Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan RIKEN Jepang Gali Potensi Kolaborasi Riset Global

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Kolaborasi riset global merupakan prioritas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam membangun kolaborasi tersebut, BRIN mengajak lembaga riset asing untuk menjalin kerja sama, salah satunya RIKEN Nishina Center for Accelarator-Based Science, Jepang.  Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN, Ratno Nuryadi menyambut baik kedatangan RIKEN, karena penting bagi BRIN untuk mencari potensi kolaborasi.

“Pada pertemuan sebelumnya dengan RIKEN, Deputi Sumber Daya Manusia dan Manajemen Iptek (SDMI) BRIN telah mengenalkan strategi dari BRIN. Strategi pimpinan kami telah membuat kemungkinan kolaborasi riset dari BRIN dan RIKEN. Jadi pertemuan kali ini lebih untuk mengeksplorasi identifikasi topik riset,” ujarnya di Ruang Rapat Pleno, Gedung Manajemen, KST BJ Habibie, Senin (10/07).

Ratno menjelaskan bahwa untuk berdiskusi lebih jauh dengan RIKEN, BRIN mengundang para penanggung jawab topik riset. “Kami memiliki 17 topik dari 4 organisasi riset. Dari OR Nanoteknologi dan Material terkait topik artificial intelligence, magnetik fungsional, baterai performa tinggi, kombinasi teknik sinar X, ilmu material superkonduktivitas, dan magnet pintar,” jelasnya. 

Sementara dari OR Tenaga Nuklir memiliki topik riset dan pengembangan performa akselerator (cyclotron), studi penyebaran neutron nanopartikel silika untuk membran, teknologi detektor sinar nuklir untuk keperluan industri, dan pembiakan mutasi tanaman. 

Kemudian dari OR Kesehatan terkait pengembangan partikel mirip virus, deteksi dini penyakit. Untuk OR Hayati Lingkungan penggunaan iradiasi untuk evolusi gen, dan variasi kacang kedelai dengan radiasi. 

Pada pertemuan yang sama, Direktur RIKEN Nishina Center, Hiroyoshi Sakurai, menawarkan kolaborasi akselerator berbasis sains (RNC for Accelerator based Science). RNC bermula dari Dr Yoshio Nishina, pemenang nobel yang membuat laboratorium nasional dengan modal iptek. Beliau merupakan seorang eksperimentalis yang sangat ingin tahu, membuat akselerator, dan mengembangkan cyclotron. 

“RIKEN Nishina Center yang berumur lebih dari 80 tahun, terdiri dari 3 bagian, yakni sains, teknologi, dan inovasi. Mimpi kami adalah bagaimana membuat berbagai jenis isotop dengan akselerator yang bagus bagi masyarakat,” terang Sakurai.

Kemudian bagaimana membuat isotop baru secara artifisial, dengan teknik separasi isotop atau melalui teknik kimia. “Kami menggunakan sains dan teknologi untuk keperluan software dan hardware, infrastruktur, serta kepentingan sosial untuk keperluan medis, agrikultur, industri semikonduktor di Jepang,” katanya.

RNC memiliki fasilitas akselerator baru yang sukses membuat elemen baru. “Fasilitas ini unik, kami punya di Jerman, Amerika Serikat, Korea, dan China, dengan fasilitas similar yang sama, seperti alat spektro untuk analisis. Kami telah memiliki kolaborasi internasional yang besar, namun kami masih ingin meningkatkan kapasitasnya. Oleh karena itu kami menawarkan, untuk kita dapat membuat kolaborasi yang nyata,” pesannya. 

Dengan adanya antusiasme periset dan permintaan kolaborasi, Kepala ORNM berharap pertemuan ini bisa ditindaklanjuti realisasinya. “Kami setuju pertemuan kita ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dengan banyak topik yang bisa didiskusikan. Kita akan merencanakan workshop dengan pembicara kunci dari RIKEN dan dari sini untuk presentasi progres. Kita akan melihat kerja samanya di masa depan,” terang Ratno.

Senada dengan hal tersebut, RIKEN menyampaikan bahwa pertemuan ini hanya permulaan untuk mulai berkolaborasi. “Terima kasih untuk potensi kolaborasi riset, kami ingin mengundang kembali untuk diskusi, membagikan progres, dan berbagi impian,” pungkas Sakurai.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Direktur Administrasi RIKEN Nishina Center, Motohide Yokota dan RIKEN Nishina Center Jepang, Isao Watanabe. Sementara dari pihak BRIN yaitu Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Rohadi Awaludin, perwakilan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Ratih Asmana Ningrum, serta perwakilan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Mulyana. (adl, ed: aps)

Sumber artikel di web BRIN :

https://brin.go.id/news/113279/brin-dan-riken-jepang-gali-potensi-kolaborasi-riset-global

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Ajak ITERA Memanfaatkan Berbagai Skema Riset

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Dalam rangka meningkatkan wawasan mahasiswa tentang sains fisika kuantum, fasilitas, serta program riset yang ada di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Program Studi (Prodi) Fisika, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kunjungan studi ke Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN serta laboratorium Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Habibie, Serpong, pada Senin (19/06).

Kepala Pusat Riset (PR) Fisika Kuantum – Organisasi Riset (OR) Nanoteknologi dan Material BRIN, Ahmad Ridwan Tresna Nugraha memperkenalkan seputar BRIN dengan berbagai skemanya, dan secara khusus memperkenalkan PR Fisika Kuantum. “BRIN berdiri dengan mengintegrasikan beberapa kementerian dan lembaga dengan litbangjirap, pada UU No. 11/2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Keputusan Presiden No. 78/2021 tentang BRIN. Dengan tugas koordinasi dan integrasi seluruh aktivitas riset dan inovasi di seluruh Indonesia,” terangnya. 

Menurutnya, jika dikomparasi dengan lembaga perguruan tinggi, untuk aktivitas risetnya, BRIN mempunyai 12 OR setara perguruan tinggi, yang di bawahnya ada 85 PR setara fakultas. Ahmad Ridwan menginformasikan, di BRIN ada berbagai pendanaan untuk memfasilitasi kolaborasi BRIN bersama perguruan tinggi, seperti skema Pusat Kolaborasi Riset, yakni pihak perguruan tinggi membuat suatu kerja sama dengan salah satu atau beberapa PR dari BRIN dalam aktivitas riset tertentu. “Universitas dan PR di BRIN dapat melaksanakan kolaborasi riset dengan mengajukan proposal pembentukan PKR melalui BRIN,” jelasnya.

Kemudian ada pula skema Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan perusahaan untuk menggunakan referensi riset yang ada di BRIN. Lalu, ada skema Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM), dan sebagainya yang lebih lengkapnya dapat diakses melalui pendanaan-risnov.brin.go.id.

Dirinya juga menjelaskan mengenai skema-skema pengembangan sumber daya manusia seperti MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), Research Assistant (RA), degree by research (DBR), hingga tingkat yang sudah di atas mahasiswa seperti post-doctoral dan visiting researcher, ada di dalam sebuah sistem Manajemen Talenta Nasional yang dikelola oleh Deputi Sumber Daya Manajemen Iptek di BRIN. Semuanya bisa diakses oleh setiap PR di BRIN. Bahkan PR Fisika Kuantum termasuk sebagai salah satu pengguna terbanyak skema tersebut.

Untuk itu dirinya mengharapkan BRIN dengan ITERA dapat lebih banyak berkolaborasi memanfaatkan berbagai skema tersebut. Secara khusus melalui Prodi Fisika ITERA dan PR Fisika Kuantum BRIN dapat menentukan suatu perjanjian kerja sama untuk aktivitas riset yang melibatkan berbagai skema pengembangan ekosistem riset dan inovasi yang telah disiapkan.

Ridwan juga mengajak Prodi Fisika ITERA untuk memanfaatkan beberapa fasilitas di BRIN antara lain pengujian/analisis/pengukuran/kalibrasi, pemagangan siswa dan mahasiswa, pembimbingan TA mahasiswa, peralatan dan mesin, identifikasi, dan MBKM melalui elsa.brin.go.id. BRIN menyediakan fasilitas-fasilitas untuk dapat digunakan tidak hanya oleh periset BRIN, tetapi juga oleh pihak luar seperti perguruan tinggi, start up, industri, dan sebagainya.

Terakhir, dirinya memperkenalkan lebih detail tentang PR Fisika Kuantum yang mempunyai 5 kelompok riset yaitu Fisika Teori Energi Tinggi, Fisika Energi Tinggi Eksperimen, Teori Materi Kuantum, Simulasi Kuantum, serta Perangkat dan Teknologi Kuantum.

