Tangerang Selatan – Humas BRIN. Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengadakan forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT Seri #18 yang dilaksanakan pada Selasa (29/11).
Dalam sambutan pembukaan acara, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material yang diwakili Yenny Meliana, Kepala Pusat Riset Kimia Maju, menyampaikan harapannya agar terbentuk kolaborasi antar periset BRIN.
“Webinar ORNAMAT ini sudah memasuki series ke 18, hari ini ada dua narasumber yang akan memaparkan materinya. Semoga melalui webinar dapat ini membuka peluang untuk saling berkolaborasi dengan periset lainnya, memberikan wawasan dan pengetahuan baru, memberikan diskusi yang mendalam, serta membuka jaringan kerja baru, baik antara periset ORNM maupun di luar ORNM,” pesan Yenny.
Periset Novrita Idayanti dari Kelompok Riset Material Magnetik & Superkonduktor, Pusat Riset Material Maju memberikan presentasi dengan tema ‘Fenomena exchange spring magnet pada magnet nanokomposit’.
“Penelitian magnet nanokomposit ferit dilatarbelakangi oleh para periset tidak mencari material baru, dikarenakan karakteristik magnet masih dapat ditingkatkan, bahan baku oksida besi banyak ditemukan, harganya yang murah, mengurangi kebutuhan impor, dan aplikasinya sangat luas,” papar Novrita.
Hasil riset Novrita menunjukkan bahwa semua magnet nanokomposit memperlihatkan efek exchange spring magnet. Dengan membuat ferrofluid atau magnet cair pada elektromagnetik energy harvesting, dapat mengubah gerak mekanik menjadi fluidic. Ini merupakan salah satu alat yang dapat menggantikan baterai di ponsel atau charger.
Sejak 1998 sampai dengan sekarang, Novrita melakukan riset terkait dengan dua materi, yakni soft magnet (magnet lunak) dan hard magnet (magnet permanen). Beberapa aplikasi hasil riset yang pernah bermitra dengan industri adalah magnet meteran air yang bekerja sama dengan PT Multi Instrumen, aplikasi jenis magnet lunak untuk generator motor listrik, serta untuk kerja sama dengan industri PT Kalbe Nutrinational melakukan pemisahan logam-logam berbahaya pada susu.
Dirinya berharap dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alam lokal untuk magnet. “Prospek ke depannya kami dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan lokal, memanfaatkan sumber daya lokal dan limbah besi, serta kolaborasi riset dengan pengguna khususnya pengguna magnet,” harap Novrita.
Sementara Syaefudin Jaelani dari Kelompok Riset Fisika Nuklir dan Partikel Eksperimen, Pusat Riset Fisika Kuantum, ORNM BRIN, memaparkan topik ‘Mempelajari Kondisi Awal Mula Alam Semesta Melalui Eksperimen Fisika Partikel di Large Hadron Collider’.
Syaefudin menerangkan bahwa alam semesta terbentuk saat terjadi dentuman bintang besar atau BigBang. “Sesaat setelah Bigbang, tercipta suatu keadaan dimana partikel elementer, quark, dan gluon, berada dalam keadaan bebas pada suhu yang sangat tinggi yang disebut dengan Quark-Gluon Plasma (QGP). QGP diibaratkan seperti sup panas yang didalamnya terdiri atas quark dan gluon,” terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan kegiatan eksperimen fisika partikel yang berlokasi di CERN, Jenewa, yang bernama Large Hadron Collider, untuk melakukan eksperimen yang menciptakan keadaan yang serupa dengan QGP, dengan cara menumbukkan ion berat, timbal dengan timbal.
“Untuk merekam apa saja yang terjadi sesaat setelah tumbukan, kita memerlukan suatu alat eksperimen. A Large Ion Collider atau disingkat ALICE, merupakan detektor khusus yang ditujukan untuk mempelajari fenomena Quark-Gluon Plasma. Semua kejadian termasuk jejak partikel sesaat setelah tumbukan, direkam, dan disimpan oleh detektor ALICE sebagai data yang nantinya dianalisa untuk mempelajari karakteristik dari QGP yang tercipta pada tumbukkan timbal-timbal,” urai Syaefudin.
Salah satu observable yang bisa digunakan untuk mempelajari sifat QGP dan mengindikasikan ada fenomena QGP pada hamburan timbal-timbal dikenal dengan nuclear modification factor atau faktor modifikasi nuklir.
“Faktor modifikasi nuklir merupakan rasio produksi partikel pada hamburan timbal-timbal, di mana fenomena QGP diharapkan tercipta, dengan produksi partikel pada hamburan proton-proton, di mana fenomena QGP tidak tercipta,” ulasnya.
Hasil pengukuran faktor modifikasi nuklir pada partikel D meson pada hamburan timbal-timbal dan proton-proton menunjukkan bahwa ada fenomena Quark-Gluon Plasma yang tercipta pada hamburan timbal-timbal.
”Dengan membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan model teori, kita juga bisa mempelajari interaksi yang terjadi antara partikel elementer (quark dan gluon) dengan QGP,” pungkasnya. (esw, jp/ed: adl)
Tautan :
https://www.brin.go.id/news/110967/periset-brin-bahas-magnet-dan-fenomena-terbentuknya-alam-semesta