinggi, melalui perekayasaan densitas berat atau volume khususnya berbasis jenis LFP. Terkait dengan proses rantai pasok, umur pakai, dan keekonomian sebagai alternatif jenis NMC, sehingga dapat lebih kompetitif dan variatif,” imbuhnya.

Ada fakta bahwa saat ini pihak industri mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan baku prekursor atau material aktif baterai. Sementara di sisi lain riset pengembangan material prekursor di BRIN sudah dilakukan cukup lama dan telah menghasilkan banyak paten. “Oleh karena itu, perlu adanya dukungan kebijakan riset intermediasi peningkatan skala lab menuju skala pilot untuk mempercepat hilirisasi baterai dengan TKDN tinggi dan mendukung Perpres No 7 tahun 2022,” kata Ratno.

Menurut Ratno, perlu ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk sinergi riset menufaktur dan aplikasi baterai di BRIN. ”Antara lain Battery Management System (MBS), Battery Thermal Management System, Lightweight Battery Pack, Fast Charging, Lifecycle dan Safety Testing, juga riset peningkatan komponen lokal kendaraan listrik. Serta perlu adanya suatu laboratorium rujukan untuk sistem pengujian baterai, terutama baterai impor untuk kualitas produk dan perlindungan konsumen,” jelasnya.

“Riset dan Inovasi baterai Li-ion harus dilakukan dari hulu hingga hilir, sehingga Indonesia mampu mendukung rantai pasok baterai mulai dari bahan baku, manufaktur dan perakitan sel baterai, pengujian hingga daur ulang. Termasuk perangkat elektronika pendukung aplikasinya,” lanjut Ratno. 

Senada disampaikan Kepala OR Energi dan Manufaktur (OREM), Haznan Abimanyu, pentingnya pengembangan riset baterai melalui manufaktur.  “Inisiasi FGD baterai ini sangat bagus untuk menyatukan pikiran atau ide-ide tentang penelitian baterai dalam menyatukan SDM, dana, maupun peralatan, sehingga dapat mencapai target yang kita rencanakan bersama,” ucap Haznan.

Haznan menerangkan, manufaktur menjadi hal penting untuk diperhatikan. “Tahun ini merupakan kebangkitan kendaraan listrik dan baterai. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya pameran kendaraan listrik di beberapa tempat. Perpres tentang kendaraan EV sudah dikeluarkan oleh Presiden. Menjadi perhatian kita apakah komponen utama dari baterai itu sendiri tersedia di dalam negeri apa belum? Dan manufaktur juga sampai saat ini apakah sudah tersedia? Oleh sebab itu, melalui FGD ini kita bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan sesuatu yang besar skala industri tentunya,” pungkas Haznan.(esw/ed:adl,pur)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110448/dukung-peningkatan-kendaraan-listrik-brin-kembangkan-riset-baterai

Categories
Uncategorized

BRIN Miliki Alat Karakterisasi dengan Presisi Tinggi untuk Riset Material

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka meningkatkan daya saing riset di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya melengkapi fasilitas riset dengan alat-alat pengujian terbaru. Salah satunya adalah Transmission Electron Microscope Electron (TEM) Talos yang akan segera hadir di Laboratorium Karakterisasi Lanjut Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie. Guna memberikan informasi yang lengkap terkait TEM Talos kepada masyarakat umum, BRIN menggelar webinar ORNAMAT ke-11 edisi khusus TEM 1 pada Kamis (15/9).

Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi, menyampaikan bahwa webinar kali ini bertujuan meningkatkan pengetahuan terkait karakterisasi TEM. “TEM merupakan alat karakterisasi material dengan presisi sangat tinggi dengan skala nanometer. Khususnya karena alat TEM akan masuk ke lab material sekitar akhir tahun ini, sekitar Desember 2022,” ungkapnya.