Kepala PR muda ini berpesan, bahwa pusat risetnya mengundang untuk berkolaborasi dan secara aktif merekrut lebih banyak rekan post-doctoral dan research assistant, melalui sistem Manajemen Talenta Nasional (MTN) yang disediakan oleh BRIN. Selain itu juga menerima kunjungan singkat (kurang dari 6 bulan) untuk pertukaran penelitian dan skema kunjungan profesor.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Koordinator Prodi Fisika ITERA, Indra Pardede, menyampaikan bahwa ITERA hadir dengan beberapa dosen yang bergabung dalam kelompok riset, dan para mahasiswa dari program sarjana dan program pasca sarjana. Indra berharap Prodi Fisika ITERA dapat melihat langsung aktivitas yang ada di KST BJ Habibie BRIN. “Kami ke BRIN ini untuk menjajaki beberapa kemungkinan kolaborasi baik di bidang pengajaran/pendidikan, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat,” terangnya. “Kami berharap dalam kegiatan ini, bersama-sama ke depannya dapat berkolaborasi dan mahasiswa kami sangat berharap mendapatkan ilmu baru yang ada di BRIN,” kata koordinator tersebut. (hrd/artn,adl/edt.sj)

Tautan :

https://ppid.brin.go.id/posts/brin-ajak-itera-memanfaatkan-berbagai-skema-riset

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

Periset BRIN Bagikan Cara Komunikasi Sains ke Publik

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Banyak orang yang masih bingung bagaimana cara menyampaikan sains tanpa membuat audiens merasa bingung. Hal ini karena publik pada umumnya belum paham betul tentang sains. Sehingga dalam mengkomunikasikan sains perlu cara yang baik tanpa misinterpretasi pada audiens.

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menyampaikan materi dengan tema How to Communicate Science to General Public, Sabtu (10/06), yang secara daring diselenggarakan oleh Indonesia Science Center (ISC).

Deni mengatakan, dengan latar belakang siapa pun itu, sedapat mungkin harus mampu mengkomunikasikan sains atau ilmu pengetahuan, sehingga dapat menyampaikan kepada target audiens dengan baik, tepat, dan bijak.

Ketika kita mau mempromosikan atau mengajak siapa pun itu dalam bidang apa pun, termasuk sains, maka runutan-runutan informasi atau pun tatanan yang baik agar orang mau datang, mau terlibat itu, memang sangat penting, ujar Peneliti Ahli Utama BRIN.

Lebih lanjut dalam menentukan ide atau gagasan sebuah eksperimen sains atau percobaan penelitian harus melihat dari research problem (rumusan permasalahan). Bagaimana kita merumuskan permasalahan, bagaimana mengidentifikasi masalah, bukan membuat masalah, kata Deni.

Kemudian ia menambahkan agar penyampaian riset itu ada tenggat waktunya. Jangan lama-lama, karena yang namanya riset itu harus terukur dan semua ada timeline-nya atau batasannya. Berapa pun lama waktunya, itu harus ada agenda timeline-nya, sehingga pada ujungnya kita bisa mendapatkan apa yang diharapkan, tambahnya.

Dirinya juga menyampaikan untuk mengamati keadaan sekitar tentang masalah yang ditemukan, dari rasa ingin tahu, kemudian bagaimana cara memperbaiki suatu hal yang sudah ada.

Tidak perlu menemukan hal yang baru pertama kali. Kemudian setelah rasa ingin tahu, berdasarkan studi literatur, dan jangan narsis, tegas ASEAN Science Diplomat 2019 awardee.

Setelah melakukan penelitian, dapat melakukan komunikasi melalui pendekatan seperti focus group discussion (FGD), atau membuat science show, dan sebagainya. Selain itu harus membuat paper atau jurnal. Kemudian ketika sudah terbit (published), maka dapat mendiplomasikan melalui media sosial seperti linkedin, facebook, Instagram, dan sebagainya dengan cara yang bijak.

Dalam talkshow ini, Deni juga mendorong kepada siswa/siswi SMP, SMA, mahasiswa, serta guru untuk melakukan salah satu kegiatan teknologi ramah lingkungan seperti riset teknologi fuel cell. Bagaimana pendekatannya agar energi yang ramah lingkungan bisa lebih efektif dan terjangkau harganya.

Kami melibatkan riset berbasis perekayasaan teknologi ataupun aspek lainnya, termasuk terkait kebijakan seperti untuk DPR maupun kementerian, termasuk juga melibatkan pihak perguruan tinggi seperti mengundang postdoctoral, visiting researcher, mahasiswa tugas akhir, MBKM, dan sebagainya, untuk melibatkan masyarakat Indonesia supaya lebih melek dan juga lebih cinta sains, terangnya.

Deni pun berharap, semoga dengan kegiatan-kegiatan science show atau science camp, bisa diperbanyak, sehingga masyarakat awam lebih tertarik sains atau pun hal-hal yang bersifat pengetahuan dan pendidikan.

Saya berharap semua pendidikan Indonesia lebih melek teknologi, lebih melek sains, lebih melek pendidikan yang lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi, sehingga kejadian seperti hoax itu akan sangat-sangat berkurang. Dan komunikasi sains ini merupakan salah satu jembatan untuk meningkatkan generasi masyarakat supaya lebih pintar dan lebih cerdas, pesannya. (hrd/ed:adl)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/113011/periset-brin-bagikan-cara-komunikasi-sains-ke-publik

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN dan Iran Bahas Nanomaterial dan Manfaatnya

Tangerang Selatan – Humas BRIN.  Potensi pemanfaatan nanoteknologi terus berkembang melalui riset sains dan rekayasa. Melalui pemanfaatan nanoteknologi, fungsi atau nilai tambah dari suatu bahan atau material dapat meningkat. Nanoteknologi dapat diaplikasikan dalam berbagai produk, seperti kesehatan, energi, dan elektronik.

Guna meningkatkan kepakaran bidang nanoteknologi khususnya nanomaterial, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) dengan Dewan Inovasi Nanoteknologi Iran atau Iran Nanotechnology Initiative Council (INIC), menggelar lokakarya dengan tema “Iran-Indonesia Joint Workshop on Nanomaterials & Applications”, Kamis (23/02).

Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan, kegiatan workshop ini menjadi forum untuk membahas topik-topik riset terkait nanoteknologi. “Dengan workshop ini kita dapat saling mengenal apa yang kita lakukan sekarang, dan ini juga dapat diperluas untuk membahas kemungkinan kerja sama antara peneliti Iran dan BRIN Indonesia,” ungkapnya.

“Kami berharap dalam workshop ini, kami juga dapat mendiskusikan topik penelitian match-making yang dapat dikolaborasikan dan bermanfaat bagi kami di masa depan. Saya pikir kita bisa mulai dari pemikiran kecil, misalnya kolaborasi hanya dalam 3-4 topik penelitian tetapi ini akan menjadi kolaborasi penelitian yang nyata,” imbuh Ratno.

Kepala Pusat Riset Material Maju BRIN, Wahyu Bambang Widayatno menyampaikan teknologi nano saat ini berkembang dengan cepat dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sains dan teknik. “Teknologi nano diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi manusia di masa kini dan masa depan. Salah satu bidang aplikasi dari teknologi nano adalah di bidang energi  dan penyimpanan energi,” ucap Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan beberapa ruang lingkup riset yang sedang dilakukan di PRMM antara lain, material fungsional dan komposit cerdas, konversi energi dan penyimpanan material, material struktur dan industri, teknologi permukaan dan pelapisan, material magnetik dan spintronik, material superkonduktor, dan material biokompatibel.

Perwakilan dari NCL Lab, Sharif University Technology Iran Nima Taghvinia memaparkan topik “Inorganic Nanoparticle Hole Transporting Materials for Perovskite Solar Cells, dengan kekhususan fabrikasi dan peningkatan sel surya perovskite.

Menurut Nima, hal penting terkait nanoteknologi yakni lapisan nanopartikel dapat dioptimalkan sebagai material hole-transporting yang ideal untuk sel surya perovskite. “Hole-transporting nanopartikel anorganik ditambah elektroda karbon membentuk elektroda pengumpul lubang yang stabil untuk sel surya perovskite, namun diperlukan lebih banyak kontrol pada sintesis dan pelapisan antar muka,” jelasnya.

Masih dengan topik nanomaterial untuk energi, Mir F. Mousavi dari Department of Chemistry, Tarbiat Modares University, Tehran-Iran menyampaikan topik “Nanostructured Materials for Energy Conversion and Storage”. Dalam paparannya Mousavi menyampaikan bahwa timnya telah menyiapkan beberapa bahan aktif elektroda yang menunjukkan kinerja penyimpanan energi yang unggul.

Berikutnya, Alimorad Rashidi dari Research Institute of Petroleum Industry menyampaikan tentang Carbon Based Nanomaterials for Energy and Enviromental Application.

“Keuntungan dari bahan nanokarbon untuk aplikasi energi dan lingkungan yaitu struktur pori yang luas, stabil secara kimiawi, keragaman bentuk struktur, kemampuan modifikasi dan penyesuaian porositas, ketersediaan berbagai metode preparasi, ketersediaan berbagai prekursor untuk penyiapan bahan karbon, serta berbagai aplikasi misalnya penyimpanan gas dan hidrokarbon,” urai Rashidi.

Dalam acara yang sama, Alireza Moshlegh dari Departemen Fisika, Universitas Teknologi  Syarif, Iran memaparkan terkait nano-fotokatalisis dalam pembangkit energi bersih dan remediasi lingkungan. Lebih lanjut, Alireza menjelaskan prinsip-prinsip katalisis, pembuatan hidrogen melalui pemisahan air fotoelektrokimia, fotodegradasi pewarna/obat dan fotokatalisis simultan. “Energi surya sangat penting dan harus ditekankan karena ini merupakan  energi bersih,” sebutnya.

