Ledakan di Kilang Minyak Pertamina, Begini Gas Hidrogen Bisa Bocor

Reporter

Zacharias Wuragil

Editor

Zacharias Wuragil

Selasa, 4 April 2023 16:31 WIB

Sebuah mobil pemadam kebakaran meninggalkan kawasan Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai seusai memadamkan kebakaran akibat ledakan di area
Sebuah mobil pemadam kebakaran meninggalkan kawasan Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina RU II Dumai seusai memadamkan kebakaran akibat ledakan di area “gas compressor” Kilang Dumai, Riau, Sabtu, 1 April 2023. Manajer Humas Pertamina RU II Dumai Agustiawan menyatakan ledakan dan kebakaran di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau pada Sabtu (1/4) malam sekitar pukul 22.40 WIB yang sudah tertangani tersebut menyebabkan 9 pekerja di ruang operator mengalami luka-luka. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

TEMPO.COTangerang Selatan – Polisi mengungkap penyebab ledakan di Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau. Ledakan terjadi pada Sabtu malam, 1 April 2023, pukul 22.40 WIB dan menyebabkan lima pekerja di ruang operator terluka.

Dalam keterangan awal disebutkan titik ledakan berada di area gas kompresor. Lebih lanjut, Kapolda Riau Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal, menyebut ledakan dan kebakaran itu dipicu pelepasan atau kebocoran gas hidrogen (H2). 

Iqbal menyebut area pipa Suction Discharge dan kebakaran Unit Hydro Cracker (HCU). “Kebakaran tersebut karena hidrogen yang menghasilkan gelombang udara dan suara ledakan dahsyat yang berdampak di sekitar area,” katanya, Minggu 2 April 2023, dikutip dari Antara.X

Secara terpisah, spesialis material temperatur tinggi di Pusat Riset Teknologi Kekuatan Struktur, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ilham Hatta, menerangkan kebocoran gas hidrogen itu bisa terjadi lewat mekanisme yang disebut ‘flash’. Ini adalah cara buang tekanan lewat katup-katup otomatik agar sistem bisa tetap dalam tekanan normal.

“Kemungkinan dalam flash saat itu ada hidrogen ikutan,” katanya saat ditemui di Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, pada Senin 3 April 2023. Dia menambahkan, “Saat itu juga menjelang tengah malam, mungkin tidak ada yang deteksi konsentrasi hidrogen berlebih yang terlepas.”

Menurut Ilham, gas hidrogen digunakan oleh Pertamina sebagai bahan bakar untuk memasak minyak mentah (crude oil). Sumber gas hidrogen itu adalah metana. “Didapat dengan cara meng-crack hidrogen dari karbon,” katanya merujuk kepada ikatan kimia molekul metana, CH4.

Saat ikut terlepas dalam flash, gas hidrogen bercampur dengan oksigen di udara sehingga hanya butuh percikan–diduga didapat dari ledakan–untuk menghasilkan segitiga api alias kebakaran. Pertanyaannya kini, kenapa sampai terjadi kebocoran hidrogen itu.

Kebutuhan investigasi sebab kebocoran gas hidrogen ditekankan Ilham agar tidak terjadi ledakan dan kebakaran berulang. “Yang dikhawatirkan adalah ada kerusakan yang lebih luas, dan sudah seharusnya kalau ada kebakaran ada investigasi sampai ke akar-akarnya,” tuturnya.

Temuan Korosi di Pipa Kilang Minyak Balikpapan

Dalam kesempatan itu Ilham mengungkap pengalaman dia dan timnya menemukan sebab kebocoran di Kilang Minyak Pertamina RU V Balikpapan, Kalimantan Timur, pada tahun lalu. Investigasi yang dilakukan saat itu mendapati adanya korosi atau karat yang menyebabkan penipisan di pipa bagian penukar (exchanger) panas. Dugaannya, karena endapan garam yang dibawa angin malam dari arah laut. 

“Posisi kilang kan di pinggir laut. Garam mengendap, terakumulasi, dan seiring berjalannya waktu menyebabkan penipisan pipa,” katanya sambil menambahkan saat itu kebocoran hidrogen tak sampai menyebabkan ledakan, tapi sebatas semburan api.

Mungkinkah penipisan pipa jadi sebab ledakan di Kilang RU II Dumai? Ataukah ada internal stress dalam jaringan pipanya seperti yang juga pernah ditemukannya usai kebakaran Kilang Minyak Cilacap pada 2011 lampau?  Ilham menjawab, “Kami tidak tahu karena belum diminta investigasi di Dumai.”

Prediksi Umur Material

Yang jelas, pria berusia 66 tahun yang juga tergabung dalam Perhimpunan Periset Indonesia – Tangerang Selatan ini menambahkan, semua  material yang beroperasi pada suhu tinggi memiliki standar umur pakai 100 ribu jam atau 10,8 tahun. Kalau operasional bagus, tentu bisa bikin umur pakai material lebih panjang. Atau sebaliknya.

Yang biasa dikerjakan kelompok riset di mana Ilham dan timnya berada adalah memprediksi umur pakai material-material yang sedang digunakan. Spesialisasi mereka dibutuhkan terutama saat tiba waktunya untuk pemeliharaan berkala di industri seperti kilang, pembangkit listrik juga pabrik pupuk.

Ilham yang juga instruktur tetap di PLN menerangkan sejumlah alat dan metode ujinya, termasuk radiografi dan penelitian terhadap struktur mikro material. “Kami punya alat lengkap dan orang yang kompeten, dan semakin kuat setelah integrasi BRIN,” kata dia.

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1711072/ledakan-di-kilang-minyak-pertamina-begini-gas-hidrogen-bisa-bocor