Dua Peneliti Muda BRIN Raih Juara di Forum Ilmiah Eurasia

Moskow – Humas BRIN. Dua peneliti muda Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yakni Sasfan Arman Wella dari Pusat Riset Fisika Kuantum – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material serta Eka Djatnika Nugraha dari Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi dan Mutu Nuklir – Organisasi Riset Tenaga Nuklir, berhasil menorehkan prestasi membanggakan dalam forum internasional The Academic Forum of Young Scholars of Greater Eurasia “Continent of Science”, di Moskow, Rusia, Rabu-Sabtu (1-4/11).

Sasfan meraih juara 1 untuk kategori bidang fisika, sedangkan Eka memperoleh juara 3 untuk bidang generasi sehat.

Pada kegiatan yang diadakan oleh Russian Academy of Sciences itu, Sasfan Arman Wella mempresentasikan hasil penelitiannya berjudul “Iron Dual-atom Catalyst for Oxygen Reduction Reaction: A Combined DFT and Microkinetic Study”.

Dia menjabarkan bagaimana stabilitas dan potensi iron dual-atom catalyst untuk mempercepat reaksi reduksi oksigen, yang sangat penting dalam teknologi fuel cell.

“Penelitian ini dilakukan secara komputasi dengan memanfaatkan fasilitas High Performance Computing (HPC) Mahameru yang dimiliki oleh BRIN. Dengan dibantu oleh asisten riset, Joel F. Sumbowo, yang direkrut melalui skema Research Assistant (RA) Direktorat Manajemen Talenta, Kedeputian Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN,” ujar Sasfan.

Dalam forum yang sama, Eka Djatnika Nugraha memaparkan penelitiannya berjudul “Comprehensive Exposure Assessments from the Viewpoint of Health in a Unique High Natural Background Radiation Area, Mamuju, Indonesia”.

Eka membahas bagaimana pengukuran radiasi dan penilaian dosis dilakukan secara menyeluruh di daerah Mamuju, sebagai daerah radiasi alam tinggi dunia, untuk proteksi radiasi bagi masyarakat dan lingkungan.

Melalui hasil risetnya, Eka menghasilkan paten internasional untuk metode pendeteksian efek biologis dari paparan radiasi kronik rendah, yang dapat mendeteksi dosis di bawah 100 milisievert (mSv).

“Metode ini tidak hanya memungkinkan penilaian ada atau tidaknya paparan radiasi, tetapi juga untuk prediksi dosis radiasi kronis pada organisme hidup. Dengan begitu, dapat digunakan sebagai masukan utama dalam studi epidemiologi di masa depan,” ulasnya.

Sebagai delegasi Indonesia, Sasfan dan Eka mengatakan bahwa banyak ide baru yang dihasilkan dari hasil diskusi selama forum tersebut. Termasuk membicarakan kesempatan untuk berkolaborasi dan bekerja sama untuk pembimbingan dan kunjungan riset.

“Kami berharap kegiatan ini dapat berdampak baik bagi BRIN, Indonesia, negara-negara Eurasia, dan seluruh umat manusia,” pungkas keduanya.

Sebagai informasi, forum ilmiah ini bertujuan menciptakan platform dialog interdisipliner dan diskusi tentang tantangan ilmiah masa kini, dalam kerangka kemitraan besar Eurasia.

Selain dalam rangka memperingati hari jadi Russian Academy of Sciences yang ke-300, kegiatan ini juga merupakan kelanjutan dari forum serupa yang diselenggarakan tahun sebelumnya yang mengusung tema “Science without Borders”.

Tahun ini ada 14 negara yang tergabung dalam kelompok negara Eurasia yang berpartipasi, yaitu Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Belarus, Uzbekistan, Turkmenistan, Armenia, Azerbaijan, Tajikistan, Tiongkok, India, Iran, Mongolia, Vietnam, Indonesia, Pakistan, Serbia, Hongaria, Ethiopia, Mesir, dan Suriah.

Peserta forum diminta mempresentasikan temuan penelitian mereka, dalam sesi ilmiah yang dipimpin oleh ilmuwan dunia dalam enam bidang, yakni (1) kecerdasan buatan (matematika, teknologi informasi dan komunikasi), (2) fisika (nanoteknologi, teknologi kuantum), (3) kimia dan ilmu material, (4) generasi sehat (teknologi bioteknologi dan kesehatan, iklim, ekologi), (5) keamanan hayati dan ketahanan pangan (ilmu pertanian), dan (6) pelestarian warisan (humaniora, ilmu sosial). (prfk, adl/ed:tnt)

Tautan :

https://www.brin.go.id/news/116489/dua-peneliti-brin-raih-juara-di-forum-ilmiah-eurasia