Ika Kartika Kepala Pusat Penelitian Metalurgi BRIN menampilkan  materi “Nanomaterial untuk Aplikasi Kesehatan”. Dalam paparannya Ika menyampaikan bahwa PRM memilik empat Kelompok Riset (KR) yakni KR Baja dan Paduan Khusus, KR Teknologi Korosi dan Mitigasi, KR Metalurgi Ekstraksi, serta KR Paduan Non-ferro dan Komposit Matriks Logam.

“Kegiatan  yang sedang dilakukan PRM saat ini Pembuatan Nanopartikel ZnO dengan Penambahan Cu dan Sn untuk Aplikasi Fotokatalitik dan Anti bakteri, Pengembangan Porous Titanium Untuk Aplikasi Ortopedi, dan Paduan Magnesium dan Aplikasinya sebagai Bahan Implan Bioresorbable,” ulas Ika.

Sementara Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju menjelaskan bahwa pengembangan riset bahan nanokatalis di Pusat Riset Kimia Maju, BRIN saat ini berfokus pada penelitian dan pengembangan kimia anorganik terkait sintesis, modifikasi dan desain senyawa kimia anorganik untuk kemo dan biosensor, penelitian yang berkaitan dengan sistesis, modifikasi dan pengembangan katalisis dan fotokatalisis, chemurgy dan teknologi proses kimia.

“Tujuan penelitian ini terutama yang memiliki manfaat dan potensi dan mencari solusi ilmiah terhadap permasalahan nasional yang sangat sering berkaitan dengan bidang kimia, misalnya dalam peristiwa atau fenomena yang menyangkut bahan kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya, yang memerlukan identifikasi senyawa kimia atau jika terjadi kesalahan persepsi publik terhadap suatu produk pada pasar,” ungkap Yenny. (esw,jp,ls/ed:adl)

Categories
Nanoteknologi & Material Riset & Inovasi

BRIN Kolaborasi Riset Global ALICE Bidang Elektronika, Informatika, Fisika Energi Tinggi, dan Nuklir

Tangerang Selatan, Humas BRIN. Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) serta Organisasi Riset Nanoteknologi dan Mineral (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi mengadakan webinar dengan tema ‘Aspek Riset Elektronika, Informatika, Fisika Energi Tinggi dan Nuklir pada Kolaborasi Riset Internasional ALICE (A Large Ion Collider Experiment)-CERN’, yang dilaksanakan secara daring pada Selasa (21/6).

Webinar ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Suharyo Sumowidagdo (Periset Pusat Riset Fisika Kuantum), Esa Prakasa (Kepala PR Sains Data dan Informasi BRIN), dan Rfiki Sadikin (Plt. Kepala Pusat Riset Komputasi BRIN). 

Dalam sambutannya Kepala OREI BRIN Budi Prawara menyampaikan bahwa webinar ini merupakan kolaborasi riset. “ALICE merupakan salah satu fasilitas milik organisasi Eropa terkait riset nuklir untuk mengakselerasi proton dan ion dengan energi yang tinggi. Kolaborasi riset dengan ALICE sudah dimulai sejak tahun 2014 yang lalu, periset kita diwakili oleh Rifki Sadikin melalui LIPI yang kemudian menjadi full member di tahun 2014,” ujarnya.

“Kolaborasi riset global ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas periset kita melalui interaksi dan kolaborasi dengan periset dari berbagi penjuru dunia dengan topik-topik riset terkini dan pelopor di bidangnya,” tambah Budi.

Saat ini BRIN sedang memproses addendum perjanjian dengan ALICE, dengan ini kita mengharapkan bertambahnya kolaborator dari Indonesia.  

“Webinar ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan kerjasama. Untuk sementara kita mengusulkan agar partisipasi lembaga-lembaga Indonesia dibentuk sebagai institusi. Anggota pendiri klaster ini adalah BRIN, Universitas Indonesia (UI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Klaster ini akan menjadi ALICE Indonesia yang nantinya akan disingkat menjadi alice.id,” jelas Budi. 

BRIN akan menjadi lembaga utama ALICE dan bertangung jawab untuk menyelenggarakan klaster sekretariat, serta menyediakan infrasktruktur penelitian, seperti komputer khusus koneksi jaringan, ruang laboratorium, dan ruang kerja bersama. BRIN akan menyediakan dana untuk partisipasi periset atau siswa dalam ALICE ini.   

Skema asisten tersedia untuk partisipasi dalam jangka pendek sebagai contoh untuk waktu sampai dengan 1 tahun. Saat ini BRIN sedang menjajaki juga program degree by research, yakni gelar dengan skema penelitian tersedia untuk program gelar pascasarjana. Programnya 2 tahun S2 dan 3 tahun untuk mahasiswa doktoral. UI dan IPB akan menyediakan infrastruktur untuk mendidik mahasiswa magister dan Doktor serta pemberian gelar. Mahasiswa nanti akan dibimbing oleh dosen dari UI dan IPB serta supervisor dari BRIN. 

“Saya berharap webinar dari ketiga narasumber ini akan dapat bermanfaat bagi kita semua dan memberikan motivasi bagi kita, untuk dapat terus berkontribusi. Khususnya para periset di area riset fisika kuantum, kemudian material maju, dan elektronika informatika maju,” tuturnya. 

Pada kesempatan yang sama, Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadibr memberikan sambutan bahwa webinar ini merupakan sebuah acara yang sangat penting dan membanggakan untuk kita semua. “Kita dapat berdiskusi dalam mengeksplorasi peluang-peluang yang bisa diberikan pada kolaborasi riset internasional di tingkat global khususnya ALICE di Swiss,” ucapnya. 

“Selama ini kita telah menunjukkan bagaimana kontribusi yang diberikan Indonesia ke internasional, khususnya ALICE dalam hal infrastruktur. Seiring dengan intergasi BRIN kita sadar bersama bahwa BRIN ini sekarang sangat luas bidang riset didalamnya. BRIN memiliki banyak OR dan PR dengan lingkup latar belakang riset yang bervariasi,” urai Ratno. 

“Semoga dengan adanya webinar ini kita bisa menggali potensi-potensi kerja sama dan menjadi ajang sosialisasi bagi periset yang sudah melakukan riset di ALICE dan berpengalaman, serta webinar ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita untuk membuka kira-kira peluang yang bisa kita eksplorasi untuk berkontribusi dalam kolaborasi ditingkat  global,” tuturnya. 


Suharyo Sumowidagdo dalam presentasi ini menyampaikan materi tentang ‘Pengenalan Kolaborasi Riset ALICE-CERN dan Riset Fisika, Instrumentasi, dan Elektronika pada ALICE-CERN’.

“ALICE adalah sebuah konsorsium atau kolaborasi terdiri dari banyak institusi yang sudah bersepakat bekerja sama dalam suatu topik penelitian. Hal ini memerlukan konstruksi untuk pembuatan instrumen penelitian yang besar, dalam hal ini ALICE dan terletak di lokasi yang khusus dalam hal ini CERN. Operasionalnya memakan waktu lama dan membutuhkan kepakaran dan SDM yang banyak,” jelas Suharyo.

ALICE beranggota 40 negara dan 173 institusi pada saat ini sedang dikembangkan materi paling panas yang diciptakan manusia di laboratorium dengan cara menumbukan partikel ion timbal. 

“Alat akselerator merupakan alat eksperimen, ada beberapa sub detektor dan memiliki fungsi masing-masing, serta partikel ion-ion. Jika ada tumbukan maka akan dideteksi oleh detektor. Large Hadron Collider (LHC) dan detektor memiliki jadwal operasional. Apabila periode run akselerator berjalan, detektor mengambil data. Jika long shut down, akselerator berhenti dan detektor bisa diakses. Pada saat akselerator berjalan ada radiasi yang sangat tinggi, sehingga detektor ditutup tidak dapat diakses,” urai Suhayo. 


Pemateri kedua, Esa Prakasa, pada webinar memaparkan materi tentang ‘Riset informatika pada kolaborasi ALICE-CERN: Studi Kasus Pendekatan Computer Vision untuk QC Detektor ITS (Inner Tracking System)’.

ALICE adalah fisika partikel berskala besar dan berjangka panjang percobaan. Eksperimen dilakukan di CERN, Swiss. Proyek ALICE sedang melakukan studi komprehensif tentang hadron, elektron, muon, dan foton yang dihasilkan dalam tumbukan inti berat. ALICE juga mempelajari tumbukan proton-proton dan proton-nukleus, keduanya sebagai perbandingan dengan tumbukan nukleus-nukleus.

“Secara singkatnya kami mengamati tumbukan partikel yang nantinya akan dilacak pergerakan partikel seperti apa. Selama proses tumbukan posisi dari partikel-partikel di dalam LHC akan direkam dengan sensor berupa chip yang jumlahnya sekitar 20.000. Sensor chip yang dipasang dalam detektor Inner Tracking System (ITS) ini merupakan yang paling awal, karena dalam satu tempat lintasan ada tumbukan lain, dan ini akan ada beberapa detektor lain di dalam radius yang lebih lebar,” terang Esa. 

“Detektor ITS ada beberapa lapisan semacam silinder yang tersusun dalam ribuan atau puluhan ribu sensor chip yang disebut dengan inner layer, middle layer, dan outer layer,” imbuh Esa.

