Jakarta – Humas BRIN. Dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para peneliti berlomba-lomba melakukan riset untuk memecahkan masalah saat ini. Meski begitu, profesi peneliti umumnya masih didominasi oleh kaum pria.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2020, hanya tiga dari sepuluh perempuan Indonesia yang memilih berkarier di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).
Widi Astuti adalah salah satu perempuan yang memilih berkarier di bidang tersebut. Perempuan yang telah meraih gelar doktor bidang Teknik Sumber Daya Bumi di Kyushu University, Jepang ini menjadi salah satu peraih penghargaan periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Berkinerja Tinggi Tahun 2024.
Saat ini, Widi bekerja di Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPb) dengan bidang kepakaran metalurgi proses. “Selama ini, saya melakukan penelitian terkait metode proses ekstraksi logam terutama logam-logam berharga yang berasal dari sumber daya mineral di Indonesia, seperti nikel, kobalt, mangan, besi, dan seng,” ucapnya.
Dalam dua tahun terakhir, Widi mendapat amanah menjadi Ketua Kelompok Riset Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam Tanah Jarang (LTJ). “Sehingga dalam dua tahun terakhir ini saya memfokuskan ekstraksi logam tanah jarang dari berbagai mineral, seperti monasit, red mud, nikel laterit, dan lumpur lapindo,” ujar Widi yang bekerja di wilayah Lampung (Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain, Tanjung Bintang) dan Yogyakarta (Kawasan Sains dan Edukasi A Baiquni, Babarsari).
Perjalanan Karier
Ketertarikan Widi pada penelitian dimulai saat ia menjadi kandidat peneliti pada 2003 di UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung-LIPI. Saat itu, belum ada kegiatan penelitian di satuan kerja tersebut, sehingga Widi yang menjadi calon peneliti pertama.
Kemudian di tahun 2004 ia diangkat menjadi Peneliti Pertama, 2008 sebagai Peneliti Muda, 2017 sebagai Peneliti Madya, dan Oktober 2023 ia berhasil menduduki puncak karier seorang peneliti yaitu menjadi Peneliti Utama. Selama menjalani karier penelitinya, ia berhasil melanjutkan studi S2 di ITB pada 2009-2011 dan studi S3 di Kyushu University Jepang pada 2012-2015.
”Karakter saya mudah bosan, tidak bisa mengerjakan hal yang sama secara monoton sehingga akan lebih nyaman jika bekerja pada hal-hal yang berubah, dinamis, atau selalu ada progres, serta saya menyukai kebebasan dalam berpikir,” ungkapnya.
“Menurut saya, menjadi peneliti dapat mengakomodir karakter tersebut, memungkinkan saya selalu dinamis dan melakukan kegiatan yang berbeda setiap tahun, memiliki kebebasan berpikir kreatif mencari ide-ide baru, bertemu dengan banyak orang dan mengeksplorasi banyak hal baru, dapat membimbing mahasiswa dari universitas mana saja,” terang pemilik 54 jurnal internasional, 34 jurnal nasional, 61 prosiding internasional, 7 paten granted dan 26 paten terdaftar ini.
Menurut Widi, pola kerja yang diterapkan di BRIN saat ini cukup agile dan sangat fleksibel baik dari sisi waktu maupun tempat. Hal tersebut membuatnya menjadi lebih nyaman karena bisa bergerak lebih bebas. Contohnya saja ia dapat berkantor di mana saja, tetapi masih bisa mengakses laboratorium utama terkait mineral di Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain, Lampung.
Kegiatan Saat Ini
Tahun ini, Widi menjadi ketua kegiatan dari program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju-Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (RIIM-LPDP) tentang ekstraksi nikel, kobalt, dan mangan dari bijih nikel laterit, bijih mangan, dan katalis bekas untuk penyediaan bahan baku baterai litium NMC untuk kendaraan listrik.
Selain itu, Widi menjadi ketua kegiatan Rumah Program Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (RP ORNM), tentang ekstraksi neodinium (Nd) yang merupakan LTJ dari magnet bekas. Widi juga turut aktif menjadi anggota empat kegiatan RP ORNM lain tentang ekstraksi LTJ dari monasit, lumpur lapindo, fly ash, dan konsentrat LTJ. Ia pun terlibat pada beberapa kegiatan lain di luar ORNM, sebagai bentuk kolaborasi dengan UGM, Untirta, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, dan lainnya.
