Lakukan Riset Metal Organic Framework untuk Wadah Gas Tekanan Tinggi, BRIN Gandeng Mitra Jepang

Jakarta – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) sepakat bekerja sama dengan Atomis Inc dan Yachiyo Engineering, Co., Ltd (YEC) Jepang dalam melakukan riset dan inovasi di bidang nanoteknologi dan material, khususnya kerangka metal organik (Metal Organic Framework/MOF).

Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi mengatakan, MOF merupakan rekayasa antara material logam dengan bahan organik, yang dikemas menjadi suatu material tertentu yang berpori berukuran nanometer.

“Periset BRIN sudah meneliti terkait MOF ini, tetapi relatif masih baru. Kami berharap dari kolaborasi ini kita bisa mengembangkan riset bersama, baik dari sisi saintifik maupun aplikasinya di Indonesia,” ungkapnya usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BRIN, Atomis Inc, dan YEC, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Jumat (13/10).

CEO Atomis Inc Daisuke Asari mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan wadah gas bertekanan tinggi cerdas (smart gas network) generasi berikutnya, yang mengontrol gas pada tingkat nano menggunakan MOF sebagai adsorben gas. Pengembangan produk ini diberi nama CubiTan.

“Materi baru MOF merupakan materi berpori berukuran nano level, yang dikembangkan dan dirintis oleh Jepang,” jelas Daisuke.

Menurutnya, wadah gas tekanan tinggi buatan logam yang berat tidak mengalami perubahan selama seratus tahun.

Lain halnya dengan wadah gas tekanan tinggi CubiTan ini yang berbentuk kubus, dengan memanfaatkan teknologi yang ada secara maksimal dan dibuat ringan, berukuran kecil, dan memiliki fitur IoT.

“Dan jika CubiTan dimanfaatkan dengan baik, akan berkontribusi pada transformasi digital pasokan gas yang selama ini menggunakan tabung gas tekanan tinggi, dan diharapkan akan berkontribusi juga pada pemanfaatan gas alam maupun biogas secara efisien,” katanya.

CubiTan memanfaatkan fitur penyimpanan yang compact untuk gas yang dimiliki oleh MOF. “Namun demikian, seperti yang kita ketahui bahwa materi MOF ini belum lama sejarahnya, baru 25 tahun sejak ditemukan. Maka saat ini, masih pengembangan menuju penerapan di masyarakat,” jelasnya.

Dirinya berharap, kolaborasi ini dapat merealisasikan pemanfaatan MOF di berbagai bidang secara luas, dan juga diperkuat upaya terhadap sejumlah persoalan sosial sehingga dapat diatasi dengan baik. 

Sementara itu, President and Excecutive Officer YEC Takahashi Tsutomu mengungkapkan, YEC merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan teknis yang terpusat pada penataan infrastruktur masyarakat di Jepang maupun di luar negeri, sebagai konsultan konstruksi general dan pembangunan, termasuk di Indonesia.

Dia menekankan pentingnya mengembangkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengeksplorasi teknologi-teknologi baru, salah satunya program penerapan teknologi MOF milik Atomis yang akan diterapkan di Indonesia.

“Konsep smart gas network merupakan suatu penyusunan jaringan pasokan gas metana melalui CubiTan, dan bukan dengan jaringan pipa seperti sebelumnya,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, saat ini sudah berkolaborasi dengan Pusat Pelayanan Teknologi BRIN untuk melaksanakan berbagai kegiatan, seperti verifikasi adaptabilitas dengan peraturan perundang-undangan terkait wadah gas tekanan tinggi di Indonesia, verifikasi teknis mengenai kinerja penyimpanan gas, verifikasi pengembangan bisnis, dan sebagainya.

Konsep ini, tutur dia, bukan sekedar pemanfaatan wadah gas yang baru saja, tetapi merupakan suatu dorongan untuk mengalihkan ke energi terbarukan skala nasional.

“Dan secara konkretnya, tujuan kita adalah memperluas pemanfaatan clean energy seperti gas metana, dan memperbanyak keragaman aksesbilitas pada gas metana bagi masyarakat secara luas,” tegasnya.

Perluasan pemanfaatan gas metana di Indonesia, menurutnya, akan mengurangi risiko dari pasar minyak bumi yang kian tidak stabil, dan mendorong akses ke energi biomassa yang terjangkau dalam jumlah yang banyak di Indonesia.

“Konsep ini (smart gas network) memungkinkan pasokan gas alam dan gas metana ke daerah yang  selama ini sulit terjangkau dengan pemasangan pipa, karena Indonesia memang terdiri dari pulau besar dan kecil yang begitu banyak jumlahnya. Selain itu, kami berharap aktivitas ini akan mendorong produksi energi lokal dapat dikonsumsi secara lokal, dan menjaga keamanan energi, serta berkontribusi pada pencapaian masyarakat dekarbonisasi dengan pengalihan ke green energy, dan akhirnya dapat menyediakan suatu solusi baru untuk masyarakat,” harapnya.

Dalam kesempatan ini, Kepala Pusat Riset Teknologi Polimer BRIN Joddy Arya Laksmono menjelaskan, secara teknis, natural gas terdiri dari gas metana, gas karbon dioksida (CO2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas CO2 dan H2S merupakan pengotor dari gas metana.

“Tentunya hal itu harus kita hilangkan, kita mengembangkan MOF untuk menghilangkan CO2 maupun H2S, agar bisa mendapatkan gas metana dengan kemurnian yang lebih tinggi,” jelasnya. (tnt)

Tautan:

https://www.brin.go.id/news/115843/lakukan-riset-metal-organic-framework-untuk-wadah-gas-tekanan-tinggi-brin-gandeng-mitra-jepang