“Pada kolaborasi ALICE ini kami merekam permukaan, baik itu sensor itu sendiri maupun pemasangan dan dihitung dengan logaritma untuk kemudian sebagai pembanding. Algoritma berbasis visi telah diterapkan untuk menilai kualitas chip, dalam hal properti 3D, integritas tepi chip, cacat permukaan, dan penyelarasan chip pada permukaan detektor,” lanjutnya.

Kemudian algoritma berbasis visi dapat digunakan untuk meningkatkan, tidak hanya kualitas chip sensor itu sendiri, tetapi juga dapat memastikan kualitas data eksperimen yang diperoleh oleh sensor yang dibangun. “Data yang dikumpulkan dari beberapa tahap berpotensi dianalisis dengan metode baru lainnya. Metode inspeksi visual akan diperlukan dalam proyek peningkatan di masa mendatang. Metode inspeksi juga dapat diterapkan dalam kegiatan manufaktur lainnya,” jelas Esa. 

Pemateri ketiga Rifki Sadikin tampil dengan paparan materi ‘Riset komputasi pada kolaborasi ALICE-CERN: Studi Kasus Koreksi Space-Charge Distortion pada Detektor TPC (Time Projection Chamber)’.

Dalam kesempatan ini Rifki menyampaikan keterlibatannya dalam proyek kerja sama dengan ALICE. “Kami terlibat di bagian komputasi terkait metode numerik dan pengolahan data di eksperimen ALICE pada salah satu detektor TPC. Secara kolaborasi kami terlibat dalam piranti lunak pengolahan data dan koordinasi komputasi. Saat ini kami juga di bagian rekontrasi dan kalibrasi aplikasi yang dibuat untuk membantu kontruksi jalannya detektor tersebut,” bahasnya. 

“Cara kerja detektor dengan besar diameter 5 meter panjang 5 m, yaitu mendeteksi elektron yang melintas di tutup silinder. Hasil gambar dari silinder adalah memang lintasan yang terdeteksi. Sampai saat ini kami masih mengembangkan produk ini,” pungkas Rifki. (esw/ed: adl)

Categories
Nanoteknologi & Material

Mengembangkan Potensi Riset Inovasi Nanoteknologi dan Material di Indonesia

Potensi nanoteknologi dan material di Indonesia sangat besar. Hal tersebut didukung oleh kekayaan negeri ini akan sumber daya alam mineral maupun hayati. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut perlu mendapatkan sentuhan teknologi, termasuk riset dan inovasi nanoteknologi dan material, untuk memberikan nilai tambah tinggi dan menaikkan nilai ekonomi.

“Penguasaan nanoteknologi juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di  dalam negeri, sehingga Indonesia dapat menjadi bangsa mandiri dan berdaya saing,” ujar Ratno Nuryadi, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material – Badan Riset dan Inovasi Nasional (OR NM – BRIN), saat ditemui humas pada Rabu (23/3).

Menurut Ratno, cakupan riset  yang  ada  di OR NM melingkupi riset dari hulu hingga hilir. “Di hulu dari teknologi eksplorasi pertambangan termasuk penambangan ramah lingkungan, dilanjutkan teknologi metalurgi ekstraksi primer dan sekunder hingga desain dan rekayasa paduan logam, pengembangan material maju, kimia maju, teknologi polimer, hingga potensi aplikasi material dengan berbagai studi terkait teori, komputasi, dan berbagai aplikasi untuk industri,” ungkapnya.

Cakupan riset tersebut masuk dalam tujuh pusat riset (PR) di bawah OR NM, yaitu PR Teknologi Pertambangan, PR Metalurgi, PR Material Maju, PR Kimia Maju, PR Teknologi Polimer, PR Fisika Kuantum, dan PR Fotonik.

“Yang menjadi tantangan ke depan dalam koordinasi riset adalah lokasi satuan kerja periset tersebar di berbagai lokasi, seperti PR Teknologi Pertambangan yang berada di Lampung, Serpong, Bogor, dan Bandung,” terang Kepala OR NM yang memiliki home base di Kawasan Puspiptek Serpong.

Sejak dilantik sebagai Kepala OR pada 4 Maret 2022, Ratno memasang target untuk menjadikan OR NM sebagai world class research institute. “Untuk mencapai target yang diinginkan, di internal kami berupaya meningkatkan kualitas riset OR. Sementara bagi para periset akan dilakukan internalisasi budaya riset, dan peremajaan peralatan laboratorium yang bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi global,” jelasnya.

Sementara secara eksternal, ia mengupayakan adanya program kolaborasi riset dengan pihak universitas dan industri di dalam dan luar negeri. “Program dalam satu Kelompok Riset minimal ada satu kolaborasi riset dan sister laboratory,” sebut  penerima penghargaan Periset Muda Berprestasi dari Achmad Bakrie tahun 2010.