Melalui webinar ini, Ratno mengajak peserta untuk mengetahui apa keunikan, keunggulan, dan kehebatan alat TEM ini dibanding dengan alat TEM yang lain. Ia juga menceritakan rencana webinar edisi khusus TEM akan diadakan dalam lima pertemuan.

“Prinsip alat ini berbasis tembakan elektron pada material lapisan tipis. Elektron akan menembus lapisan tipis dan ditangkap oleh detektor dan ditampilkan oleh citra. Gambar yang ditampilkan menampilkan kondisi riil atom per atom. Bahkan deretan atom yang sangat kecil, kurang dari 1 nanometer bisa terlihat,” jelas Ratno.

Untuk dapat menggunakan alat pengukur karakterisasi TEM ini, diperlukan kemampuan yang unik dari segi preparasinya. Pengerjaan preparasi sampel dapat memakan waktu yang lama, bahkan bisa sampai berbulan bulan. “Penggunaan alat ini tentunya tidak mudah, jadi butuh keahlian yang unik untuk menggunakan alat ini, terutama preparasinya untuk mempersiapkan material lapisan tipis,” imbuhnya.

Dijelaskan Ratno, manfaat dan keuntungan penggunaan TEM ini akan dapat meningkatkan kualitas riset di BRIN karena alat TEM ini terbaru di Asia Tenggara. “Semoga benefit dari TEM ini dapat dipahami oleh para periset internal dan eksternal BRIN. Silakan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas riset kita menjadi standar global,” harapnya.

Pada saat ini kata Ratno, telah terbentuk tim yang akan melakukan pengembangan dan kolaborasi riset berbasis TEM untuk sains material, yang terdiri dari Yuliati Herbani (Pusat Riset Fotonik), Eni Sugiarti (Pusat Riset Material Maju/PRMM), Arbi Dimyati (Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir), Fadli Rohman (PRMM), Christin Rina Ratri (PRMM), Toto Sudiro (PRMM), Nendar Herdianto (PRMM), Dwi Gustiono (PRMM), dan Mohammad Dani (Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir).

“Adanya tim ini agar bisa membantu sebelum TEM ini masuk BRIN. Tim akan melakukan penyiapan, sehingga kualitas riset kita menjadi lebih baik. Ini saatnya untuk menggali dan memanfaatkan alat ini. Silakan bagi bapak ibu yang punya ide, silakan kontak dengan tim ini, agar saat alat TEM ini masuk bisa bermanfaat,” ujarnya.

Pakar TEM dari Thermo Fisher Scientific yang berbasis di Singapura, Riza Iskandar memperkenalkan alat TEM Talos F200X yang baru dibeli oleh BRIN. “Jika tidak ada halangan, pada akhir tahun alat ini bisa berjalan. Sehingga melalui webinar ini dapat memberikan tambahan wawasan, seperti riset apa yang bisa dilakukan di BRIN atau di indonesia dengan alat TEM ini,” kata Riza.

Menurut Riza, alat TEM seperti yang dimiliki oleh BRIN hanya ada tiga di Asia Tenggara, selain di Indonesia, ada di Singapura dan Thailand. “Agar membuat Indonesia bangga, peneliti BRIN bisa mengekspor pengetahuan tentang material melalui alat ini. Karena alat ini juga mudah digunakan, semi otomatis, sehingga bisa membantu peneliti,” urai Riza.

Dijelaskan Riza, prinsip TEM fungsi utamanya sebagai mikroskop adalah untuk memperbesar obyek yang berukuran nano. “TEM Talos memiliki keunggulan untuk eksplorasi selain gambar, misalnya informasi struktur seperti kristal, alat ini dapat memberikan info struktur apakah kubik, heksagonal, atau lainnya melalui gambar detil,” ucap Riza.

“Keunggulan berikutnya, di TEM ini bisa didapatkan informasi struktur unsur kimia apa saja yang ada, serta dapat memvisualiasikan distribusi unsur-unsur kimia tersebut. Sebagai tambahan, fitur yang dimiliki alat ini bisa menampilkan ikatan elektron antara dua fasa,” lanjutnya.

