Aplikasi Biofotonik untuk Kesehatan dan Ketahanan Pangan

Tangerang Selatan – Humas BRIN. Biofotonik menjadi bidang riset yang diminati saat ini, karena memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di berbagai bidang, seperti kesehatan dan pangan. Pusat Riset Fotonik Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan webinar Photonic Webinar (Tower) edisi kedelapan pada Kamis (09/11), dengan topik Biophotonics and It’s Application. 

Biofotonik adalah sains yang menggabungkan antara biologi dan fotonik atau berkaitan dengan optik, yang bertujuan untuk memahami dan mengontrol interaksi antara cahaya dan material biologis. Dalam bidang kesehatan, biofotonik bisa digunakan dalam pengembangan obat, diagnosis, dan terapi berbagai penyakit, seperti kanker.

Peneliti Rini Khamimatul Ula dari Pusat Riset Fotonik BRIN memaparkan paparannya yang berjudul “Photonics: Shine the Light for Biophotonics and Health Monitoring”. 

Lulusan doktor dari Jepang ini memaparkan bahwa biofotonik yaitu teknologi atau metode yang menggunakan cahaya, mulai dari cahaya ultraviolet, cahaya tampak, hingga near infra red, untuk keperluan medis ataupun biologi.

Salah satu riset yang ia lakukan adalah aplikasi biofotonik untuk ketahanan pangan. Menurutnya, permasalahan lahan pertanian dekat perkotaan tergerus oleh pembangunan, seperti perumahan. Hal itu berdampak pada berkurangnya lahan untuk menanam. 

Hasil risetnya menunjukkan bahwa melalui radiasi sinar laser tertentu, dapat meningkatkan stimulasi zat aktif pada ubi kayu. Sehingga menghasilkan bentuk panen yang lebih besar, tidak mudah busuk busuk, dan mempercepat masa panen. 

“Dengan biofotonik dapat digunakan untuk menghasilkan panen ubi kayu (singkong) yang lebih cepat, bentuk umbi lebih besar dan kualitas yang bagus,” terangnya.

Lebih lanjut Rini menjabarkan teknologi biofotonik yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi kesehatan. Rini kini sedang melakukan penelitian untuk menghasilkan prototipe alat yang dapat mengobati cacat pada retina mata dan mendeteksi ketebalan melasma pada kulit manusia.

Alat tersebut diharapkan dapat mendeteksi penyakit pada retina mata seperti ablasi retina, hingga retinablastoma atau kanker mata dapat mengganggu fungsi penglihatan. Selain itu dapat mendeteksi ketebalan melasma pada kulit manusia. Tujuannya agar mencegah terjadinya melanoma atau kanker kulit. 

Dalam acara yang sama, narasumber Nasori dari Departemen Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dengan tema  “Biophotonics for Medicine: Challenge and Opportunity”. 

Nasori mengatakan bahwa ilmu fisika bukan hanya memberikan pengetahuan dasar tentang sebuah fenomena alam, namun pada sisi lain, fisika juga memberikan penjelasan tentang sebuah tatanan universal dalam tubuh. “Dari mulai atom, molekul, struktur, dan properties yang mengandung informasi fenomena yang terjadi dalam tubuh manusia,” sebutnya.

Nasori mengulas bahwa salah satu hal yang dieskplorasi adalah penyakit kanker, yakni tubuh memberikan modali informasi dari RNA, DNA, protein, enzim, dan dan lain-lain, yang dapat digunakan membangun kerangka diagnostik, terhadap sebuah masalah kanker, seperti kanker darah. 

“Dalam dunia penelitian, informasi-informasi itu didekati dengan analisisnya dengan elektrokimia, optik, atau mass–sensitive, baik dengan pendekatan biosensor, biomaterial, maupun biofotonik. Namun dari semua itu, ada tiga hal kunci yang dapat menjadi acuan, hasilnya adalah sensitivitas, selektabilitas, dan stabilitas,” urainya.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, peneliti Yuliati Herbani yang mewakili Kepala Pusat Riset Fotonik BRIN, mengungkapkan agar setelah webinar ini dapat meningkatkan kolaborasi, antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan Pusat Riset Fotonik BRIN dalam bidang biofotonik. 

“Misalkan dalam kegiatan pembimbingan bersama mahasiswa, di Pusat Riset Fotonik ada tiga puluh dua periset. Dalam satu periode periset dapat menerima tiga mahasiswa. Jadi dalam satu tahun dapat membimbing sekitar sembilan puluh mahasiswa,” ujarnya. 

Dengan potensi yang begitu besar, diharapkan biofotonik dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan di masa depan. (mfn/ ed:adl)

Tautan:

https://brin.go.id/ornm/posts/kabar/aplikasi-biofotonik-untuk-kesehatan-dan-ketahanan-pangan