Dirinya mendukung program peningkatan SDM periset yang ada di BRIN. “Rekrutmen talenta terbaik melalui skema non-permanen di Deputi Sumber Daya Manusia dan IPTEK, menjadi profesor tamu, sebagai periset tamu, pasca-doktoral, asisten riset, maupun dengan mengundang mahasiswa yang sedang studi tingkat doktoral di luar negeri, untuk menjadi pegawai Badan Riset dan Inovasi Nasional,” urainya.

Alumni Universitas Shizuoka, Jepang ini berharap sivitas periset OR NM dapat cepat beradaptasi dengan reorganisasi BRIN, bergerak lentur mengikuti ritme kegiatan riset yang sudah direncanakan untuk mendapatkan output riset.  

“Baik itu ouput riset yang memberikan kontribusi positif kepada komunitas saintifik, juga output riset yang bisa dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat. Hal itu dapat terlaksana jika sivitas di OR bisa memaksimalkan skema dukungan riset yang sudah ada di program-program Kedeputian BRIN,” ucap Perekayasa Berprestasi Bidang Teknologi Nano tahun 2011.

Pria kelahiran Bantul ini menjabarkan rencana ke depan untuk mengupayakan pendanaan dari eksternal, sehingga tidak bergantung kepada anggaran DIPA. “Hal ini dalam rangka untuk mewujudkan mimpi BRIN, agar ke depannya dana riset tidak didominasi lagi oleh pemerintah. Inilah pentingnya pelibatan kolaborasi eksternal dalam pendanaan riset, baik dari universitas maupun industri di dalam dan luar negeri,” terangnya.

Secara persuasif, Ratno melakukan supervisi untuk pengawasan, pendampingan, dan pembimbingan bagi periset di OR NM. “Baik supervisi secara terencana melalui monitoring dan evaluasi, juga supervisi langsung melalui pengelolaan anggaran dan menyukseskan Rumah Program OR NM,” tegasnya.

Riset Aplikatif Nanoteknologi dan Material

Sebagai profesor riset yang mendalami riset material elektronik, ia mengembangkan material fungsional termasuk instrumentasinya untuk sensor lingkungan berupa gas dan biosensor kesehatan. Material fungsional sensor dan instrumentasi yang dikembangkan merupakan perangkat yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan parameter lingkungan fisik, kimia, dan biologi. “Penerapan nanoteknologi untuk sensor membuka kemungkinan ukuran sensor menjadi jauh lebih kecil,” kata Ratno.

Berbekal ilmu nanosains di bidang semikonduktor silikon berstruktur nano yang diperoleh selama studi di Shizuoka University Jepang. Dia mengembangkan material fungsional lapisan tipis ZnO (oksida zinc) untuk mendeteksi gas CO, CO2, O2, dan metana dan konsentrasi rendah.

Proses pendeteksian gas tersebut dilakukan dengan perangkat MEMS (microelectromechanical systems), surface plasmon resonance, dan perangkat perubahan konduktivitas. “Sensor gas merupakan perangkat yang berguna untuk mendeteksi keberadaan gas atau konsentrasi gas, sesuai dengan jenis gas yang diukur, di lingkungan tertentu, seperti kebocoran gas baik pada rumah maupun industri,” ucap doktor bidang teknik ini.

Pengembangan sensor untuk aplikasi kesehatan (biosensor) juga dilakukan oleh Ratno dan tim, seperti mendeteksi keberadaan virus dan sel yang berguna di dunia kedokteran. Kolaborasi riset dilaksanakan dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Swiss-German University (SGU), Institut Teknologi Indonesia (ITI), dan Shizuoka University Jepang.

Baginya, banyak mahasiswa dan periset asal Indonesia yang berjaya di kancah Internasional ketika mendapatkan kesempatan menimba ilmu dan berkarya. “BRIN saat ini membuka banyak peluang bagi mahasiswa dan periset muda untuk bersama-sama berkarya di BRIN atau berkolaborasi dengan BRIN termasuk riset di bidang nanoteknologi dan material,” cakap Young Researcher Award dari Japan Society for Applied Physics tahun 2004.

Sebagai pamungkas, Ratno memberikan pesan untuk memacu semangat generasi muda Indonesia. “Revolusi Industri 4.0 yang merupakan era cyber physical system yang melahirkan Society 5.0, yaitu era integrasi ruang fisik dan dunia maya. Hal tersebut didorong oleh perkembangan nanoteknologi dan material, sehingga riset nanoteknologi dan material sangat berkait dengan teknologi terbaru saat ini dan teknologi masa depan,” pungkasnya. (mf/ ed: adl)