BRIN saat ini sudah mempunyai satu buah TEM. Kehadiran TEM yang baru ini akan semakin melengkapi laboratorium karakterisasi. “TEM ini terbaik di kelasnya. Memiliki ekstra kecerahan yang menghasilkan gambar lebih baik. Dilengkapi dengan detektor 4 buah, sehingga bisa dapat sinyal di berbagai sisi. TEM pada umumnya menghasilkan gambar 2 dimensi, tapi dengan teknologi pada alat ini bisa menghasilkan gambar 3 dimensi,” ulas Riza.

Menurutnya, yang membedakan TEM dengan alat lain yang sejenis adalah TEM memliki sumber cahaya elektron. Jika dioperasikan maka TEM memiliki panjang gelombang yang kurang lebih 100 kali lebih kecil. “Untuk membandingkan prinsip kerjanya, bisa dibandingkan dengan mikroskop optik cahaya. Maka TEM dapat melakukan pembesaran di bagian layar. Operasionalnya pun mesti dalam kondisi vakum, tidak boleh bersentuhan dengan udara, karena mempergunakan elektron,” jelasnya.

Ukuran sampel yang mampu diteliti menggunakan TEM ini mesti sangat kecil. Menyesuaikan dengan wadah yang ada pada alat ini sebesar 2-3 milimeter. “Preparasi sampelnya sangat krusial, penting bagi periset di BRIN  menaruh sampel dengan ukuran yang dipersyaratkan oleh TEM, supaya hasil penelitiannya dapat berhasil dengan baik,” harap Riza. (adl, mfn/ed:pur)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Kolaborasi Riset Nanoteknologi dan Material, ITI Kunjungi KST BJ Habibie

Tangerang Selatan, Humas BRIN. Bertempat di ruang pleno gedung Manajeman 720, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Badan Riset Inovasi Nasional (ORNM – BRIN), Ratno Nuryadi menerima kunjungan Rektor Institut Teknologi Indonesia (ITI) Marzan Aziz Iskandar, pada Kamis (8/9). Kunjungan yang ini dilakukan dalam rangka kerja sama penelitian.

Dalam sambutanya, Ratno mengungkapkan bahwa saat ini nama Puspiptek (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) telah berganti nama menjadi Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie. 

Dijelaskan oleh Ratno pertemuan ini adalah tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang diadakan via daring. Ratno mengungkapkan di Badan Riset dan Inovasi terdapat 12 kedeputian. Di ORNM sendiri 7 Pusat Riset (PR) , yang berada di Serpong dan Lampung. 

Ratno lalu memperkenalkan para Kepala Pusat Riset yang hadir dari PR Kimia Maju, PR Material Maju, PR Teknologi Pertambagan, PR Fisika Kuantum, dan PR Metalurgi.

“Potensi kerja sama ke depan dari ORNM dengan ITI yaitu melalui MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dan kolaborasi riset,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor ITI menyampaikan sambutan bahwa kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat laboratorium yang berada di pusat riset pada ORNM-  BRIN.

Dipaparkan oleh Marzan, saat ini ada 60 mahasiswa ITI yang melanjutkan studi di BRIn. “Dengan adanya kehadiran mahasiswa ITI, kami harapkan dapat memberikan kontribusi positif dan membantu penelitian di BRIN,” harapnya.

Selanjutnya diadakan peninjauan ke laboratorium yang berada di Pusat Riset Pertambangan, Pusat Riset Material Maju, Pusat Riset Fisika Kuantum, Pusat Riset Teknologi Polimer, dan Pusat Riset Kimia Maju. (mfn/ ed. adl)

Categories
Uncategorized

BRIN Kembangkan Riset Fotonik dan Material untuk Kebutuhan Pangan dan Kesehatan

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), mengenalkan dua topik riset yang tengah dikembangkan melalui webinar yang bertajuk ORNAMAT seri sepuluh, Selasa (06/09). Kedua topik tersebut yakni, terkait ketahanan pangan dengan judul ‘Aplikasi Pengukuran Volume Cairan Bioflok Kolam Ikan dengan Metode Optik’ dan topik berikutnya terkait kesehatan dengan judul ‘Sintesis Polymethylmethacrylate (PMMA) dengan Miniemulsion Polymerzation dan Penambahan Graphene pada Aplikasi Semen Tulang untuk Menurunkan Temperatur Eksoterm’.

Terkait topik ketahanan pangan, Kepala ORNM, Ratno Nuryadi mengatakan, Indonesia merupakan negara berpenduduk terpadat keempat di dunia yang memiliki jumlah populasi lebih dari 275 juta orang. “Pertumbuhan ini akan terus meningkat di negara kita, tetapi jumlah produksi pangan, ternyata masih terbatas. Negara Indonesia masih banyak mengimpor terkait dengan kebutuhan pangan,” ungkap Ratno.

Ratno menambahkan, melalui riset budidaya ikan dengan teknologi bioflok, yang diharapkan dapat menghemat penggunaan air, pakan ikan, dan dapat menghemat lahan. Budidaya ikan ini akan lebih irit dibandingkan dengan budidaya secara konvensional.

Sedangkan untuk topik kesehatan, Ratno menyoroti banyaknya kasus patah tulang yang disebabkan oleh kecelakaan. “Banyak kasus patah tulang disebabkan oleh kecelakaan, atau penyebab yang lain akibat jatuh dan sebagainya. Menurut data kasus ini menyebabkan kebutuhan implan tulang di Indonesia semakin tinggi hingga mencapat 10 ton per tahun,” kata Ratno.

Dijelaskan olehnya, terkait dengan kebutuhan implan tulang, Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada produk impor. Jadi dalam rangka meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) ini, riset dan inovasi semen tulang dengan komponen lokal ini dilakukan oleh Oka dan tim.

Ratno berharap ORNAMAT ini bisa memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas kepada para periset, praktisi, akademisi, dan industri. “Semoga kegiatan ini melahirkan diskusi-diskusi yang positif,” ungkapnya.

Aplikasi Pengukuran Volume Cairan Bioflok Kolam Ikan

Peneliti Kelompok Riset Sistem Kontrol dan Pengukuran Berbasis Optoelektronik, Jalu Ahmad Prakosa menjelaskan penelitiannya yang berjudul ‘Aplikasi Pengukuran Volume Cairan Bioflok Kolam Ikan dengan Metode Optik’. Menurutnya, volume bioflok merupakan faktor penting dalam mengembangkan budidaya ikan yang sukses. Namun demikian, penggunaan kerucut ukur sedimentasi untuk pengukuran volume bioflok membutuhkan waktu yang cukup lama.

Optoelektronika merupakan salah satu cara yang efisien untuk mengukur volume bioflok dengan cepat. “Prinsip penghamburan cahaya dapat diterapkan untuk merealisasikan dalam mengukur volume bioflok cairan kolam ikan menjadi lebih cepat,” terang Jalu.

Sumber cahaya lurus seperti laser dan fotodioda sebagai sensor cahaya, dimanfaatkan dalam metode optik bekerja sama dengan mikrokontroler. Cangkir kerucut ukur Imhoff memvalidasi metode optik yang diusulkan ini, baik di kolam ikan lele dan nila.

“Penelitian ini bertujuan untuk membangun teknik yang efisien untuk mengukur bioflok secara cepat dengan metode optik. Motode optik yang diusulkan telah berhasil dalam mengukur volume bioflok cairan kolam ikan lebih cepat dengan memanfaatkan sifat hamburan cahaya,” ujar Jalu.

Cairan yang memiliki partikel flok lebih besar akan menyerap lebih sehingga melanjutkan hamburan cahaya lebih kecil. Dalam risetnya, volume bioflok kolam ikan lele lebih besar, sekitar tiga kali lipat daripada kolam ikan nila.

