Tangerang Selatan, Humas BRIN. Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi baterai dan energi terbarukan, terutama untuk aplikasi kendaraan listrik, cukup maju pesat. Kendaraan listrik membutuhkan sistem penyimpanan energi berupa baterai, untuk memastikan tingkat kinerja kendaraan yang diinginkan. Sejumlah topik penelitian tentang teknologi baterai telah menarik minat para peneliti dan industri, termasuk spesifikasi daya, efisiensi energi, tingkat pengisian, masa pakai, lingkungan pengoperasian, biaya, daur ulang, dan keselamatan.
Dalam rangka meningkatkan kolaborasi riset dari berbagai sektor, National Battery Research Institute (NBRI) berkolaborasi dengan Queen Mary University of London, Material Research Society Indonesia (MRS-INA), dan International Union of Material Research Societies (IUMRS) menyelenggarakan The International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles (ICB-REV) 2022, secara virtual pada Selasa-Kamis (21–23/06).
Kepala Organisasi Riset Nano Teknologi dan Material (ORNM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ratno Nuryadi, menyampaikan, BRIN merupakan satu-satunya badan riset di Indonesia selain perguruan tinggi. Lembaga ini terbentuk setelah integrasi lima institusi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Nasional Lembaga Penerbangan dan Antariksa, dan Kementerian Riset dan Teknologi), dan unit penelitian lainnya dari beberapa kementerian, ke dalam BRIN sejak tahun 2021 lalu.
“BRIN memiliki harapan besar terhadap pelaksanaan kegiatan baterai. Kegiatan baterai dan sumber daya manusia yang sebelumnya tersebar di berbagai institusi, kini terintegrasi dalam satu kelompok riset, yaitu Kelompok Riset Baterai di Pusat Riset Material Maju – Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material,” jelas Ratno.
Dirinya berharap bahwa SDM baterai yang berjumlah 15 periset ini dapat fokus mendalami teknologi inti baterai, sehingga dalam waktu dekat dapat menghasilkan output dan hasil riset yang dapat meningkatkan kemandirian teknologi bangsa.
BRIN juga membuka peluang kerja sama riset baterai dengan universitas, industri dan lembaga riset lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional dalam berbagai platform, antara lain degree by research (DBR), program pascadoktoral, visiting researcher,dan juga visiting professor.
Lebih lanjut Ratno mengatakan bahwa baterai ion litium memiliki aplikasi yang sangat luas, terutama untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi. “Aplikasi ini menuntut berbagai kinerja baterai seperti ringan, ukuran kecil, biaya rendah, aman, dan andal,” ujarnya.
“Teknologi utama dari baterai ini termasuk material, manufaktur, dan sistem manajemen baterai. Namun, teknologi material memiliki peran paling penting,” imbuhnya.
Oleh karena itu, BRIN, khususnya Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material, menaruh perhatian pada riset material dari hulu hingga hilir. Dari teknologi penambangan, sintesis prekursor, bahan aktif, hingga proses daur ulang.
“Kami akan fokus pada riset untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal seperti nikel sebagai bahan baterai melalui proses yang ramah lingkungan dan hemat biaya,” terang Kepala ORNM.
Ratno berharap, konferensi ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap isu-isu yang berkaitan dengan riset dan inovasi pada baterai, energi terbarukan, serta kendaraan listrik. Para peserta pun dapat menikmati presentasi dan diskusi selama acara.
“Seminar internasional seperti ICB-REV 2022 ini sangat penting untuk menjadi wadah pertemuan para peneliti, akademisi, akademisi, insinyur, mitra industri, dan seluruh pemangku kepentingan di bidang baterai dan energi terbarukan, untuk berbagi hasil penelitian mereka. Hal ini secara otomatis akan memperkuat ekosistem riset dan inovasi, sekaligus membuka potensi kerja sama dengan berbagai rekan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” tutup Ratno. (hrd/ ed: adl)