Tangerang Selatan – Humas BRIN. Peneliti Kelompok Riset Eksplorasi Pertambangan, Pusat Riset Teknologi Pertambangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Razzaaq Al Ghiffari mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan pada area pertambangan nikel, ditinjau dari aspek hidrologi, di Morowali, Sulawesi Tengah.
Menurut Ghiffari, adanya pembukaan lahan karena perkebunan, longsoran, maupun aktivitas tambang menyebabkan reaksi kimia yang memengaruhi kualitas air sungai. Maka, diperlukan pemantauan kualitas air secara berkelanjutan, karena dapat berdampak terhadap masyarakat yang memanfaatkan air tersebut.
Dalam forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi ORNAMAT seri 34, secara daring, Selasa (5/9), Ghiffari menjelaskan, dia bersama tim memetakan rona awal dari sisi geologi dan hidrologinya, kemudian dampak apa yang ditimbulkan akibat aktivitas tambang karena adanya perubahan jenis tutupan lahan.
Tentunya, dengan adanya aktivitas tambang, lahan menjadi terbuka dan memengaruhi kondisi hidrologi.
“Metode yang digunakan yaitu observasi geologi dan hidrologi, mencakup pemetaan geologi, analisis curah hujan, perhitungan neraca air, pengukuran debit, serta analisis fisika dan kimia air, baik secara in situ di lapangan maupun di lab,” urainya.
Ghiffari mengatakan, area kajian yang berlokasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah ini terdiri dari bentuk lahan dataran dan juga perbukitan, yang sebagian besar tersusun batuan ultrabasa.
“Area kajian (observasi hidrologi) terdiri dari empat sungai utama, yaitu sungai Bahomotefe, Bahopenila, Lamasara, dan Dampala. Namun, dilihat dari pola aliran sungainya, area kajian ini terbentuk menjadi enam Sub-Daerah Aliran Sungai (SubDAS), yaitu SubDAS Bahomotefe 1, SubDAS Bahomotefe 2, SubDAS Bahopenila, SubDAS Lamasara, SubDAS Dampala 1, dan SubDAS Dampala 2,” terangnya.
Berdasarkan analisis klimatologi, sebut dia, curah hujan maksimum berada pada Mei hingga Juli. Sementara, musim kemarau pada September hingga November.
“Intensitas curah hujan di area kajian ini dapat mencapai 75 mm/jam pada kala ulang 100 tahunan,” jelasnya.
Kemudian untuk perhitungan neraca air mengacu pada siklus hidrologi, yaitu air akan mengalami penguapan, lalu pembentukan awan, dan turunlah air hujan.
“Air hujan yang turun sebagian akan mengalami proses evapotranspirasi dan sebagian lagi akan jatuh ke permukaan tanah. Dengan kondisi tutupan lahan saat ini, hasil perhitungan neraca air menunjukkan volume air yang meresap lebih besar dibandingkan volume limpasan air permukaan (runoff),” beber dia.
Selain itu, Ghiffari dan tim juga melakukan pengukuran debit dan kualitas air sungai. “Kami juga melakukan penelurusan dan pengukuran debit air sungai. Secara umum, debit air sungai akan membesar ke arah hilir, hal ini karena adanya suplai dari air tanah ke air sungai,” tambahnya.
Begitu pun untuk nilai derajat keasaman (pH) yang secara umum mengalami peningkatan dari arah hulu ke hilir sungai. Hal ini disebabkan area kajian didominasi oleh batuan ultrabasa.
Kemudian adanya interaksi antara air dan batuan, sehingga menyebabkan nilai pH meningkat. Nilai pH air sungai di area kajian memiliki rentang 6-9.
Sementara, simulasi perhitungan neraca air dengan area bukaan lahan tambang, memiliki pengaruh terhadap peningkatan nilai Cro (koefisien runoff) dan debit limpasan permukaan (runoff).
Perhitungan neraca air dapat memberikan gambaran perbedaan kondisi hidrologi sebelum dan setelah aktivitas tambang.
“Peningkatan debit runoff mencapai 23 persen adalah sebuah perubahan yang signifikan dalam aliran air di wilayah tersebut. Ini bisa memiliki berbagai dampak, terutama jika tidak dikelola dengan baik,” ulas periset muda BRIN ini.
Nikel menjadi salah satu komponen utama untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini berdampak pada perkembangan pertambangan nikel, termasuk perluasan area eksplorasi dan eksploitasinya.
Namun, dengan berjalannya aktivitas tambang tersebut, perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. (hrd/ed: adl, tnt)
Sumber :