“Dalam mendukung program ketahanan pangan nasional, penelitian ini bermanfaat,” tegasnya.

Aplikasi Semen Tulang untuk Menurunkan Temperatur Eksoterm

Pada kesempatan yang sama, periset dari Kelompok Riset Koloid dan Nanosains, Oka Arjasa, memaparkan hasil penelitiannya dengan judul ‘Sintesis Polymethylmethacrylate (PMMA) dengan Miniemulsion Polymerzation dan Penambahan Graphene pada Aplikasi Semen Tulang untuk Menurunkan Temperatur Eksoterm’.

Tim BRIN bekerjasama dengan tim ITB melakukan riset semen tulang dan berhasil menurunkan suhu curing semen tulang menjadi 46% lebih rendah dari produk semen tulang komersial melalui modifikasi sintesis miniemulsion dan penambahan bahan graphene.

Oka menjelaskan selain menurunkan suhu curing, penambahan graphene juga meningkatkan kekuatan tarik serta menimbulkan pori-pori pada semen tulang, yang dapat meningkatkan interaksi tulang dengan semen tulang.

Bahan graphene yang diteliti melalui kegiatan riset terpisah, telah berhasil disintesis dari bahan biomassa dan batubara. Selanjutnya, tim peneliti mencoba mengoptimasi metode sintesis serta melakukan pengujian poliferasi sel terhadap semen tulang yang dihasilkan.

Hasil dari risetnya, sintesis PMMA dengan metode miniemulsion polymerization berhasil dilakukan oleh Oka dan timnya.

“Penambahan surfaktan meningkatkan solid content PMMA, menurunkan ukuran partikel, dan menurunkan temperatur semen tulang PMMA,” paparnya.

Adanya penambahan costabilizer virgin coconut oil (VCO) dapat meningkatkan ukuran partikel, namun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap solid content dan penurunan temperatur semen tulang.

“Kemudian terakhir, penambahan graphene dapat meningkatkan kekuatan tarik semen tulang PMMA,” pungkasnya. (hrd/ed : adl)

Sumber : https://www.brin.go.id/news/110357/brin-kembangkan-riset-fotonik-dan-material-untuk-kebutuhan-pangan-dan-kesehatan

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Untirta Bahas Peluang Kolaborasi Bidang Teknik

Tangerang Selatan, Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah melakukan penandatangan nota kesepahaman yang ditanda tangani pada 11 April 2022, tentang Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk Mendukung Riset dan Inovasi Nasional. Hari ini, Senin (18/7), Untirta melakukan kunjungan ke Kawasan Sains Teknologi Serpong dan berkoordinasi dengan Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) untuk menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut. 

Pada pertemuan tersebut, ORNM yang diwakili oleh Ratno menyampaikan dukungannya untuk implementasi kerja sama. “Penadatanganan nota kesepahaman telah dilakukan antara BRIN dan Untirta, kami dari ORNM siap untuk mendukung dan membantu apa saja yang dibutuhkan, dalam rangka merealisasikan nota kesepamahan yang telah disepakati. Harapan kami juga nota kesepahaman atau perjanjian kerja sama (PKS) tidak berhenti di situ saja, tetapi benar-benar direalisasikan,” ujar Ratno. 

Dalam paparannya Ratno menyampaikan beberapa peluang ataupun skema yang ada di BRIN. “BRIN berdasarkan regulasi bisa berkolaborasi dengan banyak stakeholder yang ada, baik instansi pemerintah, kementerian/lembaga, pusat/daerah lain, akademisi, industri, dan sebagainya. Dengan regulasi yang ada ini harapannya dapat mendukung inovasi yang ada di negara kita,” paparnya.

“BRIN juga membuka juga open platform, maksudnya membuka fasilitas yang ada di BRIN untuk kolaborator, dari akademisi baik dosen maupun mahasiswa, ataupun pelaku usaha/industri dari dalam negeri maupun luar negeri, diharapkan infrastruktur itu dapat kita pakai bersama-sama secara cuma-cuma,” imbuhnya.

Dirinya pun menambahkan banyak skema yang dikeluarkan oleh BRIN tentang kolaborasi, seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), tugas akhir, ataupun program degree by research (DBR). 

“Dengan adanya nota kesepahaman ini dapat diturunkan menjadi PKS dan membuka platform. Untuk kolaborasi ini banyak skema dari BRIN seperti MBKM, riset mahasiswa baik S1, S2, dan S3, bahkan program degree by research, dengan syarat co-promotor salah satunya berasal dari BRIN. Program ini bisa diikuti tidak hanya ASN BRIN tapi oleh pihak luar juga, dan kita sudah MoU dengan beberapa kampus,” terang Ratno

“Program ketiga adalah mobilitas periset yang merupakan program nasional, ini tidak hanya untuk periset tetapi untuk mahasiswa dari skema MBKM untuk tugas akhir. Kemudian skema keempat adalah fasilitasi. Di sini banyak fasilitas yang dapat diakses melalui skema pendanaan dan ini tidak hanya untuk periset BRIN, tetapi dari luar juga bisa mengakses. Ini kesempatan dapat dilakukan sepanjang tahun,” jelasnya.

Pada kesempatan ini Untirta yang diwakili oleh Agus Syafari selaku Wakil Rektor bidang Akademik Pengembangan Inovasi, Pengabdian dan Hilirisasi Riset, mengungkapkan minatnya untuk berkolaborasi dengan BRIN. “Menarik apa yang disampaikan oleh Pak Ratno terkait organisasi BRIN dan kegiatan-kegiatan yang bisa menjadi peluang untuk kerja sama. Maka dengan mengacu kepada nota kesepahaman, hal ini perlu disambut baik dan ditindaklanjuti,” ucapnya.

“Dalam nota kesepahaman itu ada beberapa hal yang menjadi penekanan. Pertama tentang pendidikan seperti degree by research dan terkait dengan riset kami di Untirta yang sedang melakukan pembenahan program riset unggulan. Kemudian jika terkait dengan iptek khususnya bidang-bidang ilmu eksakta dan sosial, kami di Untirta ada fakultas teknik yang sudah ada kegiatan kolaborasi riset hilirisasi logam timah, material maju, kimia maju dan metalurgi, yang menjadi unggulan, karena kami dekat dengan Krakatau Steel dan beberapa industri di wilayah Cilegon, khususnya teknik metalurgi yang menjadi unggulan, serta ada teknik industri serta beberapa program studi yang lain,” urai Agus. 

Agus melanjutkan penjelasan bahwa di Fakultas Teknik Untirta baru ada program pasca sarjana Teknik Kimia, sehingga Untirta membutuhkan kolaborasi dengan beberapa lembaga, khususnya BRIN dan pemerintah sekitarnya dalam pengembangan keilmuan. “Kami menyambut baik dan MoU ini dapat ditindaklanjuti dengan PKS. Kami akan menyampaikan ke pihak Universitas tentang kolaborasi ini,” tuturnya.

“Untirta memiliki pusat unggulan dan dapat dikembangkan, yaitu pusat ungulan ketahanan pangan khususnya pangelolaan pangan lokal. Untirta juga mengikuti program hibah dari Kemenristek. Untuk tahun ini ada 17 judul, dan di sini sangat dibutuhkan adanya kolaborasi industri serta sarana pendukung seperti laboratorium dan kami juga sedang membangun halal center,” tambahnya.

Pada rapat koordinasi ini diagendakan acara webinar untuk memperkenalkan program yang ada di BRIN kepada para akademisi di Untirta, baik secara daring maupun tatap muka, sehingga diperoleh kebutuhan apa saja yang akan kerjasamakan antara kedua belah pihak. Pihak Untirta selanjutnya mengunjungi fasilitas laboratorium yang ada di ORNM, agar memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang peluang-peluang kerja sama riset antara kedua belah pihak. (esw/ ed. adl)