Berbagai kegiatan yang ia dan kolaborator lakukan, bertujuan untuk dapat berkontribusi pada berbagai program pemerintah, seperti program transisi energi (kendaraan listrik, listrik berbasis hidrogen, listrik berbasis sel surya), teknologi kesehatan (implan) serta industri atau teknologi strategis lainnya dalam bentuk peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bahan baku untuk material-material yang dibutuhkan untuk program strategis tersebut.
“Sehingga dari kegiatan riset ini, kita dapat membantu peningkatan kemandirian nasional berbasis sumber daya mineral berlimpah yang kita miliki,” jelas perempuan kelahiran Cilacap ini.
Perempuan yang juga aktif sebagai dosen tamu ini, telah dianugerahi berbagai macam penghargaan. Antara lain Peneliti Terbaik LIPI Tahun 2012; Finalis L’oreal For Women in Science Tahun 2016; Follow-up Research Fellowship dari JASSO Tahun 2019 di Kyushu University, Jepang; Undangan pada 11th JSPS-HOPE Meeting with Nobel Laureates tahun 2019 di Okinawa, Jepang; Program Riset Non Gelar dari Kemenristek/BRIN tahun 2021 ke NTNU, Norwegia; dan Fulbright Visiting Scholar dari Aminef tahun 2024 ke Pennsylvania State University, USA.
Terkait penghargaan yang didapatkannya pada HUT ke-3 BRIN, ia berpendapat bahwa ini adalah berkah dari dedikasi tinggi, dengan keikhlasan terhadap profesi yang dijalankan dan terhadap amanah yang ia terima. Etos kerja Widi adalah memaknai kerja sebagai ibadah, rahmat, amanah, aktualisasi, seni, dan pelayanan. Selain itu, Widi juga termotivasi untuk dapat bermanfaat bagi banyak orang, ketika sedang merasa tidak bermanfaat ia akan meningkatkan motivasi dan semangatnya untuk berbuat lebih baik lagi.
Selain itu, ikhlas, sabar, dan selalu bersyukur adalah kunci Widi untuk tetap termotivasi menjadi lebih baik. “Capaian yang telah saya peroleh hingga saat ini bukanlah capaian pribadi, tetapi berkah dari kolaborasi dengan kolaborator yang kuat ikatannya. Mendapatkan kolaborator riset baik dari internal maupun eksternal yang langgeng, setia dan saling memahami juga penting untuk dapat memperoleh capaian-capaian terbaik. Dan semua itu dapat kita jalankan dengan cinta, ikhlas, sabar, dan selalu bersyukur,” ungkapnya.
Selama 22 tahun menjadi peneliti, tentunya Widi juga merasakan suka dan duka. Profesi peneliti membuat ia mempunyai kesempatan untuk belajar banyak di mana saja dengan siapa saja, kesempatan bertemu dan berkolaborasi dengan banyak orang, punya kesempatan untuk berkunjung ke banyak tempat.
Dapat mendampingi generasi muda menyelesaikan pendidikannya dengan bimbingan Widi, ada kebahagiaan tersendiri baginya, ketika mereka memperoleh hasil penelitian yang berguna dan dimanfaatkan.
”Walaupun banyak sukanya, namun beberapa hal seperti perubahan atau masa transisi yang sedang terjadi di BRIN, membuat kondisi riset belum stabil bahkan kadang-kadang membuat prihatin jika melihat teman-teman yang terimbas atas hal-hal yang terjadi saat ini. Kondisi ini tak terelakkan mengingat umur BRIN yang masih muda,” katanya.
Dengan kondisi yang ada saat ini, Widi berharap bahwa ke depannya akan ada kolaborasi yang kuat antara lembaga riset dengan industri calon pengguna teknologi, serta dukungan kebijakan dari pemerintah. Supaya hasil-hasil riset terutama riset bidang pertambangan dan mineral yang menjadi kompetensi dirinya dan tim, dapat bermanfaat dan diaplikasikan di industri, serta mendukung program-program nasional.
”Saya berharap bahwa kondisi di BRIN dapat lebih baik dan stabil secepatnya, sehingga ekosistem riset yang ideal yang kami cita-citakan bersama dapat segera terwujud. Serta semua periset dapat menjalankan tugasnya dengan nyaman, bahagia, dan mencapai hasil yang jauh lebih berkualitas dan bermanfaat untuk Indonesia dan masyarakat,” tutupnya. (ir/ ed: adl)